"Cepat masuk dan tancap gas!" pinta Kyora kepada Rejho yang memang berada di sana. Mereka pun bergegas pergi. Keduanya memasuki mobil dengan cepat tanpa menunggu apapun lagi. Tetapi, dalam perjalanan itu, Kyora menoleh ke arah Rejho dengan kedua alis bertautan penuh tanya."Kok kamu bisa ada di sini? Kenapa Zsalsya kamu tinggalkan begitu saja? Bagaimana kalau dia kabur?"Sontak, Rejho yang mendengar hal itu pun langsung tergugup. Sesuatu yang ingin ia ceritakan sendiri tanpa ditanyai semacam ini pun membuatnya jauh lebih gugup, karena dirinya takut jika disalahkan. Dan ... pada akhirnya ia takut tidak mendapat bayaran atas apa yang sudah ia lakukan untuk bosnya itu."Kenapa? Jawab sekarang juga! Bodoh sekali malah meninggalkan Zsalsya!" caci Kyora dengan kesal. Ia melepas topeng yang dipakainya, lalu melempar topeng itu ke arah Rejho.Kyora sama sekali tidak peduli pada Rejho yang entah tersinggung atau tidak dengan Rejho. Ia hanya merasa kesal karena menurutnya Rejho tidak bertanggu
"Sepertinya bukan dia orangnya," bisik salah seorang bodyguard kepada yang lainnya.Lantas, satu persatu dari mereka pun kembali memasuki mobil."Maaf, sepertinya kami salah orang," kata salah seorang bodyguard yang ada di sana.Namun, baru saja membalikkan badan, bodyguard yang lain yang merasa penasaran pun menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik kembali ke arah Kyora."Saya mau cek ke dalam mobil!" katanya dengan tegas.Kyora melirik ke arah mobil miliknya sendiri. "Untuk apa, ya? Ini sudah malam, jangan bilang kalau kalian ini begal!" tuduh Kyora untuk menyembunyikan jati diri juga apa yang memang ia sembunyikan dibalik mobil itu.Sebab, di dalam mobil sana ada pakaian bekas tadi yang walaupun telah ia sembunyikan, tetap saja ada di dalam mobil sana. Belum sempat ia buang ataupun bakar."Jangan salah paham! Kami hanya sedang ingin memeriksa saja!""Tidak! Kalian tidak bisa sembarangan memasuki mobil ini dan mengobrak-abrik semuanya!" tolak Kyora.Kyora berusaha melakukan berbaga
"Kalian tidurlah! Jangan terlalu mengkhawatirkan hal Ini!""Bagaimana kami tidak khawatir setelah kejadian ini. Mama sendiri jadi panik dan takut kalau terjadi sesuatu sama kamu. Mereka pasti tidak akan diam saja!" kata Rosmala.Lalu, terdengarlah dari bawah suara mobil yang beriringan memasuki halaman rumah."Aku harus ke bawah dulu, Ma!" kata Endrick bergegas untuk turun ke bawah.Rosmala pun beranjak dari duduknya. Ia mencoba untuk menyusul Endrick yang kini sudah menuju lantai bawah."Nyonya mau pergi ke mana?" tanya bodyguard yang menjaga pintu. "Mohon tunggu di kamar saja!""Tidak! Dalam keadaan genting seperti ini, aku sama sekali tidak bisa diam! Bagaimana bisa aku diam saja dan menunggu semuanya selesai!" jawab Rosmala yang dengan keras kepalanya tetap pada pendirian dan tidak mau mendengarkan apa saran dari bodyguardnya tersebut.Rosmala terus berjalan ke bawah, sedangkan Zsalsya hanya diam ketika beberapa bagian tubuhnya terasa sakit. Kaki dan tangannya terasa sakit. "Aarg
Salah seorang bodyguard pun langsung menghampiri pria tersebut. Ia membantunya berjalan dengan memapah tubuhnya. "Apa acaranya sudah selesai? Kenapa sepi begini?" tanya pria itu dengan linglung. Tampak sekali kepalanya yang lumayan masih terasa pusing. Tetapi, memaksakan untuk berjalan karena begitu terbangun dirinya malah di tempat yang tidak seharusnya."Iya, acaranya sudah selesai sejak dua jam tadi."Bodyguard itu terus membantunya berjalan dan membawanya kepada Endrick, Rosmala dan beberapa bodyguard lain yang juga ada di sana."Pak Bondan, kenapa Anda datang dari arah sana?" tanya Rosmala.Bondan menoleh ke arah Rosmala. "Saya juga tidak tahu. Sebelumnya, ada orang yang membekap saya sampai tidak sadarkan diri. Lalu, begitu bangun, tiba-tiba ada di dekat sebuah pohon. Kenapa keamanan di sini kurang?!" omel Bondan yang merasa kesal karena dirinya menjadi korban."Saya betul-betul minta maaf kepada Anda, Pak. Sebenarnya keamanan sudah dijaga dengan sebaik mungkin, tetapi .... Sa
"Bos, Anda memang yang terbaik!" puji Rejho kepada Kyora yang bahkan dirinya tidak pernah terpikirkan sama sekali dengan penyamaran yang dilakukan Bosnya itu secara mendadak.Sebetulnya, Kyora pun awalnya merasa bingung, hanya saja ia teringat pada pakaian yang selalu ia simpan di dalam mobil untuk berganti baju. Pakaian santai yang memperlihatkan seolah dirinya tidak perlu dicurigai sama sekali."Aku memang cerdas! Memangnya kamu, menjaga wanita lemah seperti Zsalsya saja tidak mampu!" celanya.Bibir Rejho langsung kecut mendengar Kyora yang seolah berbangga diri, tetapi di sisi lain juga malah mencela kesalahannya tersebut. Padahal menurutnya, dirinya sudah melakukan yang terbaik. "Untung Bos! Kalau kau anak buahku, sudah sejak lama kusumpal mulut busukmu itu!" umpat Rejho."Ya sudah, tunggu apalagi! Semuanya aman terkendali, sekarang saatnya tancap gas kembali menuju rumah!"Rejho menyalakan mesin mobil dan langsung tancap gas pergi. "Kita tidak pergi makan dulu, Bos? Lapar, nih!
Rosmala melihat ke arah Endrick, berharap Anaknya mengerti dengan apa yang ia maksud. Tetapi, Endrick malah terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu."Nak, kamu memikirkan apa?""Ma, kenapa yang melakukan kejahatan itu berbeda? Menurut Mama, apa mungkin mereka bekerja sama melakukan semua itu?" Rosmala terdiam sejenak, lalu melontarkan kalimatnya. "Bisa jadi!"Rupanya, Bondan pun berpikir demikian. Namun, mereka sendiri tidak tahu alasan dibalik semua penyamaran itu."Mereka bersama? Lawan jenis."Rosmala yang ingat bahwa Endrick selalu ingin dijodohkan oleh Rejho dengan wanita pilihannya membuatnya langsung terpikir ke arah sana."Kamu ingat 'kan apa kata Papa kamu waktu itu?" tanya Rosmala. Ia bertanya sekaligus meminta Endrick untuk mengingatnya."Ingat, Ma."'Apa wanita itu menyamar jadi Zsalsya karena ingin mendekati aku. Tapi, itu hanya bisa terjadi dalam semalam. Lalu, apa sebenarnya rencana wanita itu?' Itulah yang ada dalam pikiran Endrick ketika dirinya mencoba berpikir le
Keesokan harinya, saat Endrick hendak pergi bekerja dan Bondan pun bergegas untuk pulang ke rumah. Namun, seorang bodyguard yang berjaga datang menghampiri Endrick. Dari teras dengan jarak yang cukup jauh itu sudah tampak jelas banyak sekali wartawan yang berkerumun di gerbang rumah. Mereka terus memaksa masuk.Endrick merasa penasaran dengan itu, tetapi Rosmala menarik bajunya -- menahan Anaknya agar tidak sampai pergi menghampiri mereka."Nanti saja, Nak! Lihat, banyak sekali wartawan di sana!"Akan tetapi, Bondan yang merasa perlu pulang ke rumah pun membuatnya terus berjalan ke arah gerbang sana untuk keluar."Aku penasaran, Ma, kira-kira ada gosip apa ya sampai ramai begitu?"Kala itu, Endrick belum mengetahui apa penyebab dibaliknya. Sebab, berita itu baru sampai ke telinga wartawan. Dan begitu mendapat berita tersebut, mereka bergegas menuju kediaman keluarga Rosmala."Jangan, Nak! Kalau kamu ke sana, nanti bagaimana kalau ternyata ada gosip aneh-aneh!" Namun, meskipun Rosma
Rosmala yang berada di dalam rumah itu hanya terus mondar-mandir dengan segala kekalutan yang ada. Rasa tidak nyaman seakan membelenggu dirinya.Ketika itu, ia dibuat bimbang oleh pikiran yang mana ingin tahu tujuan mereka datang ke sana karena berita apa, tetapi di samping itu ia juga tidak mau jika ternyata ada berita yang tidak enak didengar telinga."Harus bagaimana sekarang?" gumamnya.Namun, melihat para wartawan yang tak kunjung pergi dari rumahnya, membuat ia tidak bisa bergerak nyaman sekalipun itu di rumah sendiri.Zsalsya yang dengan berjalan dan agak pincang itu tiba-tiba menghampiri Rosmala. Ia bertanya. "Ma, sedang apa di sini? Mas Endrick sudah pergi ke kantor, 'kan?" Rosmala memutar tubuhnya, sontak ia mencengkeram kedua lengan atas Zsalsya. "Ada apa, Ma?" tanya Zsalsya seraya melihat kedua tangan Rosmala yang seolah tengah mengkhawatirkan sesuatu.Bukan cengkraman ingin mengganggunya, tetapi tampak sekali wanita yang ada di hadapannya ini sangat membutuhkan pertolon