Share

Pasukan Gila

Setiap kali Golem itu hancur dan rubuh, ia kan tetap kembali seperti semula. Situasi ini membuat Kilek semakin kesal.

Di waktu yang sama, pasukan infanteri juga berhasil mendarat dengan selamat. Sebelumnya mereka harus berjibaku menghindari serangan dari pertahanan kota. Serta dari serangan pesawat musuh.

Untunglah Dewa Ruci selalu menjaga mereka dari atas. Begitu juga dengan pesawat-pesawat tempur Union yang juga melakukan pengawalan.

Dua peleton pasukan infanteri bawahan Kilek segera keluar dari pod pendarat. Lalu bergabung bersama pasukan Union untuk melindungi para pendekar.

“Orang-orang ini sudah gila!” ucap seorang komandan pasukan darat saat melihat Roland berlari maju seraya menembak musuh. Seolah tidak peduli jika tembakan pasukan musuh akan membunuhnya.

Roland tidak maju sendirian, ia membawa satu peleton untuk membantu Kilek menahan dua golem lain. Melalui radio ia berbicara pada komandan pasukan darat.

“Pasukan darat Union, lindungi kami dari prajurit musuh. Golem dan pendekar serahkan pada pasukan Dewa Ruci.”

“Sialan, aku diperintah oleh seorang sersan.” Kapten pemimpin kompi yang berada paling dekat bersungut kesal saat mendengar perkataan Roland.

“Maju! Beri tembakan perlindungan.” Meski tidak senang, kapten itu masih bersedia memberi bantuan untuk pasukan Dewa Ruci.

Karena kalah dalam jumlah pendekar, Kilek memerintahkan Roland untuk memimpin perlawanan melawan golem.

Di sendiri berusaha mencari Sang Pengendali dengan merasakan aliran energi tenaga dalam di dalam tanah.

Namun satu golem lain sudah berdiri di belakang dan memukulkan dua tangannya ke tempat Kilek berdiri.

Boom

Debu pekat bertaburan, namun keanehan terjadi. Golem terlihat kesulitan mengangkat satu tangannya.

Ternyata Kilek menginjak tangan raksasa itu, ia menyeringai. Kali ini tangin kiri Kilek sudah menggenga kerambit selain leris di tangan kanan.

Berlari cepat dengan setengah menunduk di atas lengan golem, ia berkali-kali menggerakkan tangan. Serangan energi tenaga dalam memotong lengan golem seperti sedang mengiris potongan tahu.

“Awas Letnan!”

Wynne memperingatkan Kilek saat tiga pendekar melompat ke arahnya. Elf itu berhasil menembak dua dari mereka. Tapi satu tembakan lain berhasil dimentalkan, menandakan jika pendekar itu bukan pendekar biasa.

Beugh

Meski berhasil menahan sabetan pedang lawan, Kilek terlempar saat dadanya terkena tendangan berputar. Wynne kembali menembak musuh berkali-kali, tapi kali ini tembakannya berhasil dimentahkan dan dihindari oleh pendekar bayaran.

Seraya menjauh dari golem, Kilek memberikan perintah, “Sersan Wynne. Serahkan orang ini padaku.”

“Roger,”ucap Wynne sembari mencari posisi untuk melindungi pasukan infanteri yang dipimpin oleh Roland.

Suara letupan dan ledakan terdengar dimana-mana. Bukan hanya dari senjata para prajurit, tapi juga berasal dari pertarungan sengit antar pendekar. Saat mereka beradu ilmu kanuragan, suaranya tidak kalah memekakkan telinga.

Cekungan kecil di tanah terlihat seperti sebuah bom skala ringan yang baru saja diledakkan.

Di sisi lain, Andromeda sudah berdiri di atas atap pod pendarat. Pedang besar yang ia bawa terlihat sudah tersandang di pungungnya.

Dia menatap tajam pada tiga raksasa yang tidak henti-hentinya hancur dan tumbuh kembali, bahkan terlihat semakin kuat dengan banyaknya baja yang membentuk tubuh golem.

Seorang pendekar berusaha melindungi pasukan infanteri yang hampir terkena tendangan golem. beruntung serangannya berhasil tepat waktu.

Andromeda menempelkan ujung jari di telinga kanan, “Roland, perintahkan anak buahmu menjauh dan menghemat amunisi.”

"Bantu dan lindungi para pendekar dari serangan infantri musuh!”

Moral pasukan infateri langsung meningkat saat mendengar suara Kapten mereka. Sembari tetap

menembak, mereka mundur menjauhi ketiga golem.

Namun golem itu terus-terusan berusaha mendekat dan melempar apa pun yang bisa mereka raih. Satu rongsokan kendaraan tempur dilempar oleh golem ke arah Roland.

Melihat bahaya mengintai anak buahnya, Andromeda melesat dari atas atap pod pendarat dengan pedang terhunus, lalu berputar sekali di udara.

“Sial. Mati aku!” Roland terpana saat rongsokan besi itu sudah berada di atasnya. Napasnya seola berhenti saat bayangan besi sudah menyapu wajah.

Slash

Bam

Rongsokan kendaraan tempur itu terbelah dua dan melewati tubuh Roland begitu saja. Wajah pria berambut pirang itu putih pucat seolah darah tidak lagi mengalir di pembuluh darahnya.

“Fiyuh..., apa tidak bisa lebih cepat Kapten?”ucapnya dengan napas yang kembali normal setelah terhenti sesaat, seolah ia lupa cara untuk bernapas.

“Lain kali akan kupasrahkan tubuhmu rata dengan tanah!”

“Hahaha. Seperti biasa, bercandamu tidak lucu Kapt.”

“Semua bergabung dan bertempur bersama pendekar!”Roland memberi perintah pada reg yang ia pimpin. Mereka langsung mengarahkan moncong senjata masing-masing ke arah para pendekar lawan.

Pasukan darat Union kembali terbelalak saat melihat pasukan infanteri Dewa Ruci bertarung bahu membahu dengan pendekar.

Para pendekar akan melindungi dengan ilmu kanuragan, begitu juga sebaliknya. Pasukan infanteri akan melindungi pendekar dari tembakan prajurit musuh.

Perpaduan antara mereka berhasil memukul musuh mundur hingga mendekati tembok kota.

Andromeda dengan tenang memperhatikan keadaan. Pedang dengan bilah selebar lebih kurang dua puluh sentimeter, serta panjang tidak kurang dari satu meter, terpanggul di pundaknya.

Andromeda memperhatikan dengan tajam gerak gerik Kilek yang tengah bertarung dengan salah satu golem yang kembali berhasil menghancurkan sat kepala monster batu itu.

Sang kapten menghela napas melihat Kilek terlalu bersemangat, “Berhentilah bermain-main! Jangan bertindak seperti amatiran yang baru turun gunung.”

“Mereka tidak memberiku kesempatan sedikit pun untuk mencari keberadaan penyihir pengendali,” balas Kilek disela-sela menghindari serangan golem.

“Kapten. Jika kau ingin menonton aksi laga, bukan di sini tempatnya. Pergilah ke bioskop! Atau kau lebih suka melihatku benyek diinjak golem-golem ini?”

Andromeda tersenyum kecut mendengar perkataan Kilek, lalu berkata dengan entengnya,  “Menonton dari sini tidak buruk juga. Aku tidak harus membeli tiket masuk.”

Selesai berbicara, Andromeda menepiskan pedang untuk melindungi tubuhny dari tembakan prajurit musuh.

Klang

Pedang besar di genggaman Andromeda bergetar saat menepis satu peluru dari seorang penembak runduk yang berada di dekat benteng kota.

“Cih, sayang sekali tembakan mereka meleset.” Kilek dengan wajah tidak senang berbicara lantang. Andromeda hanya tersenyum tipis mendengar perkataan sahabat sekaligus bawahannya itu.

Dengan menghentakkan kaki, Andromeda melompat melenting tinggi ke arah salah satu golem yang mengepung sahabatnya itu.

Merasakan kehadiran Sang Kapten, Kilek tidak ingin memberi waktu bagi pengendali golem untuk bertindak. Sudah jelas sang penyihir juga melihat pergerakan Andromeda dari kejauhan.

Dengan keris dan kerambit di kedua tangannya, Kilek berkali-kali menebas angin, kedua senjata yang ia genggam mengeluarkan kilatan cahaya energi ke arah kaki ketiga golem. Seketika golem-golem itu ambruk karena satu kaki mereka berhasil dipatahkan.

Bersamaan dengan itu, Andromeda bersiap mendarat dengan posisi pedang mengarah tajam ke tanah. Lalu,

Blaar

Beberapa kali terlihat ledakan yang menjalar saat pedang besar di tangan Andromeda menghujam ke dalam tanah.

Ledakan itu membuat pola tiga garis memanjang ke satu arah yang sama. Permukaan tanah  berhamburan di setiap garis ledakan. Golem-golem tadi juga sedikit terdorong oleh daya ledakan.

Yang dilakukan Andromeda adalah menghancurkan jalur aliran tenaga dalam yang mengendalikan ketiga golem.

Dengan begitu, si Pengendali akan membutuhkan waktu untuk membangkitkan kembali golem miliknya. 

Berbeda dengan para pendekar, mereka yang disebut penyihir menggunakan istilah Mana bagi tenaga dalam. Begitu juga dengan bangsa Elfes, mereka menggunakan istilah yang sama dengan penyihir.

Meski ledakan aliran tenaga dalam tadi tidak cukup jauh, Andromeda dan Kilek mendapat informasi dari langit.

“Kapten. Penyihir itu sepertinya dijaga oleh dua orang pendekar.” Suara Letnan Jenny terdengar di telinga mereka. Pilot Dewa Ruci bersama rekannya terus mengamati melalui monitor pengintai di anjungan.

Keberadaan Sang Penyihir berhasil mereka terendus oleh keduanya saat Andromeda memutuskan aliran energi di dalam tanah.

Di tempat lain, di salah satu bangunan pos penjaga yang rusak parah. Seorang wanita berambut pirang dan panjang baru saja bangkit berdiri setelah terhempas kuat. Meski berada jauh dari golem-golem miliknya, tetap saja ia terkena imbas dari aliran energi yang terputus.

“Thora, kau tidak apa-apa?” tany   a salah seorang pendekar yang berdiri dengan tenang sembari menatap tajam ke arah Andromeda dan Kilek.

“Aku baik-baik saja Kapten Jacka,” balas Thora pada pria yang ternyata menjadi pemimpin pendekar bayaran.

“Seperti yang dirumorkan. Kapten Andromeda Nanggala, sesuai dengan julukannya, Si Penebas Bintang,” ucap Jacka dengan seulas senyum dingin dan tatapan kekaguman.

Pria yang berdiri di sebelah Jacka bertanya, “Apa yang harus kita lakukan Kapten? Pendekar di pihak orang itu semuanya tidak lemah. Meski orang-orang kita lebih banyak, pasukan infanteri mereka bergerak sangat dinamis menyesuaikan pergerakan para pendekar.”

Saat mendengar pertanyaan anak buahnya, Kapten Jacka mengusap-usap kepalan tinju hingga membuat suara gemeratak dari jari tangannya.

“Bertemu lawan kuat seperti ini, apa tidak menggugah jiwa Ksatria-mu Kacak? Aku akan bermain-main dengannya sebentar, kita mungkin tidak akan bertemu lagi di galaksi yang luas ini.”  

Ada informasi baru Kapten. Mereka adalah kelompok perompak Black Cows. Salah seorang dari mereka adalah Jacka. Salah satu dari dua pimpinan perompak itu. Julukannya adalah Banteng Nebula.”

Berhati-hatilah, dia cukup kuat!”

Kilek menatap Andromeda yang terlihat acuh dan tenang. Lalu berbicara dengan nada kesal, “Ternyata kelompok aliran hitam, Kebo Ireng.”

Tidak. Kau salah, Jacka tidak beraliran hitam. Aku pernah mendengar tentangnya, ia cukup terkenal di dunia persilatan. Hanya karena bersekutu dengan Kebo Ireng, orang-orang menganggap dia dari aliran hitam.”

Kelompok perompak Black Cows memang dipimpin oleh dua orang. Divisi satu dipimpin oleh Kebo Ireng, sedangkan Divisi dua dipimpin oleh Jacka. Divisi kedua adalah kelompok yang dibayar oleh kota Krom dan Pirim.

Andromeda dan Kilek menghentikan pembicaraan saat beberapa tembakan meriam plasma dari benteng kota dilesatkan ke arah mereka.

Mereka menjauh satu sama lain, namun tetap berlari ke arah Jacka dan dua bawahannya. 

Wynne! Pengendali Golem berada dalam reruntuhan. Cegah dia untuk kembali membangkitkan golem-golemnya.”

Wynne yang sedang melindungi para infanteri dan pendekar, segera mengalihkan arah moncong senapan ke arah reruntuhan bangunan yang diinformasikan dari Dewa Ruci.

Di bawah tekanan dan tembakan dari pasukan udara musuh. Wynne menembak seraya menghindari peluru-peluru dari pesawat tempur.

Dar

Satu peluru tajam yang telah dialiri tenaga dalam melesat ke arah bangunan. Namun, Jacka yang sudah menggenggam tombak bermata seperti keris.

Dengan tangkas dan sangat cepat, ia menyabetkan tombak. Satu suara keras terdengar saat peluru dari senapan Wynne beradu dengan tombak Jacka.

Kuat. Orang ini sangat kuat, mungkin setara dengan Kapten, ” batin Wynne melihat betapa cepatnya pergerakan Jacka.

Jarak antara dua orang kuat Dewa Ruci dan pemimpin pendekar bayaran sudah semakin dekat. Namun satu pesawat angkut kecil tiba-tiba sudah melayang di atas reruntuhan pos penjaga.

Jacka terlihat tidak terlalu senang, namun dia berteriak lantang pada Andromeda. “Sangat disayangkan, padahal aku sangat ingin beradu ilmu kanuragan denganmu Penebas Bintang. Kota ini milikmu!”

Setelah berbicara, Jacka dan dua rekannya segera melompat ke atas pesawat. Lalu melambaikan tangan dengan senyum mengejek, “Sampai Jumpa lain waktu, Andromeda Sang Penjagal.”

Kekalahan hari ini pasti akan kubalaskan.”

Andromeda dan Kilek berhenti berlari saat melihat Jacka masuk ke dalam pesawat.  Ia melihat sekeliling, para pendekar musuh juga sudah kabur dan melarikan diri dengan beberapa pesawat angkut lainnya.

Bersamaan dengan itu, satu informasi lain masuk dari Jagau yang berada di pertempuran kota Pirim.

Kapten. Kami berhasil mengalahkan sebagian besar musuh. Pasukan aliansi juga sudah  berhasil merangsek masuk ke dalam benteng kota.”

“Kembali ke kapal!” Andromeda langsung membalas laporan dari Jagau. Karena tugas mereka sudah jelas. Hanya bertarung melawan para pendekar. Jika musuh kabur, bukan tanggung jawab mereka. Karena misi aliansi hanya merebut dua kota di planet Kryo.

Setelah para pendekar melarikan diri, pasukan aliansi segera menekan musuh dan meransek masuk ke dalam benteng kota.

Sementara itu kapal utama perompak Black Cows berhasil melarikan diri meninggalkan Kryo. Keadaan itu membuat laksamana Arthur White mencak-mencak pada anak buahnya yang berjaga di sisi lain.

Kembali ke daratan. Menyadari tugas mereka sudah berakhir. Roland dengan napas terengah-engah segera menghadap Sang kapten.

Belum sempat Roland berbicara, Andromeda sudah memberi perintah. “Bawa yang gugur dan terluka. Segera tinggalkan tempat ini!”

“Laksanakan.” Setelah memberi hormat dan menurunkan tangan, Roland segera kembali ke pasukannya. Ia memimpin mereka kembali ke dalam Pod pendarat dengan membawa beberapa jenazah dan korban luka-luka. Baik di pihak pendekar, maupun prajurit infanteri.

Tidak lama setelah kelompok Andromeda memasuki Dewa Ruci. Kelompok kedua juga kembali dari kota Pirim. Hari sudah memasuki senja saat semua korban luka-luka berhasil diobati. Sedangkan korban yang gugur akan dimakamkan di Neo Nusantara.

Setelah semua persiapan selesai, Andromeda segera melapor pada Laksamana Arthur White untuk meninggalkan planet Kryo. Seperti yang sudah dijanjikan sebelum misi dimulai.

“Kerja bagus Prajurit! Aku menyesal harus mengatakan ini. Berhubung tujuan kalian adalah Neo Nusantara. Markas pusat meminta kalian untuk memeriksa keadaan  planet Lemurian.”

Dengan kening berkerut, Andromeda terpaksa bertanya. Karena informasi yang diberikan oleh Arthur White tidak terlalu jelas.

“Apa yang terjadi di sana Laksamana? Apa yang harus kami periksa?”

“Aku juga tidak tahu. Hanya itu informasi yang kami dapatkan.”

Ingin bertanya lebih, Andromeda menghentikan niatnya. Karena dari raut wajah Laksamana White, juga tampak ketidakpuasan dengan informasi yang dia dapat dari markas pusat.

Setelah memberikan informasi pada awak lainnya. Mereka yang mendengar hanya bisa mengeluh dengan keadaan. Namun apa daya, mereka adalah prajurit yang harus patuh pada atasan.

“Setidaknya arah kita tidak melenceng dari jalur pulang.” Kilek berusaha menenangkan prajurit yang terlihat lesu. Semangat mereka yang menggebu-gebu untuk segera melihat kampung halaman kembali tertahan.

Andromeda tidak kembali ke ruang kendali. Ia memilih untuk memeriksa keadaan pasukannya. Ia memberi perintah pada kedua pilot untuk menjalankan tugas masing-masing.

Jenny Wong dan Mandala Ayu segera membawa Dewa Ruci ke orbit luar planet  Kryo. Setelah memutar arah kapal menuju titik koordinat Neo Nusantara. Kapal itu dengan sekejap mata menghilang dari radar pasukan aliansi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
K. Sarman
maaf ada yg yg hilang di bab ini, sudah diperbaiki dan menunggu persetujuan. Terima Kasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status