Barok sadar, ada kemungkinan Raden Kusuma terkena karma yang selama ini tidak boleh dilanggar, tapi kemungkinannya sangat kecil. Barok sempat ragu. Pasalnya, tumpahan darah lima anggota sekte tidak satu pun menetes di lantai aula padepokan.
Apa karma itu hanya menimpa mereka yang menumpahkan darah di aula, atau menumpahkan darah di seluruh petak istana jin? Entahlah.
Tidak ada harapan hidup lagi, Barok lebih memilih mati dari pada harus menyaksikan kematian Raden Kusuma. Dia tidak menginginkan hal tersebut.
Di satu sisi, dia harus terus menghindar tanpa membalas serangan Asoka agar pemuda itu tidak makin murka dan menghancurkan padepokan. Di sisi lain, Barok pesimis Raden Kusuma bisa diselamatkan.
“Sembuhkan adikku atau kau akan mati!” suara Asoka menggema ke seluruh tebing di kiri-kanan padepokan.
Barok mengangguk. “Ba-baik, akan kuusahakan. Tapi tolong, biarkan aku melihat kondisi Raden Kusuma lebih dulu. Hanya dengan izinnya, b
Gatra datang membawa sepucuk kertas yang dia temukan di sekitaran gerbang.Dalam kertas itu tertulis bahwa Ki Seno Aji memberi mandat pada Kusuma untuk menguji seberapa kuat Asoka menghadapi ujian yang akan menimpanya saat membawa Fahma ke puncak gunung.Ujiannya sangat beragam, mulai dari ujian fisik, batin, hingga ujian mental seperti yang baru saja terjadi.Entah bagaimana Ki Seno tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, tapi semua kejadian yang tertulis dalam surat benar-benar terjadi, termasuk tragedi diserangnya padepokan, juga insiden terlukanya Kusuma.Asoka membaca surat itu, lantas menghadap ke arah Barok.“Kenapa kau tidak bilang dari tadi! Jika tahu seperti ini, aku tidak akan memarahimu, tidak akan memukulmu, tidak pula mengancam kelangsungan padepokan ini!” Asoka membentak semakin kasar. Api kehitaman di tangannya perlahan memudar.Ctang!Kepala Asoka kejatuhan sesuatu dan benjol di bagian belakang.
Asoka bingung bukan main. Bingkisan apa? Selama ini dia hanya membawa barang-barang yang hanya dibungkus dengan kain lebar. Tidak ada bingkisan di sana. Dia tidak ingat apapun kecuali pertarungan dan pertarungan.Tiga kali pertanyaan dicecar, Asoka tetap menjawab dengan gelengan kepala.“Bingkisan apa, Paman? Tolong jelaskan padaku!” Pinta Asoka yang wajahnya ikut ragu.“Langkir Pamanang...”Setelah menyebut nama itu, Asoka baru ingat jika Ki Langkir Pamanang menitipkan satu bingkisan kecil yang hanya boleh digunakan ketika keadaan sedang sangat darurat. Bingkisan itu dia letakkan di celana bagian kiri.Asoka coba meraba celananya, tapi naas, bingkisan itu sudah tidak ada lagi di saku Asoka. “Ada apa dengan bingkisan itu, Paman?” tanya Asoka gelagapan, dia tidak tahu di mana jatuhnya bingkisan yang diberikan Ki Langkir Pamanang.“Waktumu sepuluh menit sebelum Barok dan Fahma mati bersamaan karena ber
Cakar macan putih mengakibatkan Asoka limbung, pemuda itu bersandar di dekat pohon arsit agak jauh dari bingkisan kebiruan itu. Gatra berhasil mengambil bingkisan misterius milik Ki Langkir, tapi dia melemparnya ke arah Asoka, membuat belasan siluman di sana marah besar.Dipimpin siluman salamander merah, mereka membuat bulatan guna mengepung Asoka, tatapan mereka sangat lapar.Bingkisan biru kecil milik Ki Langkir sudah berada di tangannya, tapi bagaimana cara untuk melawan belasan siluman ini?Asoka sangat bingung. Dia ingin marah pada Gatra, tapi tidak bisa. Gatra sudah membantunya mengambil bingkisan itu. Tapi karena pengambilan tadi, belasan siluman jadi makin marah dan siap menerkam Asoka dengan seluruh senjata mereka.“Guru, apa ini sudah masuk dalam kategori terdesak?” tanya pemuda berkuncir.“Belum... kau haris mati dulu baru bisa disebut terdesak.” Gatra menjawab apa adanya, dia lantas tertawa dan pergi meninggalka
“Akhirnya Kakang sadar, seharian penuh aku menunggui Kakang Soka ... aku sungguh bahagia. Kakang tidak tahu aku menangis seorang diri, semua murid padepokan melihatku, tapi aku tidak peduli.” Terdengar suara teriakan yang membuat Asoka membuka mata.Murid-murid padepokan Ajisaka sudah berkumpul melingkar di tengah aula padepokan.Barok, Raden Kusuma, dan Fahma duduk tepat di samping Asoka, mata gadis itu berkaca-kaca. Dia sangat senang kakaknya bisa siuman.“A-apa yang terjadi? Kenapa punggungku begitu sakit? Argh...” Asoka mendesis pelan.Dia tidak bisa duduk normal. Berulang kali dia bertanya pada Barok dan Raden Kusuma tentang apa yang terjadi, tapi mereka tidak tahu apa-apa.Efek racun itu tidak hanya melukai bagian dalam tubuh Asoka, melainkan juga berimbas pada ingatannya.“Jangan banyak bergerak dulu, Soka!” Raden Kusuma menjulurkan tangan lalu menahan tubuh Asoka agar pemuda itu tidak memaksakan di
Raden Kusuma menceritakan bahwa dulu sebelum terjadinya perang besar antara Nusantara melawan Serikat Zhang Ze, ada seorang peternak merpati yang disegani di seluruh dunia karena kepiawaiannya meracik pakan dan memadukan antara satu jenis dengan jenis lain.Waktu itu Nusantara sedang membutuhkan merpati tangguh khusus mengirim pesan untuk telik sandi yang sedang menjalankan tugas di negeri seberang.Bertepatan juga sang peternak merpati sedang singgah di Nusantara untuk sekedar temu sapa dengan rekan perdangannya, juga mengunjungi beberapa hutan siluman yang mana di dalamnya terdapat tanaman langka seperti serbuk anggrek ungu dan matahari merah.Memang kesannya jahat, tapi Nusantara tidak punya jalan lain untuk mencuri resep pakan dan persilangan merpati si peternak.Kastil Menara Cakra dipenuhi beberapa petinggi Ikatan Pendekar Nusantara, termasuk Ki Seno, Pangeran Kamandanu, dan Yung Chen yang kala itu masih berusia dua puluh tahunan.Mereka semu
Prabu Wusanggeni melihat dua orang lelaki membawa sabit lari dari kejauhan. Dia segera membuka portal ilusi dan menyelamatkan teman-temannya yang loncat dari lantai lima.“Syukurlah kita selamat. Hampir saja kita ketahuan pihak penginapan, bisa tercemar nama perguruan.” Seorang pemuda mengusap peluh yang sudah memenuhi jidatnya.“Tidak hanya perguruan kita yang tercemar, berita ini akan menjelek-jelekkan nama Ikatan Pendekar Nusantara. Kondisi darurat tidak bisa membenarkan kejahatan semacam ini. Harusnya kita menolak, tapi aku tidak bisa.”“Kau benar, kejatahatan ... selamanya tidak bisa dibenarkan.”Prabu Wusanggeni menenangkan tiga temannya yang berdebat. Dia segera memimpin delapan orang itu pergi ke tempat persembunyian yang ada di peta.Mereka menyandera si peternak sampai dia mau menunjukkan resep pakan dan persilangan itu.Plak!Plak!Dua tamparan berhasil membangunkan peternak merpat
“Jadi merpati itu bukan merpati sembarangan, Guru?” Barok coba memastikan hal yang masih menghantui pikirannya.“Lebih tepatnya merpati langka ... walaupun kau berhasil mendapatkan resep pakan dan persilangan dari si peternak, presentasi gagalnya masih sangat tinggi. Ki Seno termasuk orang yang beruntung karena berhasil menetaskan dua telur merpati itu tanpa kecacatan apapun.”Asoka datang tepat saat mereka semua selesai membahas cerita merpati percik api, dia mengeluh punggungnya sakit. Efek racun itu belum sepenuhnya hilang dan Asoka harus istirahat satu malam lagi sebelum berangkat menuju puncak gunung.Dua hari lamanya Asoka hanya berbaring di atas ranjang. Sesekali dia melihat proses latihan murid-murid padepokan, memberi nasehat pada mereka, hingga turun tangan langsung memberi arahan jika ada gerakan yang menurutnya kurang akurat.Fahma yang sudah benar-benar pulih, menyuapi kakaknya dengan sangat telaten. Dia juga yang mera
Mengetahui ada cahaya putih yang terpancar dari saku celana Asoka, murid-murid meneriaki Raden Kusuma dari kejauhan.“Dia berbahaya, Guru!”“Cahaya putih itu bisa membunuhmu jika kau tidak berhati-hati!”“Guru, kami mohon jangan nekat mendekati cahaya itu ... kami masih butuh bimbinganmu. Kami masih jauh dari kata hebat.”Raden Kusuma hanya tersenyum dari kejauhan. Dia tahu, cahaya putih itu tidak berbahaya.Tangannya menggapai saku belakang celana Asoka, lantas menggenggam batu kecil itu hingga cahaya putihnya redup.Berjalan menuju aula padepokan, Raden Kusuma mendekatkan mustika itu ke tangan Barok yang sedang melakukan jurus penyembuhan.“Gunakan jurus Tapak Teratai Putih untuk menyembuhkan gadis itu. Fahma di ambang batas kematian. Urusan Asoka, kau tidak perlu memikirkannya. Dia hanya pingsan karena racun yang dia dapat saat bertarung melawan siluman macan putih.”“Gur