Aku tidak bisa berbuat apapun. Selama di perjalanan, mas Bayu terus memperhatikan gerak-gerikku. Aku yakin, lelaki itu sudah gila sekarang. “Aku ingin menjualmu, Bulan,” ucapnya. “Berada di Jakarta, aku tidak akan aman. Suamimu akan menggunakan uangnya untuk mencarimu. Tentu saja, dia akan membunuhku.” “Brengsek! Lelaki gila,” teriakku. “Berapa yang kau butuhkan? Mas Reza akan membayarnya,” jawabku dengan cepat. Mas Bayu tertawa. “Dia tidak akan sanggup, Bulan. Suami barumu tidak akan memberikanmu uang sebanyak itu. Aku butuh puluhan milyar,” seru mas Bayu. “Zahrani tidak ingin tinggal bersamaku lagi. Pekerjaanku hancur. Aku ingin memulai bisnis namun modalku telah habis. Zahrani menipuku. Sekarang, kau akan membawahkan modal besar untukku,” ucapnya sambil tertawa. Di dalam mobil itu, aku tidak bisa bersuara. Wanita asing yang sejak tadi duduk di sampingku menutup mulutku dengan lakban. Bahkan bergerak pun terasa sangat sulit. Aku tidak menyangka jika selama ini aku telah m
Aku terjebak di negara orang dan sebentar lagi mantan suamiku akan menjualku. Lelaki gila itu benar-benar iblis. Bagaimana bisa aku bersama seorang iblis?Aku memaki diriku sendiri saat ini. Aku terus menangis dan bingung harus berbuat apa sekarang. Pintu terbuka, ku lihat Zelin sudah berganti pakaian. Dia berjalan ke arahku. “Dua jam lagi, kita akan makan malam di bawah. Sebaiknya kau ganti bajumu!” perintahnya. Ada dua dayang yang sedang berdiri di kiri kanannya. Kedua wanita itu segera membantuku berganti pakaian. “Bulan, berhenti menangis. Kami butuh uang dan kau harus melakukan itu. Apa kau tidak ingat? Semua tender yang ditanggani Bayu gagal total karena dirimu. Dia terpuruk. Apa kau tidak tahu, hutangnya bertaburan dimana-mana,” serunya kesal. Seharusnya aku yang marah. Tentu saja itu salah mas Bayu bukan salahku. Mengapa dia selalu menyalahkanku atas perselingkuhannya dengan Zahrani? Mengapa bukan Zahrani saja yang menjadi korbannya saat ini. Hatiku terasa sangat sakit. Ak
Reza POV Aku menemukan Hannah di loby apartemen. Seorang wanita menghubungiku dan menyuruhku menuju apartemen. Saat sampai, aku melihat Hannah sedang menangis. Aku segera mengendong putriku dengan perasaan cemas. “Apa Bulan ada?” tanyaku kepada mereka. Namun, tidak ada yang mengetahui Bulan dimana. Aku panik bukan main. Seharusnya Bulan berada di apartemen ini, namun dia tidak berada dimana pun. Aku segera menghubungi Fandi untuk mencari Bulan di seluruh apartemen. Namun tidak ada yang berhasil menemukan Bulan. Aku frustasi. Aku benar- Mardiah datang. Wanita itu sudah dua hari berada di rumah. Ibu sangat marah saat Mardiah menginjakan kaki di rumah kami. “Kan ada aku sekarang,” serunya sambil duduk di sampingku. Aku masih berusaha menghubungi Bulan. Namun teleponnya sama sekali tidak aktif. “Bisa saja, dia kembali dengan mantan suaminya. Apa kamu tidak pernah merasa jika Bulan itu aneh?” Aku tidak mengubris ucapan Mardiah. Saat i
\ Reza Pov Mas Richard dan beberapa tim dari kepolisian melakukan investigasi di kediaman Zahrani. Menurut penuturan mas Richard, Zahrani telah terbunuh seminggu yang lalu. Belum diketahui motif pembunuhan tersebut. Hari sudah sore dan aku kembali ke rumah. Dari tadi bibi Niam sibuk menghubungiku. Hannah tidak ingin bersama Mardiah dan wanita itu terus memaksa putrinya untuk ikut bersamanya. Membuat Hannah histeris dan ketakutan di dalam kamar. Sesampai di rumah, Mardiah menyambutku. Senyuman terukir di wajahnya. “Ingat yah, kita sudah pisah. Aku sudah menikah dengan wanita lain. Seharusnya kamu tahu batasan. Berhenti berpakaian tipis seperti ini!” Wajah Mardiah seketika murung. Aku segera menuju kamar Hannah. Di dalam kamar, ada bibi Niam. “Tuan, Hannah nggak mau makan. Lagi cari non Bulan,” ucap bibi Niam melapor. “Ibu sudah pulang?” tanyaku. Bibi Niam menggeleng. “Belum Tuan.” Ibu berjanji tidak ingin tinggal di rumah selama Mardiah ada. Kebencian kepada Mardiah sud
Bulan Pov Kedua dayang itu mengatakan jika Tuan Takur mencari seorang wanita yang bersedia melahirkan bayi untuknya. Dia sedang mencari istri ke empat. Aku tersentak kaget saat mendengarkan pernyataanya. “Kau akan hidup tenang. Aku tidak akan menganggumu lagi. Anggap saja, ini adalah balasan dari apa yang telah kau lakukan kepadaku, Bulan!” Mas Bayu menghampiriku di dalam kamar. Dia melemparkan sehelai jilbab berwarna biru ke wajahku. Aku berdesisi kesal. Ingin sekali aku membunuh lelaki itu saat ini. Zelin membuka lakban yang ada di mulutku secara kasar. Rasanya sangat perih saat lakban itu ditarik begitu saja. Dari tadi malam, aku terus berteriak agar mereka memperdulikanku. Aku ingin menganggu kedua manusia jahanam itu. Namun sialnya, mereka malah menutup lakban ke mulutkku. “Berhenti membuat kami tidak nyaman, Bulan.” “Besok, tuan Takur akan membawahmu pergi. Jadi, bersiaplah mulai hari ini!” Mas Bayu segera pergi meninggalkanku setelah mengatakan hal itu. Zelin meng
Bulan Pov Aku tinggal di rumah Sali dan Aisha. Kedua wanita itu adalah orang-orang shaleh yang ditakdirkan Tuhan untuk menolongku. Aisha tidak bisa berbicara. Dia terus mengerakan tangannya saat berbicara denganku. Sali yang membantu Aisha untuk berkomunikasi denganku. Awalnya, Aisha lah yang melihatku terkapar di depan pintu mereka. Kedua wanita itu adalah saudara kandung. “Apa kamu ingin makan? Tidak ada pesan dari saudaramu,” ucap Sali. Sore ini, aku duduk di depan jendela. Aku berharap Yuni segera membalas pesan dari Sali. “Serius?” tanyaku kepada Sali. “Ya, dia tidak mengirimkan pesan apapun kepadaku, Bulan. Sepertinya, dia mungkin tidak mengenalku. Jadi, dia tidak ingin membalas,” jelas Sali. Aku semakin cemas. Apa perlu menghubungi Yuni secara langsung? “Apa aku bisa meneleponnya?” tanyaku kepada Sali. Wanita itu menganggukan kepala. “Tentu saja, kamu bisa menghubunginya,” jawabnya. Dengan cepat aku menelepon Yuni. Berharap jika wanita itu segera menemuiku di Turke
Bulan Pov Aisha mengerakan tangannya dan menyuruhku mundur. Aku menggelengkan kepala. Aku tidak ingin dia menemui Burhan. Nasibnya akan sama seperti Sali. “Jangan lakukan, Aisha.” Aku memohon kepadanya. Aisha menghela napas panjang. Dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertemu Burhan. Di sudut mata Aisha, terlihat ada ketakutan yang amat besar. Aku bisa melihatnya. “Aisha,” pintaku. Aisha mendorongku agar menjauh dari pintu. “Aku bisa menghadapinya. Aku akan membuat kesepakatan agar dia tidak melukai kalian. Aku akan memberikan uang yang banyak agar Burhan tutup mulut. 700 USD adalah angka kecil untuk suamiku,” jelasku kepada Aisha. “Biarkan aku yang menemuinya!” ucapku. Aku memberanikan diri membuka pintu. Aku cemas dengan keadaan Sali. Aisha terus berterika agar aku menghentikan langkahku. Namun, aku sama sekali tidak bisa melakukannya. Aku harus menemui lelaki itu. Aku berjalan menuju Burhan. Lelaki itu tersenyum bahagia memandangiku. “Aku akan memberikanmu uang,
Bulan Pov Aku duduk termenung di dalam kamar. Pikiranku hanya mengenai Sali. Bagaimana keadaanya? Apa lelaki jahat itu sudah mengobatinya? Klek! Pintu terbuka. Mas Bayu masuk. Sebuah senyuman terukir di wajahnya. Senyuman mas Bayu lebih mirip seperti iblis. “Aku akan membunuhmu!” ucapku kepada mas Bayu. Mas Bayu tertawa terbahak-bahak. Dia berpikir jika apa yang aku katakan hanya lelucon semata. Mas Bayu berjalan mendekatiku. Jemarinya menyentuh daguku. “Lepaskan aku!” ucapku kepadanya. Mas Bayu menggeleng. “Tidak, kau harus di sini. Kau adalah uang bagiku, Bulan. Zahrani menolakku. Dia tidak ingin aku hidup miskin. Ya sudah, aku membunuhnya!” Bola mataku terbelalak saat lelaki sialan itu mengatakan telah membunuh Zahrani. “Kau tega melakukannya? Kau tega melakukan itu kepada wanita yang telah …,” “Dia berbohong kepadaku, Bulan!” potongnya segera. Aku menunduk. Tubuhku terasa lemas. Zahrani telah meninggal di tangannya. Jadi, dia benar-benar iblis? “Lepaskan aku!” ucapku.