Medha menunggu di depan kamar Briana. Mereka sepakat untuk berjalan-jalan di pantai, tapi Briana belum juga keluar dari kamar.“Aku yakin Dharu takkan mengizinkan Briana keluar menggunakan bikini,” ucap Dika yang juga menunggu.Dika memakai kaus yang dipadukan dengan kemeja dan celana pendek.Medha menoleh ke Dika sekilas saat mendengar ucapan pria itu, lantas kembali menatap pintu.“Sepertinya iya,” balas Medha.“Padahal Dharu akan selalu kalah dari Briana ketika berdebat, tapi masih saja mengajak debat Briana,” ujar Dika.Medha mengembuskan napas kasar sampai kedua pundak melorot, dia mencoba mengetuk pintu lagi, tapi tak ada balasan dari dalam.“Kita keluar saja dulu. Jika Dharu sudah memperbolehkan, mereka pasti akan keluar,” ujar Dika memberi ide daripada menunggu lama di sana.Medha merasa itu ide bagus. Dia pun mengetik pesan untuk dikirimkan ke Briana.“Ayo!” ajak Medha tak ingin menyiakan kesempatan jalan-jalan di pantai.Di kamar, Dharu dan Briana benar-benar sedang berdebat
“Kupikir kamu akan menang dari Dharu, ternyata kalah.” Medha menatap Briana yang hanya memakai kaus ketat dengan celana pendek.“Mau bagaimana lagi, daripada dia mengancam,” balas Briana sambil menatap lautan dari balik kacamata hitamnya.Medha mendadak duduk mendengar balasan Briana. Dia membuka kacamata, lantas menatap Briana sekilas sebelum menoleh ke arah Dharu dan Dika yang sedang membeli minum.“Memangnya dia mengancam apa?” tanya Medha sangat penasaran.Briana menoleh Medha, hendak menjawab tapi mengurungkannya.“Ah … sudahlah, tidak perlu dibahas,” balas Briana agak kesal karena kalah dari Dharu.Medha agak kecewa karena Briana tak mau cerita. Dia kembali memakai kacamata hitamnya, lantas kembali merebahkan tubuh di kursi pantai.“Cuaca hari ini sangat indah. Lihat di sana, pria bertubuh sixpack sangat enak dipandang. Seperti vitamin penambah semangat,” ucap Medha sambil mengagumi tubuh pria yang baru saja selesai berenang di laut.Jika dilihat dari tempat mereka berada, para
“Kasihan sekali Dharu. Dia sangat setia seperti itu, tapi malah dibuat kecewa dengan keputusan Briana di masa lalu,” ucap Medha sambil mengajak duduk Dika di tepi pantai.“Entahlah, kupikir Dharu hanya bucin saja,” balas Dika sambil menatap ombak yang menghantam bibir pantai.“Apa kamu tahu alasan Briana mengakhiri hubungannya dengan Dharu?” tanya Dika tiba-tiba saja penasaran dan ingin mengorek informasi dari Medha.Medha malah mengembuskan napas kasar mendengar pertanyaan Dika.“Kok kamu, aku saja ingin tahu alasan Briana kenapa mengakhiri hubungan dengan Dharu,” balas Medha.“Kamu juga tak tahu?” tanya Dika menatap Medha yang mengembuskan napas kasar lagi.“Tidak, kalau aku tahu, andai Briana salah, aku pasti akan menasihatinya,” jawab Medha, “aku pernah bertanya kepadanya setelah Dharu pergi, jawabannya hanya merasa kalau Dharu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.”Dika pun diam mendengar jawaban Medha.“Aku sempat bingung, apanya yang kurang baik dari Briana? Lagi p
Briana sangat syok. Dia pun buru-buru membalikkan tubuhnya dengan jantung yang berdegup sangat cepat.“Kenapa kamu bertelanjang dada?” tanya Briana yang sangat terkejut.Dharu hanya mengerutkan alis mendengar pertanyaan Briana. Dia menatap wanita itu yang memunggunginya.“Kenapa? Bukankah tadi kamu biasa saja melihat para pria memamerkan otot mereka, kenapa sekarang melihatku malu?”Dharu berjalan ke lemari sambil mengusap rambutnya yang basah. Dia tentunya melewati Briana yang juga berdiri di dekat lemari.Briana memutar badan lagi saat menyadari Dharu berjalan ke arah lemari. Dia lantas bergeser agar tak terlalu dekat dengan pria itu.“Jelas saja beda. Aku biasa saja melihat mereka karena tak sekamar, berbeda denganmu. Jadi buruan pakai baju!” Briana tak berani menatap Dharu saat bicara.Dharu mengambil pakaian sambil menatap Briana yang masih memungunginya. Dia malah tersenyum karena melihat Briana yang sedang panik.“Kamu sudah memakai pakaianmu?” tanya Briana karena sejak tadi ta
“Bri! Briana!” Dharu menepuk pipi Briana agar bangun karena wanita itu terus menangis.Briana tiba-tiba membuka mata karena terkejut. Wajahnya sudah sangat basah, dia bingung sambil menatap Dharu yang terlihat panik.“Kamu mimpi apa?” tanya Dharu saat melihat Briana sampai sesenggukan.Briana masih terkejut hingga menatap Dharu cukup lama. Dia pun menggelengkan kepala saat sadar jika sudah terbangun dari mimpi buruknya.“Tidak ada,” ucap Briana lantas mengusap air mata di wajah.Dharu menatap Briana sejenak, lantas turun dari ranjang untuk mengambil air putih.Dharu kembali mendekat sambil membawa segelas air putih. Dia pun meminta Briana untuk minum agar lebih tenang.Briana pun duduk dengan mata sembab. Dia menerima gelas pemberian Dharu.“Terima kasih,” ucap Briana lantas menenggak isi di gelas.Dharu berdiri sambil memperhatikan Briana. Dia yakin ada sesuatu yang sampai membuat Briana mimpi buruk hingga menangis.“Kamu tidak mau cerita?” tanya Dharu seraya mengambil gelas dari tan
Medha melirik Briana dan Dharu bergantian. Sejak pagi mereka bertemu, sampai sekarang sarapan bersama, keduanya terlihat saling diam seolah tak saling kenal.“Ehem … kenapa rasanya meja ini begitu dingin?” Medha membuka suara karena merasa atsmophere di meja makan mereka terasa tegang.Dika langsung paham maksud Medha. Dia menoleh ke Dharu dan Briana, melihat keduanya makan tanpa menanggapi perkataan Medha.“Aku mau ambil kopi, kamu mau ga?” tanya Dika ke Dharu.Dharu menoleh Dika lantas menganggukkan kepala.Dika pun berdiri setelah mendapat jawaban Dharu. Dia menatap sekilas ke Medha, lantas membuat gerakan kepala untuk ikut pergi.Medha langsung paham, dia mengangguk pelan sambil memberi isyarat agar Dika pergi lebih dulu.“Bri, aku ke toilet sebentar,” pamit Medha.Briana menoleh Medha, lantas menganggukkan kepala.Medha pun pergi meninggalkan meja itu. Dika memesan kopi lebih dulu, lantas menemui Medha di belakang arah toilet.“Apa terjadi sesuatu dengan mereka?” tanya Dika penas
“Kenapa kamu melamun?” tanya Litta sambil memberikan segelas minuman ke Farhan.Farhan terkejut mendengar pertanyaan Litta. Dia menatap wanita itu lantas menerima minuman yang diberikan.“Tidak ada,” jawab Farhan lantas menenggak minuman pemberian Litta.Litta menatap curiga ke Farhan. Sejak pertemuan mereka dengan Briana yang berpenampilan berbeda, Farhan memang lebih banyak tidak fokus.“Kamu masih memikirkan Briana?” tanya Litta tak senang.Farhan sangat terkejut mendengar pertanyaan Litta. Dia menatap Litta yang tampak kesal.“Untuk apa aku memikirkannya,” elak Farhan.“Lalu? Kenapa kamu melamun? Sejak bertemu dengan Briana, kamu seperti mengabaikanku!” amuk Litta kesal dengan sikap Farhan yang tidak bisa menikmati kebersamaan mereka.Farhan menarik tangan Litta agar duduk lebih dekat dengannya.“Aku hanya sedang banyak memikirkan soal perusahaan. Bahan baku untuk klien mengalami keterbatasan pasokan yang membuat pengiriman ikut tersendat. Jika terus-terusan seperti ini, bisa-bisa
Dharu berlarian seperti orang kesetanan saat mendengar Briana terluka. Dia pergi ke tempat yang disebutkan Dika.Saat sampai di tempat yang dimaksud. Dharu melihat Briana yang berdiri sambil mengedarkan pandangan seperti orang kebingungan.Tentu saja Dharu langsung mendekat dan berlutut di depan Briana sampai membuat wanita itu terkejut.“Kamu ngapain?” tanya Briana sangat terkejut.Dharu tak menjawab pertanyaan Briana. Dia langsung mengecek pergelangan kaki Briana untuk memastikan apa yang dikatakan Dika benar.“Kamu kenapa?” tanya Briana kebingungan dengan yang dilakukan Dharu.Dharu menyadari jika kaki Briana baik-baik saja. Dia pun berdiri lantas menatap Briana yang bingung. Dharu mengedarkan pandangan di seluruh ruangan itu tapi tak mendapati Dika di sana, hanya ada Briana juga meja kursi.Briana menatap Dharu dengan ekspresi wajah bingung, kenapa pria itu tiba-tiba mengecek kakinya saat datang, lalu sekarang seperti orang bingung.“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Briana sambi