Prabu Wusanggeni memaksa Asoka meminum ramuan itu sampai-sampai Asoka khawatir dan meminta keringanan pada sang prabu.
“Aku menghormatimu sebagai roh mustika merah sekaligus roh terkuat sepanjang masa, tapi demi kebaikan Asoka, dia harus menghabiskan ramuan ini sebelum matahari terbenam.” Prabu Wusanggeni menepuk pundak Gatra, dia bisa melihat gagak itu karena memiliki indera keenam khas pendekar naga.
Gatra membalas tepukan Prabu Wusanggeni, lantas berujar pelan sebelum masuk ke tubuh Asoka. “Kau tetap peduli seperti sedia kala, Prabu, mempedulikan orang lain dari pada dirimu sendiri.”
“Guru, aku tidak paham dengan apa yang kau katakan.” Asoka ikut bereaksi, tapi Prabu Wusanggeni terus memaksa Asoka agar pemuda itu segera menghabiskan ramuan khusus yang baru saja dia buat.
Alasan kenapa Prabu Wusanggeni bisa melihat sosok Gatra, adalah karena sang prabu memiliki kekuatan mata khusus.
Setiap pendekar kahyangan ya
Damar Saksana dan Yudhistira mengayunkan pedang kembarnya yang sudah dilapisi garam energi. Banitura meneriaki rekan sesama pendekar giok, tapi serangan mereka terlanjur mengenai perut siluman ular kepala dua.“Jangan macam-macam denganku, Manusia!” Kara menjulurkan lidahnya, dia tidak takut karena ukuran tubuhnya tiga kali lipat lebih besar dari ukuran pendekar yang ingin melawannya.Tanpa diduga, Banitura maju dua langkah lalu berlutut di hadapan Kara. “Maafkan kelancangan dua rekanku, Nona Siluman.”“Jangan panggil aku nona … namaku Kara, siluman ular yang ditugaskan khusus menjaga gubuk ini!”Damar dan Yudhistira masih ketakutan. Meskipun sudah menjadi pendekar lencana giok, mereka tetap saja memiliki rasa takut, terlebih melihat siluman ular seperti Kara.Itu terjadi karena mayoritas pendekar jebolan Perguruan Api Abadi lebih terlatih menghadapi pertarungan melawan sesama pendekar dari pada pertarunga
“Ilmu Api Abadi - Tameng Pancasona!”Sayap elang raksasa muncur, warnanya perak keemasan, menyelimuti lingkup tujuh hasta di sekitarnya. Ledakan kunang-kunang cokelat Kara membumihanguskan seperlima Hutan Larangan hingga membunuh beberapa siluman yang ingin memakan jasad Damar Saksana.Empu Nara dan Ki Mangun Tapari merentangkan dua lengannya lebar-lebar untuk menahan serangan seruling Kara sekaligus meminimalisir dampak kehancurannya.Batara Wasji sepertinya bisa bernafas lega karena tidak ada korban jiwa dalam pertempuran ini, tapi dia juga kesal begitu tahu ada dua manusia tidak tahu adab, merusak ketenangan rumah orang lain padahal mereka adalah tamu tak diundang.“Kara, maafkan kelancangan dua muridku, mereka tidak bermaksud mengganggu ketenanganmu.” Empu Nara berlutut di hadapan Kara.Siluman ular kepala dua itu bertingkah seolah tidak peduli. “Lain kali ajarkan ilmu kebatinan pada mereka. Harusnya Suradira tidak
Empu Nara dan Ki Mangun Tapari tidak puas dengan jawaban Kara yang mengatakan kalau Asoka dibawa kabur oleh Prabu Wusanggeni.“Tidak mungkin! Itu hanya akal-akalanmu. Prabu Wusanggeni tidak mengenal Asoka, begitu pula sebaliknya.” Empu Nara menentang ucapan Kara.“Nara! Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apa-apa mengenai Prabu Wusanggeni.”“Tapi kenapa orang sehebat Prabu Wusanggeni menyelamatkan Asoka? Dia kabur dari perguruan. Harusnya pendekar naga sepertinya membantu pekerjaan kami dengan membawa Asoka kembali ke perguruan.”Kara meniup serulingnya hingga semua makhluk di sana menutup telinga karena kebisingan yang tiba-tiba datang. “Asoka memiliki tanggung jawab sangat besar, bahkan jauh lebih besar dari tanggung jawab kalian yang hanya menjabat sebagai tetua Perguruan Api Abadi.”…Prabu Wusanggeni dan Asoka terkejut karena seperempat Hutan Raksasa Putih hilang entah ke mana, auranya ju
Lingkaran merah bertabur cahaya bintang terpancar dari paruh Gatra, bergerak turun menyerang semua siluman raksasa yang sedang bertarung.“Hentikan pertarungan ini!” Gatra sangat murka karena Hutan Raksasa Putih dirusak oleh penghuninya sendiri.Wedara Toya tidak kuat melanjutkan pertarungan. Serangan Gatra berdampak banyak pada tubuhnya, bahkan sayap kebiruannya hampir patah. Beruntung Prabu Wusanggeni bergerak lebih cepat memindah tubuh naga air itu ke dimensi lain.Namun kerusakannya terlalu berbahaya mengingat Ilusi Mayapada membutuhkan energi sangat besar sesuai tubuh dan kekuatan makhluk yang dipindahkan.“Asoka, aku sudah memindahkan Wedara Toya ke tempat aman, tapi untuk sementara, tolong jaga jasadku karena aku harus istirahat untuk memulihkan energi.” Prabu Wusanggeni langsung ambruk di hadapan Asoka.Memindahkan tubuh gurunya ke tempat aman, ternyata Empu Nara dan Ki Mangun Tapari sudah siap membantu Asoka di bela
Bunar Kumbara yang merasakan energi hitam yang mulai muncul dalam diri Asoka, segera meminta Gatra pergi menuju gubuk Ki Damardjati lantas mengambil pusaka Sabuk Zamrud Hijau yang tergantung di dalamnya.“Maaf karena membuat kalian bertiga khawatir. Untuk sementara waktu, tetaplah tinggal di sini dan lindungi Prabu Wusanggeni,” pesan gagak itu pada Empu Nara dan Ki Mangun Tapari.Abah Suradira bersama Ki Damawangsa ternyata berangkat menuju Hutan Raksasa Putih setelah merasakan energi api yang sangat besar seolah tingkatannya sudah berada di angka amplifi tujuh, tingkatan paling tinggi dari semua tingkatan elemen.“Kakak, ini terlalu berbahaya jika kekuatan ini tidak kita segel. Efek kehancurannya bisa merusak satu hutan dengan dua jurus saja.” Ki Damawangsa sebenarnya bukan khawatir dengan pendekar yang memiliki elemen api amplifi tujuh, tapi khawatir dengan keselamatan dua rekannya.Abah Suradira mengetahu hal tersebut, sebagai s
Beberapa hari sebelumnya, pasukan Wusasena menyadari ada keanehan di Hutan Raksasa Putih.Mbah Mijan selaku penasehat tertinggi Perguruan Elang Hitam memperingatkan Wusasena bahwa pendekar Nusantara sudah bergerak melindungi anak dalam ramalan.“Yang bisa kita lakukan hanya mencari energi hitam sebanyak mungkin. Pasukan telik sandi kita mendapat informasi mengenai titik-titik yang mengandung energi hitam besar, lebih-lebih ada dua titik yang juga mengandung aura iblis merah.”Fusena Rama menyela ucapan Mbah Mijan, dia berhak bicara selaku wakil ketua perguruan. “Bagaimana pendapat Anda mengenai terbunuhnya dua telik sandi kita yang diutus untuk mencuri informasi dari Perguruan Api Abadi?”“Tidak masalah.” Ucapan Mbah Mijan menimbulkan kontroversi. “Mereka terbunuh karena mereka lemah, tidak bisa menandingi kekuatan Asoka Basundara.”Wusasena ikut menambahi. “Informasi mereka sudah sampai ke perg
Pasukan Elang Hitam melihat tsunami api merah diiringi petir merah di tengah-tengah hutan, mereka tidak lebih dulu berangkat dan menunggu sampai tsunami itu reda.Ekadanu tidak mau ambil resiko, akan ada banyak pasukan yang terbunuh apabila memaksakan diri berangkat ke sana. “Kemukakan pendapat kalian, apa kita harus pergi sekarang, atau menunggu sampai Asoka dan rekan-rekannya lemah?”Dari tujuh pasukan telik sandi, tiga di antaranya setuju berangkat sekarang dengan alasan, mereka harus bergegas sebelum Asoka dibawa kabur oleh petinggi perguruan.Namun empat lainnya tidak setuju, salah satu mengacungkan tangan dan segera mengemukakan pendapatnya. “Ini pendapatku pribadi … aku tidak ingin salah satu dari kita terbunuh. Apa kalian lupa, Ye Qiu yang dulu terkenal sebagai murid cerdik saja kalah di tangan Asoka, lalu bagaimana dengan kita-kita ini?”“Benar kata Naruma, kita tidak boleh gegabah dalam membuat keputusan. Ter
Ki Damawangsa dan Abah Suradira dikejutkan dengan kehadiran Ki Mangun Tapari.“Ikut aku … Prabu Wusanggeni membutuhkan pertolongan kalian.” Ki Mangun Tapari ambruk di hadapan dua seniornya.Ki Damawangsa menyuntikkan sedikit energi ke tubuh pria berjenggot tipis itu hingga kembali siuman. Ki Mangun Tapari menunjuk ke arah Timur Laut tempat Empu Nara dan Prabu Wusanggeni berada.“Kita harus cepat sebelum bola cakra itu meledak.” Abah Suradira meloncat turun dari salah satu pohon paling tinggi di hutan. Mereka bergegas menyembuhkan Prabu Wusanggeni.Empu Nara hampir saja kehilangan nyawa jika saja Abah Suradira tidak menahan detak jantung rekannya menggunakan ilmu Totok Jari Api Biru.Mengambil cawan dan beberapa daun kuning kering, Abah Suradira membaca mantra lalu memadatkan kembali Garam Lingar yang telah dicampur air. Garam itu bisa digunakan lagi, tapi harus direbus dulu bersama serbuk matahari merah.Tidak