Share

128. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

“Jaya, apa kita akan meninggalkan Geni begitu saja?” tanya Barma di sela melompati dahan pohon. Tatapannya menoleh ke belakang sesaat.

Jaya tiba-tiba berhenti. “Kita biarkan Geni menenangkan dirinya lebih dulu. Aku yakin Geni hanya sedang dikuasai amarah hingga tidak bisa berpikir jernih. Di antara kita bertiga, Geni-lah yang paling menderita karena kehilangan keluarganya, dan di antara para murid yang lain, kita berdualah yang paling dekat dengannya.”

“Kau benar.” Barma mengangguk.

“Kita akan menunggunya di sini beberapa saat. Jika Geni tidak menyusul kita, kita yang akan menyusulnya.”

Kepulan asap tiba-tiba membumbung tinggi di udara, disusul guncangan kuat dari suatu arah. Tiga panah api tampak melayangkan ke udara, lalu kembali jatuh ke bawah.

“Apa mungkin itu ... Barma, kita harus segera menuju tempat itu,” ucap Jaya seraya menunjuk tempat di mana tiga panah itu muncul. “Aku yakin Geni juga akan pergi ke tempat itu.”

Jaya dan Barma kembali berlari, melompati dahan pohon dengan ce
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status