Share

Bab 22: Aku Butuh Merenung

Dalam selembar daun yang jatuh diterbangkan angin, engkau menjelma

Di bawah siraman cahaya matari, engkau mengada

Bersama kesiur angin yang mencumbu tubuh, engkau hadir

Dalam bayang di bening air, engkau menatapku, mengulurkan sekeping tanda mata bernama rindu!

***

Pagi yang bingar di kost Dini. Usai membaca Al Quran dan wirid pagi, Dini melantai di dapur. Kostnya memang menyediakan dapur yang setiap saat bisa dipakai para penghuninya untuk memasak maupun sekadar memanaskan makanan. Sementara itu, Lintang sedang tidak bisa diganggu karena harus menyiapkan revisi skripsi dan pergi sebelum jam setengah tujuh.

“Nasi gorengnya mantap, Din. Calon istri solehah, nih.” Lintang mengacungkan jempol. Sepiring penuh nasi goreng berhasil melewati rongga mulut.

“Itu karena kamu lagi laper.” Dini terkekeh. “Lagian apa hubungannya nasi goreng dengan istri solehah?”

Lintang mengibaskan tangan sembari berdecak. “Konon, laki-laki harus dipuaskan perutnya biar betah dan cinta.”

“Nah, itu tahu teorinya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status