Selamat membaca.Hujan tak berhenti, seolah menunggu agar cerita dan candaku berakhir. Seperti sebuah keajaiban yang tak bisa kuungkapkan dengan kata—aku senang, karena dunia ini membantuku, mungkin memilihku. Tetapi mengapa? Harus aku! Bukankah Killian, kak Tara dan mereka memiliki pemikiran yang sama tentang kedamaian?!"Apa yang akan kau lakukan setelah ini Emabell, pada akhirnya mereka akan tahu. Kalau kau akan hidup sebagai kelemahan yang mulia!""Itu berbahaya!"Benar kata mereka. Tapi yang memilih jalan rumit ini siapa sih? Oh, iya. Lupa, Aku—Emabell dan impian gilanya. Tersenyum pada mereka. Menjawab, "Aku bukan peramal."Tap!Tap!Tap!Suara langkah kaki yang mendekat membuat mereka semua waspada, menarik pedang, busur dan belati mereka. Tetapi lawan mereka adalah Almosa dan yang lainnya telah kembali."Kalian? Terlambat!" ujarku. Mencoba mencairkan suasana, tapi pria itu bahkan tak memikirkan apapun selain melihat ke arahku dengan tatapan dinginnya.Hujan membuat kami basah.
Selamat membaca.Aku tidak bisa menjawab apapun. Karena aku tidak pernah dilindungi oleh dunia Elydra, seperti apa yang baru saja dikatakan oleh Kal dan yang lainnya—mungkin mereka benar, mungkin aku mendengarnya. Tetapi itu mungkin saja bukan alam Elydra, tetapi kekuatan salah satu dari mereka—aku berani berpikir begitu, sebab aku tidak pernah mengalami sesuatu yang mustahil seperti itu.Manusia. Ayolah, aku hanyalah seorang putri dari Clossiana Frigga yang menginginkan kehidupan. Tetapi malah berakhir dikejar oleh kematian.Sebuah tangan menggenggamku erat—aku menoleh ke arah Baginda yang lagi-lagi menatapku dengan tatapan yang sulit untuk aku artikan dan ku mengerti?! Mengecap bibir—aku menatap ke arah mereka, para tetua yang hentinya menatapku sebagai hama bagi Darka. Lalu berkata. "Aku tidak tahu!""Emabell!"Kal mencoba untuk membantuku. Tetapi aku tidak melihat saat itu. "Aku benar-benar tidak tahu, akan apa yang terjadi saat itu. Tetapi aku hanya tahu kalau Kal dan yang lainny
Selamat membaca.Mendengar apa yang baru saja Darka ucapkan—ku yakin kuping mereka panas mendengarnya, tetapi mereka tidak lebih dari pada orang-orang yang senang membicarakan orang lain di belakang, tetapi tak pernah berani melakukannya di depan.orang tersebut.Aku tahu Darka kuat—tetapi tidak dengan mereka. Hanya saja, pria di sampingku ini sedikit emosional.Pria tersenyum sinis. "Kau membuat kelemahan YANG MULIA!" Aku jadi merasa begitu. "Ia begitu hebat dalam berpikir dan menyerang lewat kata, tetapi dia bahkan tak memiliki keturunan yang bisa membuat kami tutup mulut. Terserah padamu!" katanya sembari mengedipkan bahunya acuh. "Tetapi bagaimana dengan rakyatmu!""Jangan cemaskan hal yang tak perlu kalian cemaskan."Dingin sekali dia—pikirku dalam hati."Tetapi ingatlah ini yang mulia, Jika aku tidak bisa membuatmu melepaskan 'kesetiaanmu' pada manusia itu. Maka akan ku buat ia mengamuk, lari, menjauh darimu!"BRAKKK!AKHHH! Baginda melesat, mencengkram leher pria itu sampai mem
Selamat membaca.Hosh!Aku menghembuskan nafasku kasar. Juga kaget, saat melihat mencoba keluar dari kubangan lumpur. Tunggu, kubangan lumpur. Bagaimana bisa aku ada disini "astaga!" Aku kebingungan juga kelelahan.Berbaring tepat di atas Padang rumput, dengan jalanan luas yang sepi. Menatap ke arah langit yang sama, tetapi udara dan suasana dari tempat ini. Sangatlah damai dan tenang, sejuk. Bahkan membuatku mengantuk di buatnya—pakaianku kotor, tapi yang aku pikirkan adalah dia yang terpisah jauh dariku.Lantas aku tersenyum sembari menutup mataku. "Aku merindukannya! Aku merindukan amarahnya!""Nona?" DEG! Aku membuka mataku lebar. Terkejut, saat melihat ke arah pria dan wanita yang sedang menatap ke arahku dengan alis mengerut sempurna—di belakang mereka, berdiri para prajurit. Dari pakaian, mungkinkah mereka adalah bangsawan?!***Kereta kuda, dalam perjalanan menuju tempat yang katanya disebut sebagai istana. Aku terdiam, saat duduk berhadapan dengan dua orang yang ternyata ad
Selamat membaca.Beberapa hari kemudian, aku diurus dan dirawat dengan sangat baik. Aku menunggu kedatangan Baginda atau seseorang yang akan menjemputku untuk pulang. Sebab raja dan ratu mengatakan padaku, kalau mereka sudah melaporkan keberadaanku pada Baginda. Meski membutuhkan beberapa hari lagi."Emabell?"Ratu Rah Esyca selalu baik padaku, begitu juga dengan yang mulia raja Herdian Laskaris. Mereka memperlakukanku seperti seorang yang sama seperti mereka. Bahkan membuatku melihat-lihat hewan-hewan dan berjalan-jalan setiap harinya untuk menyaksikan betapa hebatnya kerajaan ini daripada Utara yang penuh konflik!"Ya?" Aku menatap ke arah sang ratu, yang kupanggil sebagai ibu sesuai permintaannya. Begitu juga dengan sang Raja yang ku panggil layaknya, orang tuaku sendiri. "Ada kabar dari Baginda Darka?!""Belum sayang. Mungkin kurir yang ibu dan ayah kirim, kesusahan melewati perbatasan kerajaan.""Mengapa?""Rulyria adalah wilayah paling jauh dari barat, untuk sampai di Utara. K
Selamat membaca.Ketika matahari belum terbit, aku yang bermodalkan tekad dan percaya kalau Elydra akan membantuku lagi. Keluar dari kamar yang begitu megah ini, dengan berbagai hal yang tidak ingin ku bayangkan lagi setelah kunjungan itu.Dengan jubah hitam legam yang bisa menyamarkan posisiku, aku keluar dari jendela. Turun perlahan dari tembok istana, yang membuat jariku terluka cukup menyakitkan. Untungnya, aku selalu bisa kabur dan ahli dalam melarikan diri—struktur istana cukup familiar karena raja dan ratu juga sangat terbuka padaku.Hosh! Hosh! Hosh!Di gerbang, aku membekap mulutku sendiri saat melihat beberapa penjaga menggantung seseorang di atas tembok. Menunggu, mereka akhirnya pergi. Tetapi saat aku melihat wanita berpakaian pelayan itu, mataku melebar. "Dia?!" Pelayan menumpahkan minuman padaku waktu itu.Seekor hewan berbentuk seperti panda dengan warna hitam gelap menghampiriku, menarik kain baju bawahku. Untuk mendekat ke arah mayat itu. "Apa yang kau lakukan? Membaw
Selamat membaca.Seekor hewan seperti macan tutul dengan kristal biru pada dahinya, berukuran raksasa dengan sayap perkasanya dan tanduk yang dipenuhi dengan permata yang menggantung-ngantung mendekat."Emabell….""Maaf!"Kataku sebelum melompat ke arah punggung hewan itu dengan sangat cepatnya, tanpa ragu sedikitpun. Herdian melesat hendak mengejar ku, tapi wanita yang digantung itu tiba-tiba saja hidup dan langsung menahan kaki yang mulia.Lupa. Mereka abadi, di gantung. Hanya membuat mereka menderita, selama tak ada putusan untuk membunuh bawahannya—meski tak pernah bicara dengan pelayan itu, aku bisa lihat kalau ia sangatlah baik! "Aku akan mengingat kebaikanmu!"Suara hatinya. Aku bisa mendengarnya. Katanya, "di kehidupan selanjutnya. Biarkan aku menjadi bagian dari Clossiana Frigga." ucapan yang mampu membuat aku tersenyum cukup bangga pada didikan Clossiana Frigga padaku.Angin berhembus menerpa ku, tetapi saat aku keluar dari perbatasan mereka. Anehnya tak ada yang mengejarku!
Selamat membaca.Saat sedang memohon pada Elydra, seseorang tiba-tiba saja menarik tanganku dengan kasarnya. Dan seorang lagi menendang kakiku, agar berlutut. Mereka, siapa? Aku tidak ingin berakhir seperti ini.Menarik daguku, sehingga kepalaku mendongak ke arah pria asing yang sedang menyeringai dengan dua bola mata yang hampir saja lepas karena terkagum-kagum kurasa. Wajah seperti, malah terlihat seperti kutukan."Boleh juga, wajahnya. Matanya, bibirnya. Yang mulia mungkin tak akan keberatan kalau sedikit berbagi denganku!"DEG! Mataku membelalak saat ia menarikku kedalam pelukannya—aku meronta, bahkan memohon. Tetapi mereka malah tertawa. "Baginda!" ucapku membatin. Berharap agar dia datang.Mendorong. Tapi kekuatan mereka terlalu kuat, aku tak bisa melakukan apapun lagi. Malah berharap agar pohon-pohon bergerak tapi nyatanya. Sekali lagi dunia ini, hanya menatapku dalam diam tak melakukan apapun. Itu cukup membuatku sedikit marah.Tap!Tap!Tap!"KEMBALIKAN, EMABELL!" Suara itu,