Pertemuan Asoka dan Ratih menyisakan bekas mendalam. Ratih merasa sangat berterima kasih dengan kehadiran Asoka, tanpa pemuda itu, Ratih mungkin sudah mati karena paru-parunya penuh dengan air.
“Apa yang dilakukan Perguruan Elang Hitam di sini?” tanya Asoka seraya menyalakan kayu bakar. Dia kasihan melihat Ratih yang terlampau lesu dengan bibir pucat. Usai mencari ayam hutan, dia lantas membakarnya agar perut Ratih terisi.
Ratih sendiri tidak enak dengan Asoka, dia kira Asoka merupakan lelaki jahat yang ingin menjadikan tubuhnya sebagai pemuas nafsu … tapi nyatanya tidak. Asoka bertingkah baik, bahkan jauh lebih baik dari semua orang baik di Perguruan Elang Hitam.
“Kami mengikuti turnamen ini, setidaknya ada empat wakil yang dikirim langsung oleh Ayahanda.” Ratih menjawab dengan tatapan sayu.
“Ayahanda maksudmu?”
Ratih sebenarnya ragu untuk mengungkap rahasianya, tapi dia tahu Asoka bukan tipikal orang jah
Turnamen Neraka Bumi memasuki hari ketiga, para peserta berbondong menyaksikan babak 32 besar yang akan dilaksanakan hari ini. Beberapa yang meraih nilai tertinggi di babak penyisihan kedua, langsung dicantumkan namanya di babak 16 besar.Ratusan pendekar protes akan hal tersebut, tapi ribuan lainnya menerima dengan senang hati karena mereka tahu, sembilan pendekar yang meraih nilai tertinggi merupakan pendekar dengan kanuragan tak tertandingi, lebih-lebih mereka sepakat kesembilannya sama-sama memiliki peluang yang sama untuk menjuarai turnamen.Tentu kursi delapan besar menjadi kursi panas karena delapan peserta yang lolos di babak itu berhak mendapat hadiah minimal 200 keping emas ditambah satu paket lengkap rempah penguat tulang.“Padepokan kita memang termasuk baru di antara perguruan dan sekte-sekte besar lain yang ikut turnamen ini, tapi kita tidak boleh ragu, kita adalah perguruan yang pernah memenangkan Turnamen Tapak Iblis dua kali berturut-turut
Serangan demi serangan disuguhkan masing-masing peserta yang bertanding, Kilat Merah terpaksa mengambil ikat merah di balik saku celana dan memasangnya ke kening, pertanda jika dia mengakui lawan yang sedang bertanding dengannya.Pangeran Kamandanu dan Yung Chen terkejut, pertandingan ini di luar ekspektasi mereka, padahal mereka bisa membayangkan Kilat Merah menang dengan mudah, tapi nyatanya tidak.Bahula Uni sempat memojokkan Kilat Merah dengan jurus Utiran Neraca hingga pemuda ikat kepala merah itu terhempas sampai meretakkan perisai energi arena.“Bertahanlah sedikit lagi, aku akan mentranfer energi pedang merah ke dalam pedangmu.” Zoro coba menawarkan bantuan lewat telepati.“Tidak! Biarkan aku menang dengan tenagaku sendiri! Jangan merasa kasihan hanya karena aku tidak bisa mengimbangi pendekar elemen angin satu ini! Aku lebih bahagia kalah di babak ini dari pada menang dengan cara curang.”“Terserah kau sajalah
“Ki-Kilat Merah dikalahkan pemuda itu? Ini di luar dugaanku, Kusuma Aji berhasil mematahkan ekspektasi kita semua.” Fang Shui mendekati tamu-tamu undangan dan tersenyum, sepertinya dia bahagia melihat anak didiknya kalah.“Kenapa kau tersenyum? Unggulan kedua Lembah Seratus Pedang sudah tumbang.” Pangeran Ananta coba menelisik senyuman Fang Shui.“Justru aku bahagia karena Bahula Uni berhasil menghapus kesombongan Kilat Merah, dan setelah pulang dari turnamen ini, dia pasti berlatih keras agar bisa memenangkan Turnamen Neraka Bumi tahun selanjutnya.”“Kau memang pendidik yang baik,” puji Pangeran Kundalini.Pertandingan terus berlanjut, semua tamu undangan duduk berdampingan satu sama lain. Yung Chen dan Datuk Lembu Sora juga sudah kembali ke tengah arena, melihat seberingas apa perwakilan Kuil Pendeta Langit.Enam bulan sebelum Turnamen Neraka Bumi dilaksanakan, beberapa petinggi Kuil Pendeta Langit
Perbincangan terjadi lumayan lama, Datuk Lembu dan Empu Ganda sadar akan hal tersebut. Mereka ikut hadir di alam ilusi yang diciptakan Prabu Wusanggeni.Strategi agar Asoka berhasil menembus babak final dibahas di sana, perbincangan terjadi cukup lama hingga mereka bertiga melewatkan tiga pertandingan babak 16 besar.Yung Chen yang sadar akan hal itu, tidak mau berkomentar apapun. Sebenarnya dia penasaran kenapa hanya mereka bertiga yang berangkat tanpa mengikutsertakan Pangeran Kamandanu atau Pangeran Kundalini yang merupakan petinggi Ikatan Pendekar Nusantara.“Ah, mungkin ada kaitannya dengan Asoka,” batin Yung Chen, mencoba tidak peduli dengan hal tersebut.Usai berbincang cukup lama dengan tiga pemegang mustika legendaris, Prabu Wusanggeni masuk ke alam ilusi lain dan coba menautkan telepatinya ke alam bawah sadar Asoka.“Turnamen tahun ini tidak semudah yang kau bayangkan! Bersiaplah, akan banyak tantangan yang harus kau lal
Abah Suradira mengumpulkan semua peserta dan penonton dua hari setelah babak 16 besar selesai. Ada pengumuman yang akan disampaikan, tapi wajah Abah Suradira terlihat ragu antara mengumumkannya sekarang atau menundanya sampai esok hari.Pangeran Kamandanu, Yung Chen, Datuk Lembu Sora, dan Empu Ganda Wirakerti juga turut hadir di tengah arena sebagai bukti kalau pengumuman ini sudah disepakati oleh pihak perwakilan Ikatan Pendekar Nusantara.Posisi Prabu Wusanggeni digantikan oleh Pangeran Kundalini, si tua pengguna jurus ilusi itu dipanggil Ki Seno Aji untuk datang di Kuil Neraka Bumi karena ada satu gulungan rahasia yang ditemukan oleh murid Perguruan Kabut Butana.“Ada apa kira-kira? Ini tidak seperti biasanya.” Kilat Merah berujar, tangan, tubuh, dan kakinya masih dibalut perban setelah kekalahannya melawan Bahula Uni.“Aku tidak tahu … tapi aku curiga, turnamen ini ditunda karena suatu alasan yang tidak kita ketahui.” As
Malam sebelum berangkat menuju Dwipa, Asoka lebih dulu kembali ke Asrama Api Merah guna pamitan pada teman-temannya, termasuk Bayu yang kebetulan juga ada di sana.“Kami sebenarnya tidak tega melepasmu sendirian ke pulau Dwipa, tapi jika itu permintaan Datuk Lembu Sora, kami tidak bisa menolaknya. Itu demi kebaikanmu, juga kebaikan perguruan kita tercinta.” Reksa Aluna selaku ketua asrama coba menyikapinya dengan bijak.“Benar katamu, kita tidak boleh menahan Asoka di sini.” Opang maju dua langkah, menyerahkan satu wadah kecil berisi bubuk kopi. “Ini akan menemani malam-malam latihanmu di sana.”“Kami di sini mendukung apapun keputusanmu. Jika kau memang ingin memperkuat diri dan berlatih di bawah asuhan Datuk Lembu Sora, kami dengan senang hati mendoakan keselamatanmu, lebih-lebih mengharap kau berkenan mengajari kami apa yang kau dapat setelah berlatih di sana.”“Aku pasti jadi lebih kuat dan mengaja
“Serikat Zhang Ze sudah bergerak, salah satu tandanya adalah muncul badai di tengah Selat Jawa, raja siluman laut akan berkumpul menunggu energi dari bola cakra hitam yang dibawa Wusasena setelah pulang dari Tiongkok.”“Bagaimana kau tahu?” Asoka meragukan kata-kata Gunawira.“Kami keempat mustika terhubung satu sama lain, tidak bisa berbohong, atau membuat berita palsu. Dan karena itulah, Meng Khi menempatkan mustika emas agak jauh dari singgasananya agar aku, Gatra, dan Lana Ari penghuni mustika cokelat.”“Jadi, selama ini, kalian bisa saling berbincang tanpa harus bertatap muka satu sama lain?”“Benar, kami tidak harus bertemu untuk berbincang.” Gunawira mengepakkan sayapnya dan menukik naik ke atas, menghindari ombak besar yang menerjang dari sisi kanan. “Sama halnya saat Seno mewariskan mustika itu padamu, dia lebih dulu minta pendapat kami berempat. Hasilnya, tiga setuju kecuali Cakar
Asoka berteriak sangat keras seraya mengayunkan Pedang Kalacakra ke segala penjuru.“Teknik Ilusi Mayapada - Pedang Kawah Asap!”Dua petir turun dari angkasa, menyambar permukaan laut.Sempat terdengar auman merintih dari dasar laut, tapi Asoka tidak peduli. Dia terus mengayunkan pedang, terhitung belasan kali petir menyambar laut, mengaliri air dengan energi listrik.Gunawira akhirnya sadar, Asoka bukan bocah sableng biasa, dia cukup cerdik membaca situasi, lebih-lebih karena petir itu.“Air selamanya tidak bisa menyatu dengan listrik, dan dia menemukan celah kelemahan iblis-iblis lautan. Meski mereka terbuat dari abu dan api hitam, mereka juga iblis yang bisa merasakan rasa sakit. Petir itu cukup untuk mengulur waktu sampai dia berhasil mengumpulkan energi alam dalam jumlah cukup besar.”Penjelasan Gatra cukup gamblang, tentu Gunawira memanggut kagum karena selama ini dia hanya menganggap Asoka sebagai pemuda bodoh