Turnamen hari ini telah selesai. Babak penyisihan pertama ditutup, menyisakan 123 peserta yang lolos ke babak selanjutnya. Lima sisanya sudah mengamankan kursi di babak enam belas besar nanti.
“Kau harusnya bersyukur bisa langsung lolos ke babak 16 besar!” Bayu memukul kepala belakang Asoka saat mereka berjalan menuju Asrama Api Merah.
Reksa Aluna, Opang, dan Wedara Pringgandani menyambut mereka dengan santapan mewah, satu ayam kalkun utuh dipadu berbagai jenis kopi dan teh hitam.
Mereka berpesta untuk sementara waktu, merayakan keberhasilan Asoka dan Bayu yang telah melewati babak penyisihan tahap pertama. Asoka masih merenung, dia masih bertanya-tanya siapa dua sosok kembar yang berjuluk Rajo Tikam.
Empat orang pasukan Elang Hitam yang menyamar jadi peserta turnamen beristirahat di asrama yang sama. Mereka menyatukan kekuatan agar bisa mengetahui di mana letak asrama api naga yang menyimpan sumber kekuatan iblis Seraphic.
Rafsanjani selaku t
Sembari menunggu up, mari baca novel silat menarik 1. Danuranda (Pendekar Nusantara) 2. Arya Wiguna Wadah Terpilih 3. Dendan Pendekar Peniru
Bayu memalingkan mata tapi tidak menemukan Asoka di bangku penonton. Bertanya pada Reksa Aluna hasilnya juga sama, mereka tidak tahu di mana Asoka berada, padahal pertandingan babak 32 besar sebentar lagi dimulai.Sejak pagi Asoka menghilang dari perguruan, murid lencana giok yang berjaga di gerbang depan mengatakan kalau pemuda itu sedang dilanda kejemuan, lantas pergi menyusuri padang rumput.Banitura tidak mengizinkan Bayu keluar dengan alasan, pertandingan babak 32 besar dilaksanakan 15 menit lagi, terlebih Bayu adalah peserta pertama yang akan bertanding.“Asoka aman di luar sana, tenang saja … kita tunggu sampai matahari terbenam, jika dia tak kunjung kembali, kita bertiga yang akan mencarinya di tengah padang rumput.” Banitura meyakinkan Bayu bahwa sahabatnya tidak apa-apa.“Untuk sementara waktu, fokuslah pada pertandingan. Lawanmu merupakan murid unggulan dari Gereja Merak Timur, salah satu pengguna elemen angin terkuat d
Pertemuan Asoka dan Ratih menyisakan bekas mendalam. Ratih merasa sangat berterima kasih dengan kehadiran Asoka, tanpa pemuda itu, Ratih mungkin sudah mati karena paru-parunya penuh dengan air.“Apa yang dilakukan Perguruan Elang Hitam di sini?” tanya Asoka seraya menyalakan kayu bakar. Dia kasihan melihat Ratih yang terlampau lesu dengan bibir pucat. Usai mencari ayam hutan, dia lantas membakarnya agar perut Ratih terisi.Ratih sendiri tidak enak dengan Asoka, dia kira Asoka merupakan lelaki jahat yang ingin menjadikan tubuhnya sebagai pemuas nafsu … tapi nyatanya tidak. Asoka bertingkah baik, bahkan jauh lebih baik dari semua orang baik di Perguruan Elang Hitam.“Kami mengikuti turnamen ini, setidaknya ada empat wakil yang dikirim langsung oleh Ayahanda.” Ratih menjawab dengan tatapan sayu.“Ayahanda maksudmu?”Ratih sebenarnya ragu untuk mengungkap rahasianya, tapi dia tahu Asoka bukan tipikal orang jah
Turnamen Neraka Bumi memasuki hari ketiga, para peserta berbondong menyaksikan babak 32 besar yang akan dilaksanakan hari ini. Beberapa yang meraih nilai tertinggi di babak penyisihan kedua, langsung dicantumkan namanya di babak 16 besar.Ratusan pendekar protes akan hal tersebut, tapi ribuan lainnya menerima dengan senang hati karena mereka tahu, sembilan pendekar yang meraih nilai tertinggi merupakan pendekar dengan kanuragan tak tertandingi, lebih-lebih mereka sepakat kesembilannya sama-sama memiliki peluang yang sama untuk menjuarai turnamen.Tentu kursi delapan besar menjadi kursi panas karena delapan peserta yang lolos di babak itu berhak mendapat hadiah minimal 200 keping emas ditambah satu paket lengkap rempah penguat tulang.“Padepokan kita memang termasuk baru di antara perguruan dan sekte-sekte besar lain yang ikut turnamen ini, tapi kita tidak boleh ragu, kita adalah perguruan yang pernah memenangkan Turnamen Tapak Iblis dua kali berturut-turut
Serangan demi serangan disuguhkan masing-masing peserta yang bertanding, Kilat Merah terpaksa mengambil ikat merah di balik saku celana dan memasangnya ke kening, pertanda jika dia mengakui lawan yang sedang bertanding dengannya.Pangeran Kamandanu dan Yung Chen terkejut, pertandingan ini di luar ekspektasi mereka, padahal mereka bisa membayangkan Kilat Merah menang dengan mudah, tapi nyatanya tidak.Bahula Uni sempat memojokkan Kilat Merah dengan jurus Utiran Neraca hingga pemuda ikat kepala merah itu terhempas sampai meretakkan perisai energi arena.“Bertahanlah sedikit lagi, aku akan mentranfer energi pedang merah ke dalam pedangmu.” Zoro coba menawarkan bantuan lewat telepati.“Tidak! Biarkan aku menang dengan tenagaku sendiri! Jangan merasa kasihan hanya karena aku tidak bisa mengimbangi pendekar elemen angin satu ini! Aku lebih bahagia kalah di babak ini dari pada menang dengan cara curang.”“Terserah kau sajalah
“Ki-Kilat Merah dikalahkan pemuda itu? Ini di luar dugaanku, Kusuma Aji berhasil mematahkan ekspektasi kita semua.” Fang Shui mendekati tamu-tamu undangan dan tersenyum, sepertinya dia bahagia melihat anak didiknya kalah.“Kenapa kau tersenyum? Unggulan kedua Lembah Seratus Pedang sudah tumbang.” Pangeran Ananta coba menelisik senyuman Fang Shui.“Justru aku bahagia karena Bahula Uni berhasil menghapus kesombongan Kilat Merah, dan setelah pulang dari turnamen ini, dia pasti berlatih keras agar bisa memenangkan Turnamen Neraka Bumi tahun selanjutnya.”“Kau memang pendidik yang baik,” puji Pangeran Kundalini.Pertandingan terus berlanjut, semua tamu undangan duduk berdampingan satu sama lain. Yung Chen dan Datuk Lembu Sora juga sudah kembali ke tengah arena, melihat seberingas apa perwakilan Kuil Pendeta Langit.Enam bulan sebelum Turnamen Neraka Bumi dilaksanakan, beberapa petinggi Kuil Pendeta Langit
Perbincangan terjadi lumayan lama, Datuk Lembu dan Empu Ganda sadar akan hal tersebut. Mereka ikut hadir di alam ilusi yang diciptakan Prabu Wusanggeni.Strategi agar Asoka berhasil menembus babak final dibahas di sana, perbincangan terjadi cukup lama hingga mereka bertiga melewatkan tiga pertandingan babak 16 besar.Yung Chen yang sadar akan hal itu, tidak mau berkomentar apapun. Sebenarnya dia penasaran kenapa hanya mereka bertiga yang berangkat tanpa mengikutsertakan Pangeran Kamandanu atau Pangeran Kundalini yang merupakan petinggi Ikatan Pendekar Nusantara.“Ah, mungkin ada kaitannya dengan Asoka,” batin Yung Chen, mencoba tidak peduli dengan hal tersebut.Usai berbincang cukup lama dengan tiga pemegang mustika legendaris, Prabu Wusanggeni masuk ke alam ilusi lain dan coba menautkan telepatinya ke alam bawah sadar Asoka.“Turnamen tahun ini tidak semudah yang kau bayangkan! Bersiaplah, akan banyak tantangan yang harus kau lal
Abah Suradira mengumpulkan semua peserta dan penonton dua hari setelah babak 16 besar selesai. Ada pengumuman yang akan disampaikan, tapi wajah Abah Suradira terlihat ragu antara mengumumkannya sekarang atau menundanya sampai esok hari.Pangeran Kamandanu, Yung Chen, Datuk Lembu Sora, dan Empu Ganda Wirakerti juga turut hadir di tengah arena sebagai bukti kalau pengumuman ini sudah disepakati oleh pihak perwakilan Ikatan Pendekar Nusantara.Posisi Prabu Wusanggeni digantikan oleh Pangeran Kundalini, si tua pengguna jurus ilusi itu dipanggil Ki Seno Aji untuk datang di Kuil Neraka Bumi karena ada satu gulungan rahasia yang ditemukan oleh murid Perguruan Kabut Butana.“Ada apa kira-kira? Ini tidak seperti biasanya.” Kilat Merah berujar, tangan, tubuh, dan kakinya masih dibalut perban setelah kekalahannya melawan Bahula Uni.“Aku tidak tahu … tapi aku curiga, turnamen ini ditunda karena suatu alasan yang tidak kita ketahui.” As
Malam sebelum berangkat menuju Dwipa, Asoka lebih dulu kembali ke Asrama Api Merah guna pamitan pada teman-temannya, termasuk Bayu yang kebetulan juga ada di sana.“Kami sebenarnya tidak tega melepasmu sendirian ke pulau Dwipa, tapi jika itu permintaan Datuk Lembu Sora, kami tidak bisa menolaknya. Itu demi kebaikanmu, juga kebaikan perguruan kita tercinta.” Reksa Aluna selaku ketua asrama coba menyikapinya dengan bijak.“Benar katamu, kita tidak boleh menahan Asoka di sini.” Opang maju dua langkah, menyerahkan satu wadah kecil berisi bubuk kopi. “Ini akan menemani malam-malam latihanmu di sana.”“Kami di sini mendukung apapun keputusanmu. Jika kau memang ingin memperkuat diri dan berlatih di bawah asuhan Datuk Lembu Sora, kami dengan senang hati mendoakan keselamatanmu, lebih-lebih mengharap kau berkenan mengajari kami apa yang kau dapat setelah berlatih di sana.”“Aku pasti jadi lebih kuat dan mengaja