"Aku tahu, Bibi. Aku nggak bakal melibatkan dia dalam masalah ini."Setelah mendapatkan jawaban dari Sisca, Bertha dengan tenang berkata, "Kalau begitu aku sudah tenang. Kalian segera menikah, ya?"Sisca mengedipkan mata dan menjawab, "Iya. Kalau kali ini bisa kembali dengan selamat."Bertha melepaskan gelang giok yang dipakainya.Dia menarik tangan Sisca dan memasukkan gelang giok itu ke pergelangan tangan Sisca.Sisca dengan terkejut berkata, "Bibi?"Bertha tersenyum berkata, "Ini adalah gelang giok yang diberikan ibu mertuaku saat aku menikah dengan Wilson. Sekarang kamu segera menikah dengan Hendra, aku juga nggak punya hadiah apa pun, anggap saja gelang ini adalah hadiah pertemuan kita.""Bibi, hadiah ini terlalu mahal."Gelang giok ini kelihatan sangat bening dan jernih. Nilai giok begitu bening mungkin mencapai miliaran di pasaran.Bertha menggelengkan kepala berkata, "Ini adalah hutangku padamu. Sebelumnya aku sudah menghancurkan kalung giok ungumu, anggap saja ini sebagai gant
Gian memegang sebuah arloji untuk menghitung waktu sambil mengingatkan dengan santai, "Kamu masih punya waktu satu menit untuk berpikir! Sisca, kalau kamu nggak membunuh Bertha, maka yang mati malam ini adalah kamu!"Di dalam helikopter, Pak Eko asistennya Gian memegang sebuah senapan jarak jauh.Dia membidikkan titik merah ke wajahnya Sisca.Bertha menahan tangan Sisca yang gemetaran sambil menenangkannya, "Jangan takut, ya. Ini cuman sebentar saja, kok. Sebenarnya aku sudah lama ingin menemui ayah kandungnya Hendra. Hanya saja beberapa tahun ini aku menjadi pikun. Sekarang aku sudah sadar, aku juga nggak ingin hidup lagi."Sisca terus menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca.Hendra yang mengajari Sisca cara menembak, pistol ini juga diberikan oleh Hendra. Tapi, dia sekarang malah menodongkan pistol ini ke arah ibu kandungnya Hendra."Bibi, aku nggak ... aku nggak boleh menembakmu!""Sisca, panggil aku Ibu, ya? Aku ingin mendengarnya."Sepuluh detik terakhir.Gian menghi
Tempat latihan di pangkalan Negara Amara.Di atas ring tinju, Gian menghajar satu per satu dan mereka yang diseret pergi pun sudah mendekati kelumpuhan.'Hari ini suasana hati Tuan Muda sedang buruk, jadi tidak ada satu pun orang berani menyinggungnya.'Semua bawahan yang bersiap untuk naik ke ring sangat ketakutan dan menatap Eko dengan tatapan memohon.Eko sejak kecil mengikuti Gian, bahkan berhasil lolos dari tumpukan orang mati bersama Gian. Mereka bersama-sama melewati masa sulit, meskipun mereka bukan teman dekat, kata-kata yang diucapkan Eko masih berguna.Gian langsung menyerang titik lemah lawan mainnya. Beberapa anak buah bahkan hampir saja muntah darah dan tidak ada yang berakhir baik.Eko sudah tidak sanggup melihat kondisi ini, dia berkata, "Tuan Muda, kalau mau berlatih tinju, pukul saja karung pasir. Anggota kita masih ada misi! Kalau mereka gagal karena terluka, maka Tuan Besar pasti akan ...."Gian hanya tersenyum menakutkan, kemudian memberikan sebuah serangan yang ku
Eko berkata, "Bagaimana kalau kita diam-diam kembalikan Sisca kepada Hendra, lalu ajak Hendra bekerja sama dengan kita untuk membunuh Tuan Besar."...Gian langsung menendangnya!"Memang ide yang bodoh! Apa kamu nggak punya otak? Sekarang Bertha meninggal di tangan kita, Sisca juga di tangan kita, kita sudah dikambing hitam. Menurutmu, apa Hendra masih akan percaya kalau bukan kita yang menangkap Bertha dan Sisca?"Eko berkata, "Semua itu karena Tuan Muda terlalu panik. Kalau Tuan Muda nggak begitu cepat membunuhnya, mungkin saja kita masih bisa memanfaatkan Bertha dan Sisca untuk bernegosiasi dengan Hendra.""Diskusi kepalamu! Kalau aku nggak memaksa Sisca membunuh Bertha, sekarang yang mati adalah aku! Jangan lupa Tuan Besar masih memantauku dari belakang. Dia menyerahkan Bertha kepadaku hanya untuk mengujiku saja! Lagi pula, Bertha memang pantas mati."Kehidupan Gian yang begitu suram terjadi berkat Bertha."Ta ... tapi, kalau kita nggak bekerja sama dengan Hendra, bagaimana kita me
Hendra terus bergadang hingga matanya memerah.Saat Hendra terjebak dalam kebingungan, dia tiba-tiba mendapatkan pesan grup dari Jessy."Ketua, aku sudah menemukan anak laki-laki seangkatan dengan Moonly di Panti Asuhan Mawar. Mungkin putranya Cindy juga ada di antara nama-nama ini, tapi mungkin perlu Moonly yang menunjukkannya juga."Hendra membalas, "Suruh Niko ke Kota Sela menjemputnya.""Baik."...Vila dekat gunung di Kota Sela.Tengah malam terdengar suara teriakan yang tragis!Sepasang tangan Moonly dan kaki diikat, matanya juga ditutup kain hitam. Niko yang tinggi dan kekar langsung menggendongnya ke dalam helikopter.Jessy berkata, "Niko, kamu jangan begitu kasar."Meskipun mata Moonly ditutup, dia juga bisa menyadari suara wanita yang tidak asing ini."Siapa kalian? Jessy? Apakah itu kamu? Sebelumnya kamu memukul kepalaku hingga geger! Sekarang kamu menculikku lagi? Apakah aku hutang padamu di masa lalu?"Hendra berkata, "Lepaskanlah."???Moonly langsung kebingungan. "Hendra
Jessy berkata, "Mungkin dia adalah Tuan Muda Organisasi Etios."Moonly dengan terkejut berkata, "Hebat sekali? Anak laki-laki ini?"Hendra menanyakan, "Apakah kalian pernah berinteraksi di Panti Asuhan Mawar?"Ini adalah sebuah cerita yang panjang.Sebenarnya Moonly sudah melupakan orang ini.Moonly menahan kepalanya dengan sebelah tangan, dia menatap mata cokelat muda itu sambil berpikir berkata, "Saat aku diantar ke Panti Asuhan Mawar umur sembilan tahun, Gian sudah sangat lama di sana. Karena sifatnya yang penyendiri dan pendiam, jadi nggak banyak orang yang mau mengadopsinya."Hendra menanyakan, "Kenapa marganya Reynardi?""Dia pernah menceritakan kalau dirinya dibuang di bawah hujan lebat. Lalu, dia dibawa oleh sepasang pasutri yang nggak punya anak. Mungkin ayah asuhnya marga Reynardi. Tapi, saat dia umur enam tahun, ibu angkatnya tiba-tiba hamil. Sejak sepasang pasutri itu punya anak sendiri, mereka pun nggak menyayanginya lagi, ditambahkan beban finansial menghidup dua anak, ja
Moonly tiba-tiba merasa ketakutan.'Untung saja dulu aku nggak menindasnya. Kalau aku juga ikut menindasnya, mungkin bulan lalu yang mati adalah aku.''Tapi, untuk apa Gian menyamar menjadi asisten yang sering kutegur, punya pekerjaan paling banyak dan melelahkan, selain itu juga gajinya yang paling rendah?''Dengan karakternya yang membalas dendam, aku malah nggak diserang sama sekali?'Moonly menatap Hendra dengan ragu dan berkata, "Kamu menangkapku untuk bernegosiasi dengan Gian, apa kamu yakin dia akan demi aku melepaskan Sisca?"Kenapa perkembangan situasi menjadi seperti cinta raja iblis?"Aku nggak yakin, tapi kita boleh mencobanya."...Hendra diam sesaat, kemudian berkata, "Maaf, ya."Moonly pun terdiam.'Terima kasih atas perhatianmu, Hendra.'Dalam perjalanan penerbangan menuju Negara Amara, Hendra terus merencanakan aksi pertolongan.Saat mereka tiba di Negara Amara, Jessy langsung menerobos sistem komunikasi Organisasi Etios dan diam-diam menghubungi Tuan Muda Organisasi E
Hendra menodongkan pistol ke kepala Moonly dengan sangat sopan.'Kesalahan apa yang kubuat di masa lalu hingga bisa mengenal begitu banyak preman?!'Hendra menahan Moonly sambil berjalan ke dalam gereja hitam.Di bawah patung salib merah terlihat sosok bayangan hitam yang tinggi dan menakutkan.Setelah dilihat, bayangan ini memang sangat mirip dengan bayangan Kay!Hendra menggunakan pistol menodong pelipis Moonly dengan kuat agar dia memohon.Moonly langsung mengerti, dia pun berkata, "Kay, tolong aku!"Orang itu membalikkan badan dengan wajah barunya.Itu bukan wajah Kay, juga bukan wajah GianHendra berkata, "Kalau kamu ingin menyelamatkannya, maka tukar dengan Sisca!"Gian tertawa berkata, "Bukan aku yang menangkan Sisca, tapi Tuan Besar Organisasi Etios yang menangkapnya. Aku nggak tahu tujuan dia menangkap Sisca. Sekarang Sisca juga nggak di tanganku, dia ada di tangan Tuan Besar.""Bagaimana dengan ibuku? Apa kamu yang menangkapnya juga?""Bukan."Jessy mengatakan kalau Organisas