Share

Bab 47

Kebun kurma saudaranya Ummi ternyata tak terlalu jauh dari rumah. Agak dekat dengan masjid Quba juga. Masya Allah, rasanya seperti mimpi kami bisa mampir salat duha di masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Mahammad ini. Kata Madam sengaja kita berangkat pagi biar lebih nyaman di kebunnya belum terlalu panas.

Di sepanjang jalan kota Madinah tumbuh pohon kurma tapi aku belum melihat yang tengah berbuah. Jadi rasanya takjub saat masuk kebun kurma yang tengah berbuah lebat. Suara burung yang beterbangan memakan buah kurma menambah keindahan suasana pagi ini. Aku terus melihat ke atas dengan takjub sambil mendorong kursi roda Ummi saat Ayu mencolek lenganku.

“Tutup mulutnya, Neng. Nanti tahi burung masuk hihi.” Aku tersipu.

“Itu kenapa dikarungin?” tunjukku pada tandan kurma yang ditutup karung.

“Biar nggak dimakan burung sama biar cepet matang, katanya.”

Ummi memberiku kesempatan untuk keliling melihat-lihat kebun sebentar dan meninggal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status