Dengan nafas terengah-engah, Zsalsya terus berlari tanpa henti. Tetapi pikirannya tidak tenang. Ia sangat takut jika ada yang mengejarnya. Untuk itu, sembari berlari, sesekali ia menoleh ke belakang. Walau tangan sangat perih dan bahkan pergelangan kakinya pun terluka dan agak berdarah, tetapi ia menghiraukan rasa sakit itu.Berlari tanpa alas kaki pun memang sama-sama menyakitkan. Namun, bagaimanapun, yang paling penting baginya saat ini adalah keselamatan dirinya dan Endrick."Haaahh .... Haahh ....!"Belum jauh dari sana, ia melihat pria misterius itu mengejarnya. Terus berlari ke arahnya, tetapi ia berusaha sekuat tenaga untuk berlari.Setelah berhasil turun dari dalam toilet tadi, yang jadi masalah Zsalsya adalah ia tidak langsung pergi. Dirinya memilih diam sejenak karena sudah sangat lelah ditambah rasa sakit yang tidak bisa ia hiraukan.Meskipun ia berusaha kuat dan pura-pura tidak merasakan. Tetapi, tetap saja ia tidak bisa membohongi rasa sakit pada beberapa bagian tubuhny
"Akhirnya kamu kembali. Kamu kenapa lama sekali?" kata Kyora sembari bergelayut manja. Endrick yang merasa ada yang aneh pun kemudian agak menjaga jarak dari wanita tersebut. Ia menoleh ke arah kepala pelayan dan kepala pelayan itu hanya diam sembari tersenyum tipis dengan mata berkedip sekali."Mau ikut saya sebentar?" Endrick memberikan penawaran karena dirinya masih penasaran siapa wanita dibalik topeng itu. Ada banyak keanehan yang mulai dirasakan, seakan membuatnya ingin tahu karena tidak ingin terjebak dalam kepalsuan."Ikut ke mana?" tanya Kyora."Ikut saja!"Sembari memegang lengan Endrick, Kyora terus berjalan mengikuti langkah kaki pria yang ada di sampingnya itu. Seolah tidak mau kehilangan momen bersama, ia terus bergelayut mesra. Walau sebenarnya Endrick sendiri tidak tahu bagaimana ia harus menanggapi keadaan ini, karena dirinya tidak tahu siapa sebenarnya wanita yang ada di sampingnya tersebut."Ke mana?" "Di sini saja." Endrick menghentikan langkah kakinya, lalu ber
"Tuan!" seru seorang bodyguard yang sudah menemukan Endrick. Sontak, Endrick pun menoleh. Bodyguard itu mendekat dan kemudian berbisik. Endrick yang mendengar hal itu pun langsung terdiam. Ia melirik ke arah Kyora dan langsung pergi begitu saja."Bawa dia!" perintahnya kepada bodyguard yang baru saja memberikannya kabar tersebut.Kyora yang belum siap siaga dengan apa yang terjadi pun membuatnya berontak. "Apa ini? Kenapa aku dipegangi begini?!" Walaupun sudah jelas-jelas ketahuan, tetapi Kyora tetap saja berusaha membela dirinya yang mengaku sebagai Zsalsya. "Kenapa memperlakukan aku begini?"Endrick tidak menoleh karena memang tidak peduli. Yang dia pedulikan saat ini hanyalah Zsalsya yang tengah berjalan perlahan mencari keberadaan Endrick.Melihat Zsalsya yang dalam kondisi buruk, itu membuat Endrick langsung membawanya dalam pelukan. "Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa badanmu penuh luka begini?"Meskipun begitu, Endrick melakukannya diam-diam. Ia tidak ingin orang lain tahu
"Mas!" seru Zsalsya, ketika melihat Endrick yang terus menatap matanya tanpa sedikitpun berkedip.Endrick pun akhirnya berkedip. "Harusnya kamu sudah tahu apa jawabannya."Zsalsya terdiam sejenak. Lalu, ia pun menyahut perkataan Endrick. "Saya tidak tahu pasti, Mas, kalau bukan Mas sendiri yang mengatakannya kepada saya."'Sebenarnya aku tidak mau kege'eran'Endrick menggelengkan kepala. Ia berjalan keluar dari kamar dan berbicara kepada salah seorang pelayan yang ternyata ada dua orang sudah di sana. Dua pelayan di sana atas perintah kepala pelayan yang melihat kondisi Zsalsya, yang mana berjaga-jaga jika Endrick membutuhkan pelayanan."Tolong kamu ambilkan kotak P3K yang ada di ruangan saya!" perintahnya."Baik, Tuan," jawab salah seorang pelayan itu dan kemudian melangkah pergi untuk melaksanakan perintah tersebut.Endrick kembali pada Zsalsya, ia tetap berada di sampingnya.Di bawah sana, setelah selesai acara dan semuanya bubar. Rosmala mencari keberadaan Endrick yang tak ia liha
Di luar, seorang bodyguard masih memegangi wanita yang menyamar menjadi Zsalsya, Kyora. Wanita itu terus berontak. Dirinya mencoba untuk melarikan diri dari sana ketika baru menyadari bahwa ada yang tidak beres dan tentu saja pasti karena ada sesuatu yang memang tidak ia ketahui."Tidak mungkin kalau Zsalsya kabur dari sekapan itu!" batin Kyora sembari menggelengkan kepala bingung. Ia pun dilanda rasa bimbang mengenai rencananya yang seolah menjadi berantakan."Diam! Jangan banyak gerak!" tegas bodyguard yang masih melakukan tugas yang sama.Namun, di luar gerbang yang berjarak sekitar sepuluh meter dari sana. Rejho sudah merasa jenuh memantau keadaan sembari menunggu kembalinya Kyora. "Ke mana si Bos ini? Aku tunggu tapi tak juga datang!"Rejho mengambil rokok dari dalam saku celananya. Ia menyundut rokok itu, lalu menyesapnya secara perlahan. Dengan salah satu diangkat ke atas paha yang lain, ia menggerak-gerakkan kaki itu sembari sesekali melihat ke gerbang rumah."Masa begitu saj
Rosmala yang tahu bahwa situasi sedang tidak aman itu membuatnya panik. Ia mondar-mandir tidak karuan. Karena penasaran, ia pun melangkah ke jendela. Tirai itu dibukanya perlahan. Dibalik jendela kaca yang besar itu, ia melihat situasi di halaman rumahnya.Dan benar saja. Ia melihat para bodyguard yang tengah berjaga tampak panik. Bahkan, matanya sampai membelalak saat melihat ada percikan darah di halaman rumah.Memang tidak banyak, tetapi itu membuat Rosmala semakin ketakutan. Ia takut jika terjadi sesuatu hal yang buruk lagi.Zsalsya yang ada di sana hanya bisa diam seraya menahan sakit pada beberapa bagian tubuhnya yang mengalami goresan luka."Ya Tuhan, semoga semuanya baik-baik saja. Aku hanya ingin semuanya kembali aman," batin Zsalsya dalam do'anya. Dalam keresahan hati Rosmala, ia teringat pada Zsalsya yang menurutnya pasti tahu apa yang terjadi selama beberapa jam ke belakang ini.Rosmala memutar tubuhnya, ia menoleh ke arah Zsalsya dan langsung berjalan ke arah calon menan
"Cepat masuk dan tancap gas!" pinta Kyora kepada Rejho yang memang berada di sana. Mereka pun bergegas pergi. Keduanya memasuki mobil dengan cepat tanpa menunggu apapun lagi. Tetapi, dalam perjalanan itu, Kyora menoleh ke arah Rejho dengan kedua alis bertautan penuh tanya."Kok kamu bisa ada di sini? Kenapa Zsalsya kamu tinggalkan begitu saja? Bagaimana kalau dia kabur?"Sontak, Rejho yang mendengar hal itu pun langsung tergugup. Sesuatu yang ingin ia ceritakan sendiri tanpa ditanyai semacam ini pun membuatnya jauh lebih gugup, karena dirinya takut jika disalahkan. Dan ... pada akhirnya ia takut tidak mendapat bayaran atas apa yang sudah ia lakukan untuk bosnya itu."Kenapa? Jawab sekarang juga! Bodoh sekali malah meninggalkan Zsalsya!" caci Kyora dengan kesal. Ia melepas topeng yang dipakainya, lalu melempar topeng itu ke arah Rejho.Kyora sama sekali tidak peduli pada Rejho yang entah tersinggung atau tidak dengan Rejho. Ia hanya merasa kesal karena menurutnya Rejho tidak bertanggu
"Sepertinya bukan dia orangnya," bisik salah seorang bodyguard kepada yang lainnya.Lantas, satu persatu dari mereka pun kembali memasuki mobil."Maaf, sepertinya kami salah orang," kata salah seorang bodyguard yang ada di sana.Namun, baru saja membalikkan badan, bodyguard yang lain yang merasa penasaran pun menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik kembali ke arah Kyora."Saya mau cek ke dalam mobil!" katanya dengan tegas.Kyora melirik ke arah mobil miliknya sendiri. "Untuk apa, ya? Ini sudah malam, jangan bilang kalau kalian ini begal!" tuduh Kyora untuk menyembunyikan jati diri juga apa yang memang ia sembunyikan dibalik mobil itu.Sebab, di dalam mobil sana ada pakaian bekas tadi yang walaupun telah ia sembunyikan, tetap saja ada di dalam mobil sana. Belum sempat ia buang ataupun bakar."Jangan salah paham! Kami hanya sedang ingin memeriksa saja!""Tidak! Kalian tidak bisa sembarangan memasuki mobil ini dan mengobrak-abrik semuanya!" tolak Kyora.Kyora berusaha melakukan berbaga