Sisca memegang tas pestanya dengan erat untuk mengejar orang itu!Saat Sisca mengejarnya sampai parkiran lama gedung pameran, tempat ini sangat kosong dan hanya ada beberapa mobil saja.Sisca berjongkok di belakang sebuah mobil, kemudian mengeluarkan pistol 92F dari tasnya sambil memantau sekeliling dengan hati-hati.Di saat ini, dia tiba-tiba mendengar suara wanita yang manja, "Aku sudah hamil, kamu jangan begitu kasar. Di mana istrimu yang gemuk itu? Bukankah kamu sangat takut dengan dia?""Aku mencari alasan untuk menyuruhnya pergi duluan. Sini kuelus. Aku sudah merindukanmu semalaman.""Kamu merindukanku? Atau menjadi nafsu karena melihat Sisca?""Jangan sembarangan bicara. Aku hanya punya kamu satu anak angkat saja. Papi tentu saja paling menyayangimu .... Mari, Papi cium."'Sharon dan Napoleon ini memalukan sekali! Selingkuh juga datang ke tempat seperti ini!'Sisca bersembunyi di belakang mobil yang dipenuhi dengan debu melihat aksi mereka.Tempat ini sangat gelap, jadi Sisca me
"Hati-hati!"Hendra segera menahan pundak Niko, kemudian mendorongnya hingga dia terhindar dari serangan tersembunyi dan langsung menembak ke arah orang yang disandera.Orang yang disandera itu pun terjatuh di lantai.Hendra segera menghampiri orang tersebut, dia merapikan rambutnya yang berantakan, kemudian melepaskan topeng orang itu.'Aku dijebak!'Dia bukan Bertha!Hendra langsung tercengang! Saat dia menyadari dirinya terjebak, dia langsung memerintah, "Segera kembali ke Kota Aroha!"Menipu musuh untuk meninggalkan markas!Mereka sengaja memberikan informasi palsu untuk memancing Hendra datang ke kawasan 19! Mungkin sekarang mereka sudah menyerang Sisca juga!Dalam perjalanan kembali, Hendra langsung menghubungi Zayn.Setelah Zayn mendapatkan kabar tersebut, dia langsung menuju ke lokasi pameran.Zayn bertemu dengan Nancy di depan pintu."Zayn? Kenapa kamu di sini? Sandra barusan saja pergi ...."Zayn dengan serius berkata, "Di mana Sisca?!"Nancy berkata, "Tadi aku meneleponnya,
Organisasi Etios membuat sebuah jebakan.Mereka menculik Bertha dulu, setelah itu sengaja menyebarkan informasi Bertha ada di Negara Marika untuk memancing Hendra ke sana menyelamatkan Bertha.Namun, orang yang diinginkan mereka kemungkinan adalah Sisca.Organisasi Etios hanya menggunakan cara menipu untuk meninggalkan markas saja.Akan tetapi, kalau putranya Cindy memang hanya mau balas dendam, kenapa dia menculik Sisca?Bukankah dulu Sisca juga termasuk korban penculikan?Sisca berpikir lalu berkata, "Mungkin mereka menangkapku untuk mengancam Hendra. Bibi, sebenarnya kenapa dulu kamu menukarkan aku dengan anaknya Cindy? Lalu, bagaimana Bibi membawaku dari tangan Michael pindah ke Kota Aroha?""Michael? Aku nggak kenal nama itu."Sisca menjelaskan, "Michael adalah musuh bisnis ayahku. Dulu dialah yang menculikku dari Kota Sela. Kalau Bibi nggak mengenalnya, kenapa Bibi bisa ...."Betha menatapnya sambil berkata dengan jujur, "Kalau bukan karena mereka mencoba bermacam-macam obat jiwa
"Aku tahu, Bibi. Aku nggak bakal melibatkan dia dalam masalah ini."Setelah mendapatkan jawaban dari Sisca, Bertha dengan tenang berkata, "Kalau begitu aku sudah tenang. Kalian segera menikah, ya?"Sisca mengedipkan mata dan menjawab, "Iya. Kalau kali ini bisa kembali dengan selamat."Bertha melepaskan gelang giok yang dipakainya.Dia menarik tangan Sisca dan memasukkan gelang giok itu ke pergelangan tangan Sisca.Sisca dengan terkejut berkata, "Bibi?"Bertha tersenyum berkata, "Ini adalah gelang giok yang diberikan ibu mertuaku saat aku menikah dengan Wilson. Sekarang kamu segera menikah dengan Hendra, aku juga nggak punya hadiah apa pun, anggap saja gelang ini adalah hadiah pertemuan kita.""Bibi, hadiah ini terlalu mahal."Gelang giok ini kelihatan sangat bening dan jernih. Nilai giok begitu bening mungkin mencapai miliaran di pasaran.Bertha menggelengkan kepala berkata, "Ini adalah hutangku padamu. Sebelumnya aku sudah menghancurkan kalung giok ungumu, anggap saja ini sebagai gant
Gian memegang sebuah arloji untuk menghitung waktu sambil mengingatkan dengan santai, "Kamu masih punya waktu satu menit untuk berpikir! Sisca, kalau kamu nggak membunuh Bertha, maka yang mati malam ini adalah kamu!"Di dalam helikopter, Pak Eko asistennya Gian memegang sebuah senapan jarak jauh.Dia membidikkan titik merah ke wajahnya Sisca.Bertha menahan tangan Sisca yang gemetaran sambil menenangkannya, "Jangan takut, ya. Ini cuman sebentar saja, kok. Sebenarnya aku sudah lama ingin menemui ayah kandungnya Hendra. Hanya saja beberapa tahun ini aku menjadi pikun. Sekarang aku sudah sadar, aku juga nggak ingin hidup lagi."Sisca terus menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca.Hendra yang mengajari Sisca cara menembak, pistol ini juga diberikan oleh Hendra. Tapi, dia sekarang malah menodongkan pistol ini ke arah ibu kandungnya Hendra."Bibi, aku nggak ... aku nggak boleh menembakmu!""Sisca, panggil aku Ibu, ya? Aku ingin mendengarnya."Sepuluh detik terakhir.Gian menghi
Tempat latihan di pangkalan Negara Amara.Di atas ring tinju, Gian menghajar satu per satu dan mereka yang diseret pergi pun sudah mendekati kelumpuhan.'Hari ini suasana hati Tuan Muda sedang buruk, jadi tidak ada satu pun orang berani menyinggungnya.'Semua bawahan yang bersiap untuk naik ke ring sangat ketakutan dan menatap Eko dengan tatapan memohon.Eko sejak kecil mengikuti Gian, bahkan berhasil lolos dari tumpukan orang mati bersama Gian. Mereka bersama-sama melewati masa sulit, meskipun mereka bukan teman dekat, kata-kata yang diucapkan Eko masih berguna.Gian langsung menyerang titik lemah lawan mainnya. Beberapa anak buah bahkan hampir saja muntah darah dan tidak ada yang berakhir baik.Eko sudah tidak sanggup melihat kondisi ini, dia berkata, "Tuan Muda, kalau mau berlatih tinju, pukul saja karung pasir. Anggota kita masih ada misi! Kalau mereka gagal karena terluka, maka Tuan Besar pasti akan ...."Gian hanya tersenyum menakutkan, kemudian memberikan sebuah serangan yang ku
Eko berkata, "Bagaimana kalau kita diam-diam kembalikan Sisca kepada Hendra, lalu ajak Hendra bekerja sama dengan kita untuk membunuh Tuan Besar."...Gian langsung menendangnya!"Memang ide yang bodoh! Apa kamu nggak punya otak? Sekarang Bertha meninggal di tangan kita, Sisca juga di tangan kita, kita sudah dikambing hitam. Menurutmu, apa Hendra masih akan percaya kalau bukan kita yang menangkap Bertha dan Sisca?"Eko berkata, "Semua itu karena Tuan Muda terlalu panik. Kalau Tuan Muda nggak begitu cepat membunuhnya, mungkin saja kita masih bisa memanfaatkan Bertha dan Sisca untuk bernegosiasi dengan Hendra.""Diskusi kepalamu! Kalau aku nggak memaksa Sisca membunuh Bertha, sekarang yang mati adalah aku! Jangan lupa Tuan Besar masih memantauku dari belakang. Dia menyerahkan Bertha kepadaku hanya untuk mengujiku saja! Lagi pula, Bertha memang pantas mati."Kehidupan Gian yang begitu suram terjadi berkat Bertha."Ta ... tapi, kalau kita nggak bekerja sama dengan Hendra, bagaimana kita me
Hendra terus bergadang hingga matanya memerah.Saat Hendra terjebak dalam kebingungan, dia tiba-tiba mendapatkan pesan grup dari Jessy."Ketua, aku sudah menemukan anak laki-laki seangkatan dengan Moonly di Panti Asuhan Mawar. Mungkin putranya Cindy juga ada di antara nama-nama ini, tapi mungkin perlu Moonly yang menunjukkannya juga."Hendra membalas, "Suruh Niko ke Kota Sela menjemputnya.""Baik."...Vila dekat gunung di Kota Sela.Tengah malam terdengar suara teriakan yang tragis!Sepasang tangan Moonly dan kaki diikat, matanya juga ditutup kain hitam. Niko yang tinggi dan kekar langsung menggendongnya ke dalam helikopter.Jessy berkata, "Niko, kamu jangan begitu kasar."Meskipun mata Moonly ditutup, dia juga bisa menyadari suara wanita yang tidak asing ini."Siapa kalian? Jessy? Apakah itu kamu? Sebelumnya kamu memukul kepalaku hingga geger! Sekarang kamu menculikku lagi? Apakah aku hutang padamu di masa lalu?"Hendra berkata, "Lepaskanlah."???Moonly langsung kebingungan. "Hendra