Share

Bab 42 : Pindah Kamar

"Beneran, Kak?" tanyaku memastikan. Ujung-ujung bibir ini sontak tertarik ke atas. Aku rindu sekali dengan ayah.

Bang Aldin dan Ivan menatapku heran di sana.

"Iya. Besok jam sembilanan gitu, Kakak dan ayah ke sana, ya! Mungkin ayah mau menginap," ujar Kak Mirna.

"Oke ... oke, Kak. Aku tunggu!" Hatiku terasa membuncah bahagia rasanya.

Kak Mirna pun pamit dan menutup teleponnya.

"Ada berita apa? Kayaknya kamu seneng banget?" Bang Aldin tersenyum tipis.

Semenjak hari itu, hubungan kami menjadi agak kaku. Beberapa kali lelaki itu ingin mencoba mengakrabkan diri. Akan tetapi, aku selalu menghindar. Mungkin ia merasa kalau aku kembali menjaga jarak.

"Ayah di rumah Kak Mirna, Bang," ujarku.

"Kakek di sini?" pekik Ivan tampak ceria.

Aku mengangguk sembari mengacak puncak kepalanya. Beberapa kali aku mengajak Ivan mengobrol di telepon bersama ayah.

"Asik!" Bocah itu berseru ceria.

"Oh, ya? Aja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status