Pasukan pleton lima Serikat Zhang Ze bergerak menuju Pelabuhan Hakuma, mereka masuk melalui perbatasan Selatan, melewati beberapa penjaga yang menggunakan topeng samurai menyeramkan.
Masing-masing membawa katana di tangan, ukurannya sekitar satu setengah meter.
“Lihatlah mereka, perawakan dan pakaian seperti bangsawan. Aku sangat yakin, mereka adalah anggota Serikat Zhang Ze … cih, ada perlu apa mereka masuk ke Hakuma?”
“Keberanian mereka patut diacungi jempol. Genderang perang belasan tahun lalu sudah ditabuh, tapi mereka nekat memasuki kandang musuh. Kita harus bersiap sebelum mereka mencari keributan di tengah kota.”
“Jangan gegabah, Tuan Shisui belum memberi kita perintah. Mungkin mereka sudah berkirim surat pada Tuan Shisui jauh-jauh hari, dan karena itu mereka berani memasuki perbatasan.”
Kapal terus berlayar, Luo Yi tidak memberi izin semua anggota serikat untuk keluar dari dek kapal.
Ada ang
Penggalangan kekuatan yang dilakukan Serikat Zhang Ze berjalan lancar tanpa hambatan sekalipun. Mereka kembali dengan senyuman merekah, disambut makanan mewah di puncak Bukit Huan.“Kita tunggu sampai hari itu tiba. Satu tahun kiranya cukup untuk mengkoordinir pasukan besar Negeri Sakura.”“Tuan Meng Khi, apa tidak terlalu lama menunggu sampai satu tahun?” Mirana selaku sekretaris dua serikat menyampaikan pendapatnya. “Nusantara bisa menimbun kekuatan lebih besar lagi jika kita menunda penyerangan lebih lama lagi.”Xin Lumina, empat kader, dan para penasehat serikat mengangguk setuju dengan usulan Mirana, tapi tidak dengan Meng Khi, sang raja tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan.Dia tahu seberapa bahayanya pendekar Nusantara, lebih-lebih sejarah serikat mencatat bahwa Serikat Zhang Ze tidak pernah memenangkan pertarungan dahsyat jika Nusantara sudah terlanjur bersatu.“Negara kecil belum tentu memil
“Ternyata kerajaan Ringin Anom memiliki daerah yang lumayan besar. Aku cukup terkejut, perjalanan satu hari tidaklah sebentar. Pasti rajamu sangat bijaksana hingga membuat desa di ujung ini masih lestari.”Asoka menoleh ke seluruh penjuru.Banyak persawahan hijau membentang rapi, ternak juga dibiarkan bebas tanpa perasaan risau ada pencuri atau pemburu yang tidak bertanggung jawab.Di kiri-kanan desa, selalu ada pagar yang tersusun rapi dari bata merah. Pos ronda serta gapura dibangun dengan arsitektur unik, seolah setiap wilayah kerajaan adalah wilayah elit yang ditinggali orang-orang kaya.Kirom bisa tersenyum untuk beberapa saat, namun dia masih belum berani bicara, suasana hening beberapa saat sebelum Karim menyahuti ucapan Asoka.“Raja Galih namanya, umurnya masih muda namun wibawanya mengalahkan para penasehat sepuh istana.”“Nama yang bagus, aku tidak sabar bertemu dengannya.”Asoka memandang j
Tubuh Asokabereaksi, secara otomatismengakibatkan gerakan aneh. Karimmenangkap gerakan tersebut dan bertanya langsung. Asokamenjawab sekenanya, bercerita kalau dia merasakan energi Ranu dari sebuah sisi.Asoka meloncat ke atas pohon yang paling tinggi, menusukkan sebuah kayu kecil agar energi Ranu bisa masuk ke aliran darahnya. Semakin lama semakin pekat energi yang terasa, Asoka segera turun mendekati Karim.“Apa istana Balidipa ada di sana?” tanya Asokaselagi menunjuk.Karimmengangguk.Tandanya Ranu memang diculik, tapi bagaimana itu bisa terjadi? Harusnya malam itu Asokamerasakan energi dari orang-orang yang datang.Pertanyaan itu terus menghantui Asoka, bahkan sampai dia menyelesaikan sarapannyadisebuahkedaihingga melanjutkan perjalanan.Tak lupa, dia membayar biaya makanan dengan uang lebih.Harganya cuma tiga puluh lima keping perunggu, namun Asoka memba
Satu jam sebelumnya, orang-orang Balidipa sudah menyiapkan beberapa pasukan elit untuk menyerbu gubuk Kuntasena di tepian selat.“Kau masih mengemban tanggung jawab besar memburu Asoka, aku sudah menyuruh Panglima Cakra Bumi menunjuk lima pasukan pembantu khusus. Tidak ada kata sendiri, kegagalanmu bisa mencoreng nama baik Balidipa!”Raja Swarespati marah besar terhadap Arya, namun dia tidak begitu mudahnya menyerah. “Mahapatih Arnawama akan membantumu dengan Ajian Lipat Bumi, setelah menggunakan jurus itu, dia akan tidur selama dua hari untuk memulihkan energi. Jangan nodai kepercayaan mahapatih!”“Baik, Paduka, kami akan melakukan yang terbaik agar Asoka bisa ditawan seperti Ranu, walaupun taruhannya nyawa kami sendiri.”Perjalanan yang biasa ditempuh dua hari, bisa disingkat menjadi dua jam.Enam orang berangkat menuju tepian selat, namun satu di antara mereka menderita luka bakar serius setelah menginjak sala
Kabar kematian mereka perlahan terdengar di telinga warga. Beberapa nelayan yang terikat kerja sama dagang dengan kerajaan Balidipa menyebarkan berita tersebut dari mulut ke mulut.Hanya dalam hitungan jam, Raja Swarespati segera melakukan pertemuan darurat bersama para petinggi.Yang terbesit pertamadi pikiran sang raja,adalah tuduhan miring jika pasukan pengintai mati karena serangan kerajaan Ringin Anom.Selama ini dua kerajaan selalu bersitegang, dan Asoka adalah murid Ki Seno Aji.Ringin Anom berafiliasi dengan Datuk Lembu Sora yang mengampu Perguruan Pasir Putih, juga mengajari beberapa pendekar Ringin Anom, dan atas dasar itu, Swarespati menganggap Ringin Anom mencari masalah dengan Balidipa.Dua kerajaan ini sudah terlibat konflik lumayan lama, sejenak reda, namun masalah ini kembali menyulut api amarah orang-orang Balidipa.Strategi perang diatur.Panglima, penasehat, pemimpin pleton, dan beberapa ahli strategi diku
“Rapat darurat kali ini selesai. Kesimpulan yang didapat adalah, Balidipa menunda kecurigaan dan menahan diri lebih dulu agar tidak menyerang Ringin Anom, sebelum ada kejelasan mengenai berita tentang siapa yang membunuh lima pasukan elit istana.”“Panglima, Mahapatih, dan Pangeran diminta mendiskusikan strategi sebulan setelah pembahasan rapat ini digantung di papan pengumuman istana.”“Jika memang hasil yang ditemukan tim penyelidik tidak menunjukkan adanya campur tangan Ringin Anom, tiga petinggi istana tetap menyusun strategi pertahanan untuk berjaga apabila Ringin Anom melakukan serangan dadakan atas permintaan Asoka.”Penasehat tua itu mengumumkan hasil rapat pada semuanya.Para petinggi kerajaan yang turut hadir pada pertemuan penting itu, memberi penghormatan khusus pada Pangeran Wayankarena keputusannya selalu tepat. Semua di ruang singgasana nampak bahagia, kecuali satu orang.Mahapatih Arnawama m
Sore menjelang malam.Istirahat sudah selesai, waktunya Asokameneruskan perjalanan. Mereka sempat singgah di sebuah kampung yang tak jauh dari sungai, lalu kembali berjalan sebelum fajar terbit.“Satu jam lagi kita sampai di daerah pantai,” lirih Karimsambil tersenyum.“Pemandangan di sana jauh lebih bagus dari perbukitan hijau di perbatasan.”Ketika sampai di suatu kota yang lumayan luas, Asokamenyuruh Karimuntuk memilih kedai dari beberapa kedai yang berjejer di dekat taman kota. Saat masuk, ada seorang pertapa tua yang kemarin mengunjungi pelabuhan dengan tongkatnya.Pertapa itu masih menikmati makanan, sendirian, tanpa ditemani siapapun. Meski umurnya sudah menginjak angka sembilan puluh ke atas,namunketahanan fisiknya masih serasa seperti pemuda gagah berusia dua puluhan.Asokasampai saat ini belum tahu kalau kakek itu adalah Datuk Lembu Sora, pendekar sakti yang membawa mu
Asoka coba mencairkan suasana dengan membuat kegaduhan agar para warga tidak curiga kalau dia adalah buronan yang selama ini dicari kerajaan Balidipa.Datuk Lembu Sora hanya tersenyum, dia sudah tahu sifat asli Asoka dari sejak Asoka dilahirkan di dunia. Semua tertulis dalam kitab Sabdo Waseso dan Ramalan Jayabaya tentang anak dalam ramalan.Pemegang mustika acapkali diajak diskusi dengan Bunar Kumbara, namun di sebuah kesempatan, Meng Khi diizinkan ikut dengan harapan, sang ketua serikat mau berdamai dengan cara tidak membeda-bedakan aliran hitam dan putih.Meng Khi tetap bersikukuh, dia sudah menyatakan sumpah, tetap setia pada Serikat Zhang Ze.Empu Ganda Wirakerti sempat berujar pada Bunar Kumbara, “Titah Dewa sepertimu tidak dihiraukan oleh mereka, apalagi ajakan kami yang hanya manusia biasa.”“Ramalan yang tertulis dalam kitab Sabdo Waseso tidak dapat diubah. Dewata sudah menakdirkan ini … Nusantara melawan Serikat Z