Bab 131"Ar." Ervan memanggil Aryanti, yang kini sedang menghadap wastafel mencuci wajahnya, agar air mata yang tak dapat dia bendung, tidak terdeteksi oleh Ervan. Tangan Aryanti meraih handuk, lalu menyeka wajah ayu yang kini sayu ini. Terlihat lelah di matanya. "Tumben belum tutup. Banyak pasien? 'kan aku bilang kurangi pasien," Ervan meraih pinggang Aryanti. Mengecup bibir mungil wanita ayu ini. Menatap bola mata kecoklatan milik wanita pujaannya. "Tadi ada pasien, maksa konsultasi, padahal sudah di bilang tutup." Aryanti mencoba beralibi, dia tau Ervan sedang mencari kebenaran lewat bola matanya."Suamiku tersayang, cinta banget ya, sama Dokter cantik ini?" Aryanti mencoba mengalihkan pembicaraan. "Cinta banget, makanya jangan kebanyakan kerja, jangan terlalu lelah, biar lelaki ini dapat terpuaskan di ranjang." Ervan melumat bibir Aryanti. "Memang selama ini tak terpuaskan?" Suara Aryanti sudah terdengar serak. Setelah dicium Ervan dengan lembut tetapi menggebu. "Sangat pu
Bab 132 Hiruk pikuk kota Jakarta, kemacetan, kebisingan, membuat sebagian besar para pekerja rentan mengalami setres.Evellyn duduk di dalam kendaraan ekslusif bersama sang suami. Tak ada percakapan berarti. Beberapa menit kemudia mereka turun di sebuah Ball Room. Beberapa orang pun terlihat menyambut mereka. Arkan menggandeng erat wanitanya, begitu pun Evellyn menautkan erat jemari tangan pada lengan kokoh lelaki metropolish ini. Para kolega sudah menunggu. Pertemuan penting kali ini Arkan membawa serta Evellyn, ia ingin Evellyn faham seperti apa pertemuan-pertemuan besarnya. Arkan memperkenalkan Evellyn pada semua kolega bisnisnya, ia ingin semua kolega bisnisnya tau seperti apa wajah dari istri Arkan Putra Maulana. Bukan untuk memamerkan tetapi hanya ingin memperkenalkan setidaknya jika Arkan berada di luar negri Evellyn bisa dengan mudah menghandle semua kinerjanya. "Tuan Arkan," seorang menghampiri Arkan, menggandeng seorang wanita yang sangat Arkan kenal. "Mr Sam. Apa ka
Bab 133 Mobil yang ditumpangi Evellyn dan Arkan akhirnya sampai di depan rumah. "Mas kamu nakal banget," ujar Evellyn kesal. "Kenapa gak menolak." Arkan mendekatkan kepala mencium lagi ceruk leher istri yang penuh dengan tanda merah. Evllyn kembali menegang. "Aku gak tahan juga, kalo kamu udah mulai. Udah Mas, di lanjut di dalem aja." Evellyn mendorong tubuh sixpack Arkan. Evellyn mengikat rambut asal, menyampirkan hijab yang berantakan. "Cd ku mana? Evellyn mencari benda pembungkus aset berharganya. "Ya ampun celana kamu kotor begitu." Evellyn terlihat gelisah, ini kali pertama dia melakukan di dalam mobil. "Pak Sobri tadi pasti denger, Mas," ucap Evellyn. Arkan menarik dagu Evellyn, melumat kembali bibir yang sejak tadi tak berhenti bicara. Tangannya meraba benda kesukaan. "Udah Mas, Ntar aja!!" Evellyn mencubit lengan lelaki tampan ini. "Gak usah resah seperti itu, besok juga ketemu pakaian dalem kamu," ucap Arkan enteng, dia membuka pintu. "Mas benerin dulu
Bab 134Ibu malu mau ngomong, ayah kamu bener-bener, Nak. Kemarin ibu dapet ini." Amelia menyerahkan amplop coklat. Walau kaget setelah melihat isinya, tetapi Arkan dapat mengendalikan keterkejutan. Kasusnya hampir sama dengan kasus yang dia alami dulu. "Ayah mengaku?" tanya Arkan. "Nggak...." Amelia menggeleng. "Ayah kamu gak ngaku, sampai akhirnya ibu ke sini, gak sudi ibu liat ayah kamu," ujar Amelia dengan mimik kesal. "Sekarang tenangkan diri Ibu, nanti aku cari tau informasi ini, karna jaman sekarang banyak foto-foto yang hanya jebakan," ucap Arkan, pelan. "Maksudnya," tanya Amelia menatap putra semata wayang. "Sekarang banyak foto-foto editan. Nanti aku cari tau, nanti sore aku sama Evellyn mau terbang ke Singapore, Ibu ikut ya," ajak Arkan. "Nggak, kalian saja, ibu di rumah saja," ucap Amelia. "Ya sudah sekarang makan dulu, jangan sampai sakit, Bu." Evellyn mengambilkan nasi ke dalam piring Arkan juga Amelia. Setelah makan lelaki tampan ini masuk ke dalam kamar
Bab 135Sesaat Ervan terkejut melihat foto-foto di dalam amplop. "Nyonya besar tau?" tanya Ervan. "Semalam Ibu datang, tanpa Ayah. Kira-kira itu nyata atau hanya jebakan?" tanya Arkan. "Aku tak yakin, Bos. Kita serahkan pada ahlinya. Tuan besar sudah kau tanya?" tanya Ervan, masih memperhatikan foto dengan seksama. "Belum, belum sempat. Aku juga tak tau sekarang Ayah di mana," ujar Arkan. "Siang aku urus Bos. Habis 'kan kopinya Bos, sudah waktunya meeting dengan para kolega. Kau sudah siap dengan proposal baru?" tanya Ervan. Arkan mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju ruang rapat. Tempat semua usaha dibicarakan. Sinta mengikuti di belakang, bukan tanpa sebab hari ini dia berpenampilan memukau, bahkan cenderung memikat. Pagi ini dia juga ikut mendampingi rapat para kolega bisni. Sinta berharap dia bisa mendapatkan salah satu pebisnis, sehingga bisa memperbaiki taraf hidup menjadi lebih baik. Setelah seharian beraktifitas mereka menuju Bandara. Selama pengecekan Ar
Bab 136."Cepat ambil pakaianmu dan lekas pergi!!!" kembali Aryanti berteriak. "Bima kembali ke dalam kamar mengambil pakaian dan segera pergi dari rumah itu. Dengan cepat Aryanti mengunci pager, pintu dan semua jendela, Netranya terus mengeluarkan bulir-bulir bening. Setelah itu dia duduk di depan televisi. Tak lama ponselnya berdering, "Ar aku ada di depan pagar. Tolong buka," suara Ervan menyeruak, membuat Aryanti bahagia bukan kepalang. Belum pernah Aryanti sebahagia ini mendapati Ervan. Tergagap Aryanti menjawab iya, tergasa ia merapikan penampilan merapikan kamar yang berantakan. "Kok lama?" tanya Ervan. "Mas gak jadi terbang?" tanya balik Aryanti. "Cuaca gak bagus, gak bisa memaksakan penerbangan, aku khawatir banget sama kamu, sejak sore, jadi aku memutuskan pulang, kamu gak apa-apa di rumah?" tanya Ervan ketika keluar dari dalam mobil. Dari jarak jauh seorang lelaki bernafas lega, tak menyangka suami Aryanti membatalkan penerbang, seandainya tadi Aryanti tak bisa
Bab 137"Siapa itu?" teriak Aryanti keluar dari dalam kamar mandi berbalut handuk, melongok keluar kamar. Pandangan tak menjangkau jauh karna gelap, kembali Aryanti menutup pintu kamar. Dia ambil pakaian rumah. Mengambil mukena pemberian Ervan. Mencium mukena dan memakainya, "Mulai sekarang aku akan menuruti semua mau kamu, Mas," ujar Aryati berbicara sendiri. Beberapa kali dia melakukan ibadah tetapi karna paksaan dari Ervan, katanya dia bakalan masuk neraka jika istri take melakukan ibadah. "Aku juga mau masuk surga bareng kamu, Mas," ucap Aryanti lagi. Dia melakukan sholat taubat dua rakat, berlanjut dengan solat subuh, Aryanti berjanji mulai sekarang dia akan lebih banyak memperdalam agama islam. Setelah kumandang subuh, suasana hening, samar-samar Aryanti seperti mendengar orang berjalan di luar kamar. Ingin dia segera melihat tetapi diurungkan karna terdengar Sayup-sayup adzan subuh, Aryanti melakukan solat dua rakaat sebelum subuh dilanjut sholat subuh. Setelah melaku
Bab 1 : pertemuan. “Ada apa ini!!” Evellyn terburu turun dari mobilnya, menghampiri beberapa orang berbadan besar yang terlihat sangar sedang mengintimidasi ibunya di depan pintu rumah. Para pria berbadan besar dan berkulit hitam menoleh ke sumber suara. “Kami mencari keberadaan Pak Dani Sudrajat. Kami sudah mencari di kantornya, tapi nggak ketemu.”“Ayah saya sedang keluar kota, kalau beliau pulang, nanti saya sampaikan kalau kalian mencari, semua kewajiban akan kami selesaikan dengan segera,” ucap Evellyn tegas pada deptcolector. “Pak Dani Sudah menunggak kewajiban beberapa bulan, kalau nggak segera diselesaikan, segala agunan akan kami sita. Bahkan rumah ini pun sudah menjadi agunan. Kalian bersiaplah untuk segera mengosongkan rumah,” seru deptcolector berbicara dengan nada ketus tak ramah. Tanpa menunggu jawaban dari Evellyn, beberapa pria berperawakan seram itu meninggalkan kediamannya.“Apa yang terjadi Eve? Kenapa dengan perusahaan Ayah?” tanya Ibu meminta penjelasan kepad