Share

BAB 7

Damian yang sudah rapih dengan setelan kantornya, keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga hendak pergi ke kantor. Saat tiba di bawah ujung tangga ia melihat Leanne yang menghampirinya.

"Regan, sarapanlah dulu sebelum kamu berangkat bekerja." Ucap Leanne yang memakai celemek bermotif bunga sakura terlihat cantik dengan rambut hitam nya yang di cepol asal.

"Regan?" Tanya Damian heran.

"Ya. Apa kamu tidak keberatan jika aku memanggilmu seperti itu?" Tanya Leanne.

"Hm..tidak masalah." Jawab Damian acuh tak acuh.

"Dan... seharusnya kamu tidak perlu menyiapkan sarapan untukku. Lagian aku tidak terbiasa untuk sarapan pagi yang berat." Lanjutnya.

"Regan, aku tahu jika pernikahan ini hanya untuk sementara. Tapi aku ingin, selama kita masih berstatus suami istri. Aku ingin menjalankan segala hal keperluan mu sebagai seorang istri." Ucap Leanne.

"Aku tidak bisa lepas dari tanggung jawabku. Maka dari itu, sarapanlah dulu sebelum kamu berangkat. Walaupun hanya sedikit saja kamu makan." Lanjutnya.

Memikirkan apa yang di katakan istri sementaranya itu, kenapa tidak ia lakukan saja. Toh, itu hanya sebatas kewajiban dia saja. Maka dari itu, Damian pun mengangguk menyetujui.

"Baiklah. Ayo kita sarapan." Ucap Damian sambil terlebih dahulu berjalan ke ruang makan dengan Leanne berada di belakang mengikutinya.

Sarapan nasi goreng sederhana buatan istrinya membuat Damian yang tadinya malas sarapan. Sekarang malah minta untuk tambah porsi. Entah dia yang kelaparan, atau nasi goreng sederhana buatan istrinya enak. Maka ia lupa dengan ucapannya tadi.

Usai dengan sarapannya, Damian mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, dan memberikannya pada Athena.

"Ini—pegang dan pergunakanlah hak mu sebagai istri, dengan kewajibanku sebagai suami menafkahimu. Kebutuhan sehari - hari mu atau kebutuhan rumah tangga. Kamu gunakan saja uang di dalam kartu itu." Ucap Damian sambil menyodorkan sebuah kartu pada Leanne.

"Kalau begitu, aku berangkat kerja dulu." Lanjutnya pamit pergi tanpa menunggu jawaban Leanne Menatap sebuah kartu berwarna hitam yang berada di atas meja dengan tatapan kosongnya.

Menghela napas kasarnya, dan membereskan semua makanan di atas meja tanpa ia sarapan terdahulu. Setelah membereskan meja makan serta mencuci piring, Leanne kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke toko bunganya. Karena mobilnya belum ia ambil di rumah, maka Leanne pergi ke toko menggunakan taxi.

Setelah membayar tarif, dan turun dari taxi. Leanne berjalan ke arah pintu tokonya yang sudah di buka oleh pegawainya.

"Pagi Kak,"

"Pagi Bos,"

Sapa Kenny, dan Justin bersamaan ketika pemilik toko sudah datang.

"Pagi." Jawab singkat Leanne.

"Sepertinya, suasana hati Kak Leanne sedang buruk." ucap Kenny saat Leanne sudah pergi ke ruangannya di lantai atas.

"Jangan sok tahu kamu. Si Bos dari dulu juga seperti itu." Ucap Justin sambil mengelap dinding kaca.

"Seorang pria memang tidak pernah peka dengan perasaan wanita." Dengus Kenny yang tengah menyiram bunga di dalam pot.

"Hey! Tidak semua pria seperti itu tahu. Aku contohnya, pria yang sangat pekaan. Apalagi terhadap mu yang sedang marah, atau bahagia." Ucap Justin.

"Maksudmu?" Tanya Kenny bingung.

"Jika kamu marah - marah berarti kamu sedang kedatangan si tamu merah, atau kekasihmu ketahuan selingkuh. Ketika kamu bahagia aku tau, kamu mempunyai kekasih baru lagi." Ucap Justin.

"Seperti aku dong, single apapun tidak aku tetap bahagia." Lanjut Justin sambil menyisir rambut bagian depan dengan jari - jarinya.

"Kenapa kamu harus membahas pria brengsek itu sih. Kamu membuatku ingin menelan orang hidup - hidup. Dasar buaya playboy cap babi peliharaanmu 'kan banyak. " Ucap Kenny kesal sambil mengarahkan semprotan air ke arah Justin.

"Hey! Hey! Basah tau. Salah kamu sendiri memacari pria banyak wanitanya." Ucap Justin sambil menghindar dari serangan Kenny.

"Aku kan tidak tahu pria bren*gsek itu mata keranjang. Tampangnya aja polos dan ngegemesin." Ucap Kenny masih berusaha menyerang.

"Kau saja yang mudah di bodohi." Sarkas Justin membuat Kenny tambah menyerangnya.

Di sisi lain, Leanne yang duduk di kursi tengah memeriksa sebuah dokumen yang sudah berada di ruangannya sejak tadi. Saking fokusnya, ia tidak memperdulikan keributan yang di buat oleh bawahannya. Asal mereka tidak merusak bunga - bunganya, itu tidak masalah.

Sebuah ponsel berdering dengan suara yang khas membuatnya mengangkat kepala. Mengambil, serta melihat sebuah pesan masuk yang membuatnya ingin melempar benda mati itu. Tidak ingin terjadi, maka ia segera simpan kembali benda mati itu di tempatnya semula. Dokumen yang ia baca tadi di simpannya di laci meja kembali, dan bangkit keluar ruangannya.

Ketika menuruni tangga, suara keributan yang tadi ia dengar lenyap. Tibanya Leanna sudah di lantai bawah, terlihat beberapa orang yang membeli bunga - bunganya membuat dua orang pegawainya kewalahan.

"Boleh saya bantu?" Tanya Leanne menghampiri seorang pembeli pria yang terlihat kebingungan dengan bunga yang akan di pilihnya.

"Ah iya, bisakah anda menolong saya untuk mencarikan bunga, yang pas untuk di berikan pada seseorang yang berulang tahun." Ucap si pria yang bertampilan rapih terlihat dari jas stelan kantor yang melekat pada tubuh tegapnya.

"Maaf, jika boleh saya tau untuk siapa bunga yang akan anda berikan?" Tanya Leanne ramah.

"Dia adalah istri saya yang hari ini sedang berulang tahun." Jawabnya tak kalah ramah.

"Jika begitu, saya sarankan anda memberikan perpaduan bunga lily, dan bunga rose yang melambangkan kebahagiaan, kemurnian serta ketulusan cinta sejati kalian. " Ucap Leanne.

"Sepertinya akan sangat indah, kalau begitu tolong berikan satu buket bunga yang anda sarankan Ms....." Ucap si pria yang ingin tahu nama Leanne.

"Leanne. Cukup panggil saya Anne saja."

"Ya, Anne. Apa anda pemilik toko ini?" Tanya si pria sambil mengikuti Leanne untuk merangkai bunga yang ia pesan.

"Iya." Sahut Leanne.

"Saya bisa sarankan pada istri saya untuk membeli bunga di sini. Apalagi terlihat berbagai macam bunga-bunga di sini dan semuanya segar-segar." Ucap si pria pembeli.

"Terima kasih. Saya serta karyawan saya selalu merawatnya setiap hari untuk menjaga kesegaran mereka untuk tidak mudah layu." ucap Leanne.

"Ini, buket bunga pesanan anda sudah selesai." Ucap Leanne yang butuh 5 menit untuk merangkai bunga telah usai.

"WOW! Perfect." Ucap si pria pembeli yang menerima buket bunga dari Leanne dengan senyum ramahnya.

Setelah menyelesaikan pembayarannya di kasir, si pria berkata.

"Saya yakin, istri saya akan menyukainya." Lanjutnya tersenyum bahagia.

"Ini hadiah dari saya, selamat ulang tahun untuk istri anda." Ucap Leanna sambil memberikan bunga lain pada si pria.

"Terima kasih, akan saya berikan bunga ini dan sampaikan ucapan selamat dari anda. Kalau begitu saya permisi." Ucap si pria pembeli.

"Ya, silahkan." Balas Leanne sambil melihat si pria yang keluar tokonya dengan membawa buket bunga di kedua tangannya.

Melihat sekitar yang masih banyak pembeli, Leanne pun kembali membantu pegawainya.

Sudah jam 3 sore, Leanne pulang lebih awal dari waktu tokonya tutup. Saat ini, ia di dalam mobil taxi untuk pergi ke rumahnya untuk mengambil barang yang tertinggal di sana. Sekalian membawa mobil yang ia beli, saat dirinya pulang dari Amerika yang belum ia pakai sama sekali.

Lampu merah membuat taxi berhenti, Leanne melihat ke arah jendela samping dan tidak di sangka langsung di hadapkan dengan pemandangan yang membuatnya menatap datar. Seorang pria, dan wanita tengah keluar dari restoran dengan saling merangkul satu sama lain. Siapa sangka, jika itu adalah Damian dengan kekasihnya.

Tidak ingin berlama - lama melihat hal itu, yang membuat hidupnya ironis. Leanne mengarahkan pandangannya ke depan. Melipatkan kedua tangan di dada, serta memejamkan matanya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status