Share

Tanda Cinta

Aku tak tahu, berapa banyak waktu kami habiskan berdua dalam syahdu. Sampai kemudian, aku merasa tubuhku panas dan bergetar hebat. Awalnya aku berpikir ini adalah efek daei gugup, takut dan juga luapan emosi cinta yang membaur jadi satu.

Ternyata, aku salah. Desakan mual tak tertahan membuat aku mendorong Arsyl, lalu berlari menuju kamar mandi. Nyaris saja aku terjatuh bila tak segera berpegangan pada tembok.

"Rin? Arini?"

Sayup-sayup, terdengar panggilan Arsyl di antara aktivitasku di kamar mandi. Entah sebanyak apa aku mengeluarkan isi perut, sampai seluruh tubuhku lemas sekali rasanya.

Aku sungguh kepayahan. Sampai terasa pijatan di sekitar tengkuk dan bahuku yang sedikit meringankan segala ketidaknyamanan yang mendera.

"Kayaknya, kamu masih belum sehat betul." Arsyl masih memijat tengkukku. Sesekali ia menepuk punggungku pelan.

"Harusnya, tadi kita nggak di pantai sampai malam."

"Cuma masuk angin biasa." Aku berkata setelah berkumur, juga mengusap bibir dengan tisu. Namin,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status