Share

Lisan Yang Berbahaya

"Bang Raihan, kapan datang?"

"Barusan saja, aku lihat mobil kamu parkir di depan, ya sudah aku ikut mampir, aku dan Anto juga merasa lapar."

"Oh ya sudah, silahkan gabung disini Bang." Nirmala menawarkan gabung satu meja bersama mereka, sudah dua kali Raihan menyelamatkan dirinya, ada perasaan nyaman di hati Nirmala jika ada Raihan, tapi Nirmala mencoba menetralkan dan menganggap itu sebagai perasaan nyaman biasa. Tidak lebih.

"Kak Nirmala, ingat ga, aku kan pernah bilang kalau Bang Raihan ini wajahnya sangat familiar, ternyata di pondok pesantren Darul hidayat kan ada baliho Bang Raihan sekeluarga di depan pintu gerbang, makanya saat aku ingat, aku langsung menemui Bang Raihan yang merupakan anak Buya Zulfikar–ayahnya Bang Raihan.

"Ya Allah, maaf Bang Raihan, selama ini bukan maksud saya merendahkan dengan memberi sedekah, saya benar-benar tidak tahu kalau Bang Raihan anak dari Buya Zulfikar, sepupu-sepupu saya banyak yang pesantren di sana, termasuk Abdul ini."

"Tidak apa-apa Nir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status