Aku sebenarnya tak mengerti apa maksud dan tujuan Abian saat meminta akses CCTV rumah, namun aku tak mempermasalahkan hal itu. Aku yakin, Abian memiliki sebuah cara tersendiri untuk dilakukannya serta mempertimbangkan semuanya secara terperinci."Kejadian ini sudah aku hapus dan aku kirimkan ke file dokumen yang kumiliki tentang perselingkuhan suamimu dengan Mulan. Kau tenang saja, aku jamin ia tak akan curiga." kata Abian saat dirinya telah selesai menyelesaikan rangkaian misi yang dilakukan bersama dengan Aslan."Aslan, antarkan Pak Aros ke rumah sakit untuk membayar semua biaya yang harus dibayarkannya."Aslan mengangguk mengiyakan dan memberi isyarat pada Pak Aros agar mengikuti langkahnya keluar dari rumah.Sebelum itu, Pak Aros menyalamiku, meminta maaf atas segala hal yang telah terjadi dan berjanji akan menutup mulutnya tentang kejadian ini. Walaupun sepenuhnya aku tak terlalu percaya, dalam hati kecilku berharap bahwa Abian memiliki rencana untuk Pak Aros sendiri."Kau tenang
"Apa maksudmu bicara seperti itu pada anakmu?" Mama terlihat kesal dengan sikap Papa yang terlihat begitu santai menanggapi permasalahanku dengan Mas Akbar."Akbar dan Mawar adalah pasangan yang serasi. Jadi, kalau masih bisa diperbaiki lagi, kenapa tidak?" Seandainya saja bukan papa yang mengatakan hal itu, tentunya aku akan memberi pelajaran padanya.Papa terlihat menatapku dengan senyuman yang terukir di wajahnya."Papa ini tidak bodoh Mawar, walaupun sebenarnya Papa kesal dan ingin memberi pelajaran pada…""Pah!" aku memberi isyarat agar Papa tak meneruskan perkataannya. Aku baru saja ingat, kalau di ruangan ini dipasang CCTV dan hal itu bisa kapan saja dilihat Mas Akbar saat pulang ke rumah."Abian sudah merusak dan menghapus semuanya."Aku terkejut mendengar penuturan Papa yang begitu mengejutkan."Papa sadar, bahwa papa salah menilai pemuda itu. Tapi sayangnya, Papa sudah terlambat untuk menyadari semuanya. Hamzah sudah mengatakan semuanya. Dan Papa berharap banyak pada Abian
"Bukan begitu, cobalah untuk mengerti. Bukankah kalian sesama wanita?""Aslan, aku tak segan-segan untuk menguliti dirimu jika kau terus membahas wanita penggoda itu. Terlebih jika aku harus mengerti perasaannya, oh my God!" Siti memejamkan kedua matanya, mencoba untuk menenangkan diri dari emosi yang bergemuruh di dalam jiwanya.***Aku melihat dua orang pria masuk ke dalam ruang kerja Mas Akbar. Hal itu justru membuat diriku merasa aneh. Karena tak pernah sekalipun Mas Akbar mengajak seorang tukang service memasuki ruangannya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dariku. Jangan -jangan mereka bukanlah tukang service biasa, melainkan seseorang yang sedang menyelidiki tentang hal yang terjadi selama Mas Akbar meninggalkan rumah.Aku menghela nafas berat, rasanya begitu banyak hal yang terjadi."Mas!" aku tak langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.Pintu dihadapanku terbuka lebar. Raut wajah Mas Akbar terlihat begitu dingin."Apa ada yang sengaja merusak CCTV rumah?" Mas Akbar tampak be
"Aku bukanlah perempuan penggoda! Dan aku tidak akan kalah dari istri jelek Akbar." Jawab Mulan sambil tersenyum licik. Wajahnya terlihat begitu santai mengatakan hal tersebut. Kalau dulu aku melihat kepanikan dalam dirinya, kali ini tidak lagi. Sepertinya Mulan telah mempelajari satu hal, yaitu keegoisan."Apa kau yakin istri pertama suamimu itu jelek?""Ya, aku pernah bertemu dengannya satu kali. Tapi sayangnya,aku tak dapat melihat wajahnya. Namun, aku dapat memastikan bahwa ia adalah wanita jelek yang sedang menutupi wajahnya." Mulan mengeluarkan ponselnya dan terlihat berkaca pada ponsel itu. "Lihatlah Rose, wajahku ini sangatlah cantik. Setiap pria pasti akan bertekuk lutut di hadapanku."Aku hanya mengulas Senyuman dan mengeluarkan secarik kertas dari tasku."Lihatlah!" aku menyodorkan kertas itu pada Mulan. Wanita itu dengan ragu mengambilnya.Saat melihat nominal yang tertera pada cek yang berada ditangannya, seketika wajah Mulan berubah memerah."Satu Milyar?" "Iya, dan de
Saat memasuki rumah, pandanganku langsung tertuju pada Mas Akbar dan juga orang tuanya yang telah duduk santai di ruang tamu. Kedatanganku membuat suara mereka tak terdengar lagi. Suasananya begitu kurang nyaman, aneh sekali tidak seperti biasanya."Sudah lama, Ayah dan Ibu?" sapaku sambil mencium punggung telapak tangan keduanya. "Sudah. Apa yang kau lakukan di luar rumah, Mawar sampai jam segini?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Ayah mertuaku. Tidak seperti biasa, Ayah Sandy seperti marah padaku."Maaf, Ayah. Mawar tadi ada urusan dengan…""Abian?" potong Ibu dengan nada sinis."Tidak, aku bertemu dengan Siti. Kami ngobrol-ngobrol sampai lupa waktu." aku berinisiatif untuk ke dapur karena meja yang kosong, tidak ada sesuatu yang disuguhkan oleh Mas Akbar."Tidak perlu repot-repot. Kami sudah mau pulang." tukas Ayah dengan sikap dinginnya."Kau itu harus menjaga kehormatanmu sebagai seorang wanita beristri. Jangan keluar rumah tanpa adanya tujuan. Bisa-bisa kamu dituduh main den
Abian masih betah berada di dalam ruangannya. Pertemuannya beberapa hari lalu dengan Sandy, membuat pria berwajah tampan itu sedikit terganggu. Bukan karena rasa takut, lebih pada waspada terhadap keselamatan Mawar. Ia tidak ingin wanita yang ia cintai itu mendapatkan masalah. "Tuan?"Abian mendongak dan menatap wajah Aslan yang tengah berdiri, siap memberikan informasi yang ingin ia ketahui."Apa yang kau dapat?""Sebelum menjawab, boleh saya mengajukan satu pertanyaan, Tuan?""Apa itu?""Musuh kita adalah media yang bisa saja memutar balikkan fakta. Apa kita akan…""Jangan meremehkan aku, Aslan. Sekarang, apa informasi yang kau bawa?""Ini, Tuan." Aslan meletakkan sebuah dokumen di atas meja Abian."Bagus, sekarang keluarlah. Kita akan buat rencana B.""Tapi, Jimmy Sepertinya memata-matai gerak-gerik Mulan. Agak sulit aku menemuinya,""Jimmy akan jadi urusanku. Kau fokus saja pada rencana kita."Aslan mengangguk setuju saja, karena dirinya tak memiliki hak untuk menolak permintaan
Dengan keadaan Akbar yang tertidur pulas karena obat yang diberikan oleh Mulan yang bekerja sangat baik. Wanita itu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk segera merogoh ponsel suaminya agar dapat mencari data-data Istri pertama Akbar. Saat ponsel sudah didapatkan, Mulan merasa begitu bodoh. Karena tidak mungkin, seorang Akbar membiarkan begitu saja ponselnya tanpa adanya kata sandi. Beberapa kali Ia mencoba membuka kata sandi ponsel Akbar, namun hal itu tidak mendapatkan hasil apapun. "Sial!" geramnya ingin sekali membanting Ponsel Akbar."Baiklah, kalau rencana pertamaku gagal, akan aku lakukan rencana keduaku." Mulan segera mengembalikan ponsel Akbar saku celana pria yang saat ini sedang bermain dalam alam mimpinya.Mulan mengambil inisiatif untuk berpose tanpa sehelai benangpun bersama dengan Akbar. Sebelum melakukan hal itu, Mulan melucuti satu persatu pakaian yang dikenakan oleh Akbar.***Abian memandang penuh curiga pada pria yang saat ini sedang meringkuk tak berdaya dala
Abian menangkup wajahku, dan hanya menatapku lalu ia tersenyum, dan jantungku mulai berdebar bahkan isi perutku seperti bergejolak ingin keluar. "Semua akan berjalan lancar. Lihat saja nanti. "Ucap Abian tepat di hadapanku. Jantungku yang beberapa detik lalu berdebar tak karuan kembali sedikit tenang setelah ambient menjauhkan wajahnya dari wajahku. "Abian, ini salah. Kita tidak boleh terlalu dekat seperti ini," Abian tidak langsung menjawab pernyataanku. Pria itu kembali pada setelan awal, tak bisa kutebak cara memandang wajahku atau isi pikirannya.Abian memilih untuk membalikkan tubuhnya membelakangi tubuhku."Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."Aku hanya bisa diam saat langkah kakinya menjauh meninggalkan diriku sendiri. Suasana yang ramai pengunjung tak bisa aku rasakan karena Kepergian Abian yang seakan marah karena penolakanku pada keinginannya untuk pergi ke Balikpapan Center.Aku tak mungkin bisa melakukan itu semua, walaupun aku sudah diselingkuhi oleh Mas Akbar. Karena