Share

272 - Ibu yang Terlalu Lugas dan Ambisius

Si ibu menoleh ke Juna dengan pandangan linglung, “Ka—Kamu sudah menerima dia di kantormu? Jadi, kamu—oh, maksudku, Anda … pemilik perusahaan?”

Juna tersenyum melihat perubahan panggilan untuknya dari si ibu.

“Ibu, duduklah terlebih dahulu. Tentu tak baik berdiri terus begitu untuk Anda dan putri Anda yang sedang hamil.” Juna menunjuk dengan sopan ke dua kursi kosong di meja mereka.

Maka, dengan sikap sungkan dan malu, si ibu menarik Kezia untuk menerima tawaran duduk dari Juna.

Kezia duduk di sebelah Juna, sedangkan si ibu di sebelah Teguh.

“Pelayan!” Teguh memanggil pelayan. “Tolong berikan 2 piring lagi. Tambah juga dagingnya.”

Sebagai orang yang bertanggung jawab pada hidangan di meja, tentu teguh paham apa yang harus dia lakukan.

Kezia dan ibunya pun ikut makan meski dengan rasa sungkan karena tadi mereka sudah membuat keributan.

“P—Pak Juna, maafkan saya.” Ibunya Kezia sudah mengetahui nama Juna dari Teguh. “Saya ini orang kampung, minim tata krama. Maaf kalau saya tadi kasar da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status