Share

BAB 6

Suara ketukan dari pintu, membuat Leanne yang tertidur pulas kini mulai mengerjapkan kedua matanya terbuka perlahan. Masih terdengar suara ketukan, membuat Leanne yang hendak bangun dari tidurnya terhenti. Sebuah tangan kekar, dan berbulu yang melingkari pinggangnya membuat Leanne menolehkan kepalanya ke samping. Menatap diam ke arah suaminya, dan terputus oleh suara ketukan pintu yang tidak berhenti.

Di singkirkan pelan tangan itu dari pinggangnya, dan turun di atas kasur setelah belitan tangan Damian dari pinggangnya terlepas.

Berjalan ke arah pintu, dan membukanya pelan.

"Oh, Anne! Maafkan Mama yang telah mengganggu tidur kalian. Mama hanya ingin memberitahu kalian, bahwa yang lainnya sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama. " Ucap Rose.

"Tidak apa-apa, Ma. Justru aku yang harusnya meminta maaf, karena sudah merepotkan Mama membangunkan kami yang bangun kesiangan." Ucap Leanne tak enak hati.

"Mama mengerti, kok. Kaliankan pengantin baru. Jadi wajar saja kalau kalian membutuhkan istirahat yang cukup, setelah malam indah yang kalian lewati." Ucap Rose tersenyum penuh arti, membuat Leanne mengkerutkan dahinya heran.

"Ya sudah. Kalian bergegaslah cepat dan segera turun ke bawah, ya. " Lanjutnya dan berlalu dari hadapan Leanne.

Leanne menutup pintu kembali, hampir saja Leanne berteriak kaget. Saat Damian sudah berada di belakangnya.

"Apa itu tadi Mama? " Tanya Damian.

"Iya. Mama memberitahukan, bahwa yang lainnya sudah ada di restorant hotel." Ucap Leanne.

"Ya sudah, aku pertama mandi duluan agar para orangtua tidak terlalu lama menunggu." Lanjut Leanne masuk ke dalam kamar mandi yang sebelumnya sudah membawa baju ganti.

"Hm. " Sahut Damian setelah melihat pintu kamar mandi mulai tertutup.

****

"Setelah ini kalian akan kemana? " Tanya Daniel.

Saat ini mereka tengah makan bersama di restorant hotel.

"Kami akan langsung pulang saja ke rumah baru yang aku buat tahun lalu, Pa " Jawab Damian.

"Kalian tidak akan bulan madu memangnya? Mama ingin sekali segera menggendong cucu dari kalian." Ucap Rose menatap Damian, dan juga menantunya yang menunduk.

"Pekerjaanku masih banyak Ma. Tidak bisa di tinggalkan terus. Lagian istriku juga masih lelah dengan pernikahan kita kemarin. " ucap Damian sambil merangkul Leanne mesra. Memperlihatkan pada semuanya. Bahwa ia seorang suami yang perhatian pada istri tercintanya.

"Benar yang di katakan Damian, Rose. Dia pasti sibuk setelah pekerjaannya ia tunda untuk mempersiapkan pesta pernikahan kemarin " Ucap Anita yang mengusap bahu besannya.

"Lagian di rumah pun mereka bisa membuatkan kita cucu kan, Rose? " lanjutnya yang di setujui, membuat para orangtua tertawa.

"Benar katamu Anita, " Ucap Rose menatap Anita berbinar.

"Dan Mama harap, kalian jangan sampai menundanya!" Lanjut Rose tegas melihat Damian, dan Leanne bergantian yang langsung di angguki keduanya. Agar cepat selesai bahasan permintaan cucu yang tidak akan terwujud.

*****

Sebuah rumah megah bertingkat dua dengan desain eropa modern. Halaman yang cukup luas dan terlihat asri dengan berbagai tumbuhan. Leanne yang sudah berada di teras depan, dan Damian berjalan ke arah pintu. Dengan membawa dua koper setelah mobilnya ia simpan di garasi.

"Ayo masuk. "Ucap Damian setelah pintu utama di buka olehnya, dan dalam rumah pun tak kalah mewah dengan luarnya. Hanya saja ada sedikit desain minimalisnya.

Leanne Mengikuti Damian dari belakang dan naik tangga untuk ke lantai dua. Tiba di depan pintu bercat putih yang di ketahui Leanne adalah sebuah kamar tidur. Ruangan yang cukup besar dan sebuah tempat tidur king size.

"Kita akan tidur terpisah dan ini kamarmu."Ucap Damian menatap Leanne.

"Connecting room di sana adalah penghubung menuju kamarku, yang berada di sebelah kamar ini. " Tunjuk Damian ke arah pintu.

"Aku tidak ingin jika para orangtua datang kesini tiba-tiba, dan tahu aku keluar dari pintu sebelah, yang ternyata kita pisah kamar, semuanya bisa saja menjadi masalah. " Lanjut Damian menatap Leanne.

Sebuah dering dari ponsel Damian memutuskan tatapan mereka.

"Ya Sarah?" Ucap Damian setelah mengangkat panggilan yang ternyata dari Sarah.

"Sekarang aku akan ke sana. Jangan kemana-mana sampai aku tiba! Ya aku juga rindu padamu. " Ucap Damian sambil berjalan ke arah pintu tanpa pamitan pada Leanne yang saat ini menatap punggung Damian.

Leanne yang mendengarkan percakapan mereka tatapannya berubah datar pada pintu yang sudah tertutup rapat.

Menarik kopernya dan merapihkan pakaiannya pada sebuah lemari yang sudah ada di dalam ruangan.

Usai dengan pakaiannya. Leanne melihat jam yang masih lama untuk membuat makan malam. Ia bergegas untuk ke toko bunganya, dan sekalian berbelanja bahan untuk memasak nanti.

Karena lemari es yang ia lihat di dapur isinya kosong. Hanya sebuah air mineral saja yang ia temukan.

Memesan ojek online, karena perumahan ini jauh dari jalan raya. Bukan tidak ada mobil di rumah Damian. Hanya saja, Leanne tidak berhak untuk meminjam salah satu mobilnya Damian.

Membayar tarif ojek online setelah Leanne tiba di depan toko bunganya.

"Hai, Boss. " Sapa Justin ketika siapa yang masuk ke dalam toko.

"Kenapa tidak libur saja? Kalian 'kan baru saja menikah. Sedang hangat-hangatnya selalu ingin bermesraan dengan suami. " Ucap justin yang di angguki Kenny.

"Kita berdua bisa kok menjaga toko. Kakak temani saja suami Kakak." Ucap Kenny.

"Damian pergi." Ucap Leanne.

"Hahh! Pergi kemana? Masa suami mu bekerja. " Ucap Justin.

Hanya di angguki Leanne yang tidak ingin Justin bertanya lagi. Bukan kantor yang suaminya kunjungi, tapi kekasihnya lah yang membuat Damian tidak berada di rumah. Leanne tidak ingin orang lain mengetahui rumah tangganya. Apalagi rumah tangga dan menjadi seorang istri. Hanya akan ia jalani dalam waktu satu tahun kedepan.

"Pemilik perusahaan besar seperti suamimu. Di hari bahagianya saja, masih harus di sibukkan oleh urusan kantor." Lanjut Justin sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kak, apa suamimu tau apa pekerjaanmu?" Tanya Kenny ragu sambil menyiram bunga dan melihat Leanne berada di balik meja kasir.

Justin yang mendengar pun melihat ke arah Leanne yang tengah mengechek data stok bunga di komputer.

Leanne yang mendengar itu terdiam sebentar dan melanjutkan lagi aktivitasnya serta berkata.

"Iya. Dia tahu jika aku pemilik toko bunga ini." Ucapnya.

"Bukan itu maksudku Kak." Ucap Kenny menatap Leanne.

"Lebih baik ia tidak tahu. Sebab keluarga pun tidak ada yang tahu kecuali Kakek." Ucapan Leanne membuat ruangan hening dan canggung serta ada kesedihan di dalamnya.

"Ah!! Aku kangen sekali pada Kakek. Kira-kira ia merindukanku tidak, ya?" Ucap Kenny untuk memecahkan keheningan yang tidak nyaman.

"Memangnya kau bagi Kakek siapanya? " Sahut Justin menyebalkan.

"Kakek mendengar suaramu saja, sudah membuatnya sakit telinga." Ejek Justin membuat Kenny yang kesal menyemprot Justin dengan air yang di pakai untuk menyiram bunga.

Ruangan yang tadinya hening. Kini kembali cerah dengan tingkah dan suara tawa mereka.

Leanne pun tersenyum kecil dengan tingkah pegawainya. Berbeda dengan hatinya yang penuh kegundahan.

Seharian ia habiskan di toko bunganya hingga waktu pulang tiba dan ia tiba di rumah jam 6 sore. Sebelumnya Leanne pergi terdahulu ke supermarket untuk keperluannya. Rumah yang terlihat sepi menandakan Damian belum pulang.

Bergegas mandi setelah memasukkan bahan yang tadi ia beli ke dalam lemari es. Memakai celana selutut dan juga kaos lengan pendek. Setelah Leanne selesai mandi dan segera memulai memasak untuk makan malam sebelum Damian pulang.

Berkutat di dapur selama 1 jam akhirnya masakan pun selesai. Sambil menunggu Damian pulang. Leanne pergi ke ruang keluarga untuk menonton TV sambil membawa buah-buahan yang sudah ia kupas terlebih dahulu.

Satu jam, dua jam hingga tiga jam Leanne menunggu. Namun Damian belum pulang juga. Ia pun mematikan siaran TV dan memutuskan akan makan sendiri, karena perutnya sudah berbunyi terus-terusan sedari tadi. Tanpa menghangatkan kembali masakannya.

Mencuci piring bekas ia makan, dan berjalan ke arah tangga sambil membawa segelas air minum. setelah dapur Leanne bereskan terdahulu serta lampu ruang tamu ia matikan.

Leanne yang tengah membaca buku sambil menyandarkan tubuhnya pada dashboard ranjang. Mengambil gelas berada di atas meja nakas di sampingnya, yang ternyata isinya sudah kosong.

Bersamaan dengan Leanne yang hendak ke dapur suara mesin mobil terdengar.

Jam 11 malam, dan itu mobil Damian yang baru saja pulang. Menuruni tangga dan bertemu Damian yang hendak pergi ke kamarnya.

"Kamu baru pulang? Apa kamu sudah makan? Aku memasak untukmu tadi kalau gitu aku akan hang..... " Belum selesai perkataan Leanne selesai Damian menyelanya.

"Aku sudah makan dengan Sarah. Kamu tidak perlu repot-repot memasak lagi, besok akan ku panggilkan pelayan. Biasanya pelayan akan datang ke sini seminggu tiga kali, tapi karena sudah ada kamu sepertinya mereka harus kerja setiap hari. Kamu tidak perlu repot memasak apalagi membersihkan rumah ini, biar mereka saja." Potong Damian, dan tanpa di minta Damian menjelaskan kenapa di rumah sebesar ini tidak ada satupun pelayan.

"Kalau begitu aku istirahat dulu." Lanjutnya, lalu ia pun berlalu masuk ke dalam kamarnya di ikuti oleh tatapan Leanne yang masih berada di anak tangga.

Leanne yang hendak ke dapur mengambil air minum ia urungkan, dan berbalik kembali masuk ke dalam kamarnya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status