"Selamat pagi, Lucas. Terima kasih sudah datang untuk melihat proyek pembangunan pabrik ini di Brazil," sapa Samantha tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Nyonya Samantha. Saya senang bisa terlibat dalam proyek jenius ini. Bagaimana perkembangannya?""Progresnya sangat luar biasa. Tapi saya ingin mendengar pandangan arsitek terkait desain bangunan ini. Ruka, apa pendapatmu?""Saya berpikir integrasi elemen arsitektur modern dan lokal sangat berhasil. Fasad bangunan mencerminkan keberlanjutan dan keindahan alam sekitar," jelas Ruka tersenyum cantik dengan segaris eye smile-nya."Itu bagus, Ruka. Bagaimana dengan infrastruktur pendukung, John?" Samantha senang melihat senyuman Ruka, kemudian dilanjut pada John."Desain ini memperhitungkan efisiensi energi dan keberlanjutan. Sistem pengelolaan limbah pembangunannya juga sangat baik, Nyonya," John menatap proyek dengan serius."Saya senang mendengar itu. Apakah ada tantangan khusus yang dSamantha melangkah dengan langkah cepat di jalanan sepi pada malam yang gelap. Cahaya lampu jalan redup menerangi langkah-langkahnya menuju supermarket yang terletak tidak jauh dari apartemennya. Rasa lapar mendorongnya mencari roti untuk mengganjal perut yang kosong."Hm, rasanya butuh sesuatu untuk dimakan malam ini," Samantha dengan suara lirih.Tap, tap, tap.Telepon genggamnya bergetar di dalam saku jaketnya, menyebabkan Samantha menghentikan langkahnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat layar, melihat nomor yang tidak asing lagi."Halo, Samantha. Sudah lama sekali kita tidak berbicara," Xavier lewat telepon dan menyeringai misterius."Oh, hai Xavier. Ada apa?" Tanya Samantha dengan nada malas."Aku sudah sembuh total, dan bisa bekerja seperti biasa. Apakah kau tidak merindukanku, Samantha?""Oh, begitu ya? Syukurlah jika kau sudah bisa kembali seperti sedia kala. Untuk apa aku merindukanmu, Xavier?" Samantha d
Ivander memasuki ruangan dengan wajah serius, menatap Xavier dengan tatapan tajam. Xavier, yang telah memakai seragam tahanan, tersenyum sinis."Xavier, akhirnya kejahatanmu membawamu ke hadapan hukum. Kau memang pantas mendapatkan hukuman yang setimpal!" Ivander dengan nada tajam."Ah, Ivander, apakah ini cara kau menyambut teman lama? Aku hanya berusaha untuk mencari kebahagiaan yang selama ini telah kau ambil. Potongan puzzle yang selama ini seharusnya menjadi pelengkap hidupku, kini tengah bersemayam dalam kesendiriannya. Aku hanya ingin menjemput, apa yang seharusnya menjadi milikku!!" Desis Xavier tersenyum misterius."Kebahagiaan dengan cara menguntit istri orang lain dan bahkan berencana akan melakukan pele*e*an se*su*l padanya? Kau tak tahu malu! Sudah ditolak istriku berkali-kali, masih saja nekat untuk mendapatkan hatinya. Obsesimu seperti senjata makan tuan, Xavier. Seharusnya kau sadar sejak lama!" Geram Ivander mendekat."Ivander, ka
Samantha segera datang ke sebuah tempat makan, dan menemui seseorang. Ditemani oleh Bobby yang juga ikut terduduk di sebelahnya dan terdiam."Selamat pagi, saya mendapatkan berkas dari Anda. Bagaimana saya bisa membantu?" Sambut Samantha dengan berjabat tangan pada calon Mitra tersebut."Selamat pagi, Nyonya Samantha. Saya sangat tertarik untuk menaruh saham dan bekerja sama dengan perusahaan Anda. Saya yakin kolaborasi ini akan memberikan manfaat besar bagi kedua belah pihak," ucap Calon Mitra tersebut dengan tersenyum penuh percaya diri.Samantha membuka berkas kembali setelah beberapa hari telah ia pelajari."Terima kasih atas minatnya. Namun, saat ini perusahaan saya belum mencari investasi atau kemitraan tambahan. Kami masih fokus pada pengembangan secara internal," cakap Samantha dengan tegas."Saya memahami, tetapi saya yakin kontribusi saya bisa membuat perbedaan positif. Saya punya pengalaman yang relevan dan visi yang sejalan de
"Selamat malam. Terima kasih sudah datang," - ujar Samantha dengan senyum hangat."Malam juga, Nyonya Samantha. Restoran ini sangat sepi, membuatnya sempurna untuk berdiskusi pembahasan kita," balas Calon Mitra terduduk di hadapan Samantha."Betul, kita bisa berbicara tanpa gangguan. Jadi, bagaimana pendapatmu tentang kerjasama ini?" Ucap Samantha dengan antusias.Setelah mendapatkan penawaran kerjasama yang lebih dari Calon Mitra tersebut, Samantha mendadak antusias untuk memberikan peluang kerjasama mereka."Saya memang sangat tertarik, Nyonya Samantha. Saya yakin perusahaan kita bisa mencapai banyak hal dan kemajuan bersama," ucap Calon Mitra Penuh semangat."Itu bagus. Saya senang mendengarnya. Apa yang menurutmu menjadi poin kunci dalam kerjasama ini?""Menurut saya, kolaborasi yang kuat dan saling mendukung antara tim kita akan menjadi kunci kesuksesan. Serta, fokus pada inovasi." "Saya setuju. Kita harus saling mendukung dan terbuka terhadap ide-ide baru. Bagaimana menurutmu t
Samantha membawa bunga mawar misterius itu dengan hati yang bercampur aduk. Sinar siluet malam menyinari ruang tamu saat dia memasuki kamar apartemen tersebut. Aroma harum mawar langsung menusuk hidungnya begitu dia membuka pintu, saat mengambilnya tadi.Saat Samantha mencium aroma parfum yang akrab, matanya membesar."Ini... ini aromanya, aku seperti pernah mengenal aroma ini," gumamnya sambil tersenyum kecut.Bobby, yang berada di ambang pintu, memperhatikan reaksi aneh Samantha."Dari siapa bunga ini? Apa mungkin, kau tahu sesuatu, Samantha?" tanya Bobby, wajahnya penuh dengan rasa ingin tahu.Samantha tersentak."Aku rasa aku tahu, tapi rasanya seperti berada di ujung lidahku. Kenapa juga, dia sampai tahu kamar apartemen ini?" Dia merenung sejenak, mencoba menggali memori yang terpendam."Apakah, ini tidak terlalu bahaya, Samantha? Kenapa banyak sekali orang di luar sana yang terobsesi padamu, menyusahkan diriku," celoteh Bobby masih menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan."Ka
Samantha duduk di kursi belakang mobil bersama keluarganya, tatapan cemas mencerminkan kekhawatiran terhadap Neneknya yang sedang sakit. Suasana dalam mobil penuh dengan keheningan yang sesekali dipotong oleh suara mesin dan keriuhan jalanan.Tuan Jackson, dengan tulus mencoba menenangkan, sementara Nyonya Brianna, memberikan senyuman lembut dalam upaya mengembalikan kehangatan di antara mereka. Di sisi lain, Bobby, pengawal setia Samantha, mencoba memberikan semangat.Meskipun perjalanan menuju bandara Brazil penuh dengan ketidakpastian, keluarga ini berusaha menjaga semangat dan bersatu dalam menghadapi cobaan yang menimpa keluarga mereka."Ibu, sepanjang perjalanan ini, hatiku terasa begitu gelisah. Nenek begitu tiba-tiba masuk rumah sakit, dan aku merasa seperti ada beban berat di dadaku. Aku sangat ketakutan, aku harap Nenek baik-baik saja, secepatnya pulih seperti sedia kala," ucap Samantha dengan gelisah.Nyonya Brianna memeluk putrinya tersebut."Sayang, kita harus tetap kuat.
Samantha segera bangkit, ingin meninggalkan Ivander, namun Ivander menahan tangan Samantha dengan penuh harap."Tolong, Samantha. Ku mohon, berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku menyesal dan sangat menyesal," ucap Ivander.Samantha mencoba menarik tangannya, tetapi terjebak dalam pegangan Ivander."Kita sudah berakhir, Ivander. Jangan paksa aku. Kita memiliki kehidupan masing-masing, tolong jangan mengusik. Aku ingin bahagia meskipun tanpa dirimu," tegas Samantha."Aku tidak bahagia. Kebahagiaanku ada padamu, aku butuh kamu. Aku sudah menceraikan Anna demi kembali padamu, Samantha. Kau adalah duniaku, dan aku sangat membutuhkanmu untuk hidupku!" Ivander bersikeras."Lepaskan tanganku, Ivander! Semua sudah terlambat, dan semua telah terjadi. Hargailah kehidupanmu sekarang ini. Jika kau menceraikan Anna, itu bukan urusanku. Itu keputusanmu, Ivander!" tegaskan Samantha mantap."Samantha, aku tahu, aku telah membuat banyak kesalahan, tapi aku mencintaimu. Aku rela mengubah segalanya dem
Samantha tiba di depan pintu ruangan kamar inap neneknya dan mendapati pemandangan yang menyenangkan. Ivander dan neneknya tengah bersenda gurau, terlihat ceria. Neneknya tersenyum bahagia, dan Samantha merasa tersentuh. "Nenek, hari ini cuaca sangat cerah, ya?" Tanya Ivander sambil mengupasi buah-buahan untuk Nenek Prita."Betul sekali, Ivander. Ini membuatku semakin bersemangat," balas Nenek Prita dengan tersenyum."Aku senang melihatmu semakin baik setiap harinya. Bagaimana rasanya?""Sungguh, Ivander, terima kasih atas dukunganmu. Aku merasa lebih kuat dan bersemangat untuk pulih. Dan buah ini terasa begitu enak saat kau mengupasi kulitnya dengan ketulusan.""Aku senang mendengarnya. Oh ya, tadi aku membawa buku-buku kesukaanmu dari toko buku. Mungkin bisa membuat harimu lebih menyenangkan.""Oh, Ivander, kau selalu tahu caranya untuk membuatku senang. Terima kasih banyak.""Tidak perlu berterima kasih, Nenek. Aku senang bisa berbagi momen-momen bahagia denganmu."Nenek dan Ivand