"Apa-apan kamu, Mas! Ternyata begini kelakuan kamu selama ini? Tega sekali, kamu mencurangi istri sendiri! Apa kamu masih kekurangan uang, sampai-sampai harus mengkorupusi uang perusahaan?" Teriak Kaila di hadapan suaminya. "Seberapa banyak kebohongan yang kamu simpan, Mas? Mau seperti apa lagi kamu menyakiti, ku! Jawab, Mas!" "Sayang, A-aku tidak melakukan itu. Mereka semua memfitnah ku!" "Fitnah! Fitnah! Selalu kata itu yang kamu ucapkan ketika kebohongan kamu terungkap. Itu hanya alibi kamu! Apa masih belum cukup bukti dan saksi yang menyatakan bahwa kamu memang bersalah, kamu dalang semuanya, Mas!" Ujar Kaila menunjuk dada Andika. "Kamu pikir di saat mereka terpojok, mereka asal menyebut nama kamu? Jangan gila kamu, Mas! Mereka mana mungkin berani menyebut nama kamu kalau memang kamu tidak terlibat.""Sayang, dengarkan aku,....""Cukup! Aku sudah tidak mau mendengar alasan apapun lagi dari kamu." Kaila mengangkat tangannya keatas mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak mau mend
Andika terheran-heran dengan perkataan sang istri. "Apa maksudmu, sayang?" Andika balik bertanya. Andika bingung, kenapa Kaila malah bertanya seperti itu. Apa kepalanya terbentur sesuatu hingga di lupa pada suaminya sendiri. "Aku ini suami, kamu!""Suami siapa?" Tanya Kaila lagi dengan tampang serius nya, bukan seperti ekspresi di buat-buat."Hei, sayang!" Andika meraih bahu sang istri. "Apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kamu tidak mengenali suami mu sendiri? Aku Andika! Suami yang sudah menemani kamu selama dua tahun. Bagaimana, kamu bisa lupa dengan ku? Jangan bercanda," ujarnya yang masih terheran-heran. "Aku tidak punya suami seorang penghianat, pencuri, dan tukang korupsi seperti kamu! Segera angkat kaki dari rumah ku sekarang juga! Jangan jadi orang yang nggak tahu malu!" Teriak Kaila nyaring. "Sayang, sayang! Tolong jaga emosi kamu. Jangan berteriak seperti itu, tidak baik jika di dengar oleh yang lain." Kata Andika sembari mengusap bahu Kaila. "Aku tidak perduli! Mau se
Pagi-pagi sekali, Andika dan Luna sudah terlihat sangat sibuk. Keduanya mengemasi barang-barang mereka. Sesuai janji Andika tadi malam, hari ini mereka akan keluar dari rumah Kaila. Jujur saja, Andika merasa berat meninggalkan Kaila apalagi saat ini dirinya tidak punya apa-apa. Bersama Kaila, dirinya tidak perlu pusing memikirkan uang. Semuanya sudah terpenuhi dan terjamin. Selain itu, Andika juga masih mencintai Kaila ketika berpisah seperti ini hatinya sedikit sakit. Namun, apalah daya semua ini terjadi akibat keserakahan dan tidak bersyukurnya dirinya. Sudah di beri yang terbaik oleh sang maha pencipta, Andika malah menciptakan keadaan yang tidak baik. Betul-betul tidak bersyukur! Andika juga berharap beberapa hari, minggu atau beberapa bulan kedapan Kaila mau memaafkan dan menerima dirinya lagi. Laki-laki itu bertekad untuk tidak pantang menyerah meminta maaf pada sang istri pertama. Dia akan mengerahkan segala tenaga dan segala acara agar bisa di terima lagi oleh sang istri. B
"Apa, Mas?" Teriak Luna. "Talak dia, atau kamu nggak akan pernah ketemu sama anak kamu!" Ancamnya bersungguh-sungguh. Kalimat yang baru saja Luna lontarkan semakin menambah kekacauan hati Andika. Laki-laki itu menarik-narik rambutnya sambil menangis terisak-isak. Dia tidak bisa memilih antara Kaila dan anaknya. Bagi Andika, keduanya sangat berarti. "Kamu beneran mau berpisah sama anak kamu, Mas?" Desak Luna lagi. "Apa yang kamu pertahankan dari perempuan itu, Mas? Dia sudah mengambil semuanya dari kamu, dia perempuan serakah. Dia juga nggak bisa ngasih kamu anak. Lantas, apa yang membuat kamu ragu? " tanya Luna. "Oh, kamu masih menginginkan hartanya? Iya, Mas? Bukannya kamu bilang, kalau aku dan anak kita adalah segalanya di banding dia ataupun hartanya?"Dada Kaila naik turun, ucapan adik madunya itu sudah keterlaluan. Demi berhasil mendapat talak dari sang suami, Kaila memilih mengunci mulutnya rapat-rapat tanpa mau menyahut. "Talak dia sekarang juga atau aku bunuh diri bersama b
Kaila tertawa mendengar ucapan dari mantan mertuanya itu. Sebenarnya, perempuan paruh baya itu tahu atau tidak sih, perbuatan anak-anaknya? Kenapa selantang dan seberani itu mengungkit hak-hak mereka yang katanya sudah Kaila ambil. Anak dan Ibu nggak ada yang beres, sama-sama Zalim."Apa Ibu, sudah mencari tahu kebenarannya sebelum datang kesini? Jika, Ibu belum tahu kenapa Mobil dan Rekening putra ibu aku ambil, silahkan pulang dan tanyakan pada mereka!" "Cih, dasar sombong! Belagu banget jadi orang, sok-sokan!" Umpat Bu Diana. "Terserah Ibu, mau menilai aku bagaimana. Aku nggak perduli!""Kamu jangan macam-macam, ya! Mama bisa laporin kamu kepolisi atas tuduhan perampasan aset, mau masuk penjara kamu?" Ancam Bu Diana dengan mata mendelik."Laporin aja, Bu! Aku nggak takut. Aku tinggal lapor balik, dan kita lihat siapa yang bakal masuk penjara." Balas Kaila tak takut, baginya ancaman Bu Diana itu tidak ada apa-apanya. "Kamu itu kenapa jadi manusia serakah banget! Ngerasa nggak cuk
Seminggu berlalu, Kaila mulai terbiasa tanpa ada kehadiran Andika di sisinya. Bohong jika dia tidak merindukan laki-laki itu, laki-laki yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun terakhir. Laki-laki yang dulunya memberi kebahagian dan senyuman. Namun, Begitu mengingat perbuatan Andika, dengan cepat Kaila menapik rasa rindu itu dan menyadarkan dirinya bahwa laki-laki itu sudah menyakiti hatinya berkali-kali. Demi mengusir rasa gundah dan kesedihannya, ia menghabiskan waktu dengan bekerja dengan begitu kesedihannya akan sedikit terlupakan walaupun tidak semuanya hilang paling tidak Kaila tidak terpaku dalam kesedihan tersebut. Pagi ini, Kaila tidak masuk kerja. Perempuan cantik itu berniat mengahadiri acara syukuran Pak RT yang akan pergi haji ke tanah suci seminggu lagi. Rasanya tidak enak, jika terus-terusan tidak menghadiri acara yang ada di kompleknya itu. Bisa-bisa nanti dirinya di sebut tidak mau bergaul dengan warga di sana. Padahal, sewaktu Pak RT mengadakan Tasyakuran a
Semua Ibu-ibu yang sedari tadi menyimak pertengkaran antara Bu Diana dan Ibu-ibu lainnya itu, tercengan mendengar penjelasan Kaila. Bukan tanpa sebab mereka begitu, apa yang di jelaskan oleh Kaila berbanding terbalik dengan apa yang Bu Diana katakan selama ini. Sekarang mereka mengerti, rupanya Bu Diana selama ini cuma mengatakan omong kosong! "Wah, nggak benar ini! Berarti, selama ini Bu Diana cuma ngaku-ngaku. Jangan-jangan perihal Mbak Kaila yang mandul, suka ngelawan suami dan kasar sama orang tua itu, cuma alasan Bu Diana aja Supaya bisa membenarkan anaknya menikah lagi dengan pelakor ini?" Timpal seseorang di tengah kerumunan orang banyak itu. "Enggak nyangka ternyata Bu Diana pembohong dan pro pelakor!" "Ibu-ibu!" Teriak Ibu yang sedari tadi merekam. "Musnahkan pelakor dari muka bumi ini! Jaga baik-baik suami kita, jangan sampai di goda oleh perempuan murahan ini!" Serunya pada yang lain. "Emang dasar perempuan gatel! Tukang rebut suami orang! Perempuan murahan!" Cemooh ses
Kejadian tadi siang di kediaman Pak RT membuat Kaila kepikiran hingga malam hari. Sejak pulang dari sana, perempuan yang sebentar lagi akan menyandang status janda itu lebih banyak melamun. Pikirannya terus mengarah pada Bu Diana. Sudah seberapa sering mantan mertuanya itu menyebar fitnah tentang dirinya pada orang lain, sebegitu tidak sukanya kah Bu Diana padanya? Kesalahan apa yang sudah Kaila lakukan sehingga membuat mantan mertuanya itu tidak pernah menyukainya sampai saat ini? Untung saja, Bu Sinta dan Bu Ratna berada di pihaknya, jika tidak, Kaila akan kewalahan menghadapi Bu Diana dan Luna yang sangat ahli dalam berdebat dan menjatuhkan harga diri orang lain di hadapan orang banyak. "Non, makan malamnya sudah siap! Mau Bibi siapin?" Ujar Bi siti setelah mengetuk pintu kamar majikannya itu. Kaila tersentak. Segera dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir lamunannya yang tidak penting itu, mau sebanyak apapun mertuanya itu memfitnah dirinya Kaila tidak perduli lagi. Toh, seka