Share

Bab 87

Air matanya Intan terus saja keluar karena ketakutan. Bibirnya tampak bergetar. Rasanya begitu lemas.

"Tuhan. Apa aku bisa melewati ini?"batin Intan.

Ingatannya kembali kepada keluarganya yang juga dijadikan tumbal yang memprihatinkan.

Tiba-tiba angin berhembus, terdengar suara Kyai Hasanudin di telinganya Intan.

"Assalamualaikum Nak Intan,"

"Kyai..?." batin Intan seraya melihat sekeliling yang penerangannya remang-remang. Intan sangat berharap itu adalah suara Kyai.

Bagaimana tidak remang-remang sementara di sana hanya memakai obor di beberapa sudut. Ini benar-benar seperti zaman masa kuno.

"Di mana Kyai?"ucap Intan lirih.

"Nak. Intan. Jangan lupa ingat selalu dengan Tuhan jika kamu ingin selamat, Nak. Berdzikirlah jangan pernah sekalipun terputus,"

Kemudian, Intan yang mendengar pesan Kyai mengatakan kepada ibu apa yang didengarnya.

Sejak saat itu, Intan tidak berhenti berdzikir.

Seperti apa yang dikatakan ibu, kemudian, dua wanita purba menghampiri Intan untuk memberikan mewangian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status