Walaupun hari masih siang, namun langit terlihat gelap. Berkali-kali kilat menyambar diikuti oleh suara guntur yang memekakan telinga. “Wush!” angin berhembus dengan kencang menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di atas tanah.“Anak-anak ayo pulang, sebentar lagi akan turun hujan!” teriak seorang petani, ia segera meletakan gagang cangkul di pundaknya kemudian berlari ke arah anak-anaknya yang sedang mencari ikan di pinggir kali. Kedua anaknya saling pandang “Bagaimana kak, kita baru mendapatkan satu ekor?” “Tidak apa-apa, daripada dimarahin bapak!” jawab kakaknya, baru saja ia mengucapkan kata-kata barusan kilat kembali menyambar dan membuat keduanya berteriak ketakutan lalu berhamburan ke arah ayahnya.Dengan tergesa-gesa mereka bertiga segera pergi meninggalkan tempat itu. Di bawah pohon yang cukup rindang, Long Wan hanya tersenyum menyaksikan adegan ayah dan kedua anaknya tadi. batinnya tersenyuh, sebab ia sendiri tidak banyak merasakan kasih sayang dari orang tua. Mereka b
“Maaf paman, sebenarnya apa yang terjadi di kampung ini?” tanya Long Wan sambil menyerahkan beberapa keping uang perak untuk membayar makanannya. Si pelayan tadi mengerutkan keningnya, kemudian memperhatikan Long Wan dari ujung kepala hingga kaki. “Sepertinya tuan muda berasal dari tempat yang jauh” kata si pelayan, kemudian ia mendekati Long Wan. “Betul paman, saya sedang dalam perjalanan menuju utara. Siang ini sengaja mampir ke kampung ini untuk beristirahat serta mencari makan siang!” kata Long Wan sambil menunjukan buntalan berisi pakaian kotor, hal itu sengaja ia lakukan agar pelayan tadi mempercayainya. “Begini nak!” kata si pelayan, wajahnya menoleh ke arah kiri-kanan seperti takut ketahuan. “Kampung ini sedang diteror oleh perkumpulan Jiang Shi. Setiap bulan purnama mereka meminta tumbal gadis cantik. Kalau permintaannya ditolak, maka Jiang Shi akan membunuh kami dengan cara yang sangat kejam!” si pelayan tadi menarik napas panjang. “Konon, pemimpin mereka adalah iblis pen
Penculik yang memanggul gadis segera pergi ke tengah-tengah hutan, sedangkan kedua temannya segera menghadang belasan orang yang mengejar mereka. Walaupun jumlahnya tidak sebanding, namun dua orang misterius itu seperti tidak takut sama sekali.“Dasar biadab, ke mana kalian membawa putriku?” tanya salah seorang pengejar itu, dia adalah lelaki tua yang ditemui Long Wan di dalam rumah makan siang tadi “Putrimu? sudah dipersembahkan kepada Jiang Shi!” jawab salah satu bayangan hitam tadi.“Dasar iblis, serang mereka!” belasan orang bersenjata lengkap segera mengepung dua bayangan hitam yang tadi menculik putri kepala desa. Walaun jumlah mereka lebih besar, namun tidak bisa mendesak musuh. Padahal mereka sudah mendapatkan bantuan dari jago bayaran.“Wut, trang!” satu persatu para pengeroyok itu tumbang, mereka mendapatkan luka dalam yang cukup parah. Kalau diteruskan semuanya tentu akan binasa. “Kalian semua mundur!” teriak Long Wan sambil melompat ke tengah-tengah pertempuran, sejak tadi
“Bunuh saja, kami tidak takut sebab kalian semua akan mati di tangan Jiang Shi. Terutama kamu!” bentak salah seorang penjahat itu, matanya melotot tajam penuh amarah. Terutama kepada Long Wan yang sudah mengalahkan mereka.Long Wan mengerutkan kening, baru kali ini ia bertempu dengan kelompok aneh. Wajah kedua penculik itu sangat pucat seperti mayat, kelopak mata mata mereka memakai celak dan yang paling mengherankan bibirnya terlihat sangat merah. “Manusia-manusia aneh!” guman Long Wan, walaupun keduanya memiliki penampilan yang tidak wajar, akan tetapi ilmu silatnya sangat hebat. Tadi saja kalau hanya menggunakan jurus biasa, tentu tidak mudah bagi Long Wan untuk bisa merobohkannya.“Cepat katakan! Di mana kalian menyembunyikan para gadis?” tanya Long Wan, tangan kanannya membentuk cengkraman hendak memukul kepala salah satu dari mereka. Namun penjahat itu malah melotot, seperti menantang Long Wan. “Buk!” Long Wan menghantam tengkuknya, dan penjahat itu roboh tersungkur di atas tana
“Kamu hebat, sudah bertahun-tahun aku tidak merasakan sensai seperti dirimu!” lelaki setengah tua itu menggeser tubuhnya yang penuh keringat ke arah meja “Krep!” dia mengambil botol arak kemudian menegaknya. Bunyi arak yang masuk ke kerongkongannya terdengar sangat jelas, ia sangat kehausan seperti sudah berlari puluhan kilo meter.Di sampingnya, seorang gadis tanpa busana tergeletak tidak berdaya. Wajahnya sangat pucat seperti kehabisan darah, tatapan matanya kosong dan mulutnya ternganga. Rupanya ia sedang menangis dan meratp, akan tetapi air matanya sudah mengering sejak tadi, bahkan suaranya tidak keluar dari mulutnya.“Tidak usah sedih, nanti juga kamu terbiasa!” ucap si tua bangka sambil membelai kepala gadis tadi dengan penuh rasa sayang. “Seharusnya kamu bersukur karena aku jadikan istri, kalau tidak tentu kamu akan dijadikan tumbal untuk Dewa Agung!”Lelaki tua bangka tadi menggerak-gerakan pinggangnya sehingga terdengar tulangnya berbunyi “Kretek, kretek!”. Setelah meminum a
“Ada urusan apa kamu berani menantangku?” tanya Jiang Shi, kedua matanya menatap tajam kepada Long Wan. “Jiang Shi, kamu harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan keji yang telah kamu lakukan!” jawab Long Wan, sikapnya tetap tenang walau tadi tenaganya cukup terkuras saat melawan anak buah Jiang Shi. Kalau tidak menggunakan jurus Tarian Bidadari, tentu ia tidak akan sanggup melawan mereka semua. “Ha, ha hakim bukan, pejabat istana bukan eh tiba-tiba memintaku bertanggung jawab, rupanya kamu hanya seekor cecunguk yang ingin menjadi pahlawan” ledek Jiang Shi sambil tertawa ngakak. “Aku tidak pernah ingin menjadi pahlawan, akan tetapi semua kelakuanmun yang sudah melwati batas harus segera dihentikan!” jawab Long Wan. “Cih, sebelum mati katakan dulu dari perguruan mana kamu berasal!” titah Jiang Shi sambil menghentakan ujung tongkatnya pada sebuah batu besar di pinggir goa “Duk!” batu tersebut hancur berantakan. Long Wan siap siaga, dari gerakan Jiang Shi tadi ia tahu bahwa lawannya
“Wut!” Jiang Shi kembali menerjang Long Wan yang masih sibuk membetulkan kuda-kudanya. “Duk!” karena tidak sempat mengelak, Long Wan nekad menangkis serangan Jiang Shi, akibatnya tubuh Long Wan kembali bergetar hebat. Hal ini menandakan bahwa tenaga dalam Jiang Shi jauh di atasnya.Di saat Long Wan lengah, Jiang Shi melayangkan tendangannya dan mengenai dada Long Wan dengan sangat telak. “Buk!” Long Wan terlempar dan menubruk sebuah pohon sampai ambruk. Long Wan berusaha bangkit sambil memegangi dadanya yang terasa sesak dan panas.Jiang Shi mengerutkan keningnya, sebab lawannya masih bisa bangkit walau sudah terkena serangannya. lelaki tua itu mengakui, jika ia belum mempelajari kitab sihir di pulau terpencil, dirinya belum tentu bisa menandingi Long Wan. Namun kini, kesaktian Jiang Shi hampir setara dengan para datuk persilatan dari empat penjuru Tiongkok, bahkan kalau ia sudah menamatkan isi kitab sihir itu mungkin dirinya menjadi jago nomor satu di kolong jagat raya ini.Namun, ki
Kaisar Yang Che memerintah dengan sangat bijaksana, ia ingin membuktikan kepada rakyat bahwa dirinya memang layak menggantikan kekaisaran Hua yang bertindak sewenang-wenang dan menindas rakyat.Sudah lumrah, peralihan kekuasaan pasti mengorbankan banyak pihak baik dari pasukan Hua maupun gerakan pemberontak yang dipimpin Yang Che. Yang paling menyakitkan, masyarakat yang tidak tahu menahu urusan perang ikut menjadi korban. Apalagi setiap ada kerusuhan dan perhatian pemerintah tertuju pada perang, maka gerombolan penjahat ikut membuat kisruh suasana.Setelah perang selama bertahun-tahun, akhirnya Yang Che bisa naik tahta dan menjadi kaisar pertama kerajaan Beng. Bagi rakyat jelata tidak akan peduli siapa yang memerintah, yang diinginkan oleh mereka hanyalah bisa hidup tentram dan nyaman.Hal ini diketahui oleh kaisar Yang Che, maka dia bisa menjalankan roda pemerintahan dengan sangat baik dan iapun mendapatkan rasa hormat dan simpatik semua rakyat. Namun saat usianya hampir enam puluh