Hiraya bersumpah tidak akan memiliki hubungan personal dengan siapapun di dunia entertainment. Akan tetapi takdir membuatnya menjilat ludah sendiri, dan menjalani pernikahan kontrak dengan Ernest, artis yang terkena skandal. Saat benih cinta muncul di hati keduanya, Hiraya justru menemukan fakta keterlibatan Ernest dalam kecelakaan hebat keluarganya. Saat semua bukti-bukti mengarah pada Ernest dan kontrak pernikahan hampir habis, akankah Hiraya mempertahankan pernikahannya dengan Ernest? Follow us in Instagram: @shofhunter
View More"Katakan saja yang sebenarnya dan akui kesalahanmu, maka semuanya akan berakhir dengan mudah!" Ernest makin menekan Leon agar dia terpojok dan mengakui kesalahannya. Ernest yakin kalau Leon lah pria yang tadi dia lihat, entah dengan siapa lagi dia bekerjasama. Di kepala Ernest hanya ada pemikiran bahwa dia harus memberi pelajaran yang akan Leon ingat seumur hidup. "Dasar bodoh! Kamu telah salah menuduh orang. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan Ernest," kilah Leon lagi. Dengan santainya dia justru meminum kopi yang telah dia pesan. Tanpa banyak basa-basi, Ernest menampik cangkir kopi tersebut hingga jatuh ke lantai. Leon langsung berdiri ketika kopi yang seharusnya dia minum justru membasahi baju hangat nan mahal miliknya, wajah tidak suka langsung dia tampilkan.Tatapan permusuhan dia tunjukkan pada Ernest yang tersenyum miring. "Jangan kurang ajar padaku Ernest!" Leon mencengkeram kerah kemeja Ernest kuat-kuat. Dia melampiaskan kekesalannya pada pria yang telah merampas c
Ernest hendak berdiri, dia juga sudah melepaskan tangannya yang semula membekap mulut Hiraya. Gadis itu sudah merasa lega, sebab sejak tadi dia engap tak terkira dan kesusahan bernafas. "Jangan," lirih Hiraya yang tahu apa niat Ernest. Tangan putih gadis itu menghentikan ancang-ancang Ernest yang hendak berdiri dan lekas pergi. Hiraya tahu apa yang Ernest pikirkan sekarang, pria itu sudah di penuhi kabut amarah. Matanya mengkilat tajam, dengan rahang yang sudah mengeras sejak keduanya pergi dari hotel. "Kenapa?" Ernest mengerutkan keningnya, dia malah fokus pada Hiraya. Padahal niat awalnya tadi adalah ingin memberi pelajaran pada pria kurang ajar yang sudah berani mengusik kehidupan tenangnya. Sekaligus partner Naomi berbuat hal buruk pada mereka. Hiraya menggeleng dan menahan lengan Ernest, dia tidak mau suaminya bertindak gegabah. Apalagi mereka tengah berada di negara orang, mana mungkin Hiraya membiarkan Ernest berbuat kriminal. "Jangan ceroboh Ernest, kita tidak perlu meng
Naomi lalu melangkah pergi dari taman belakang hotel sembari menutup sambungan telepon. Dari balik tempat persembunyiannya, Ernest mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia benar-benar marah sekarang dan ingin sekali rasanya memberi Naomi pelajaran. Begitu Naomi pergi, Ernest lekas berjalan dengan terburu-buru mendekati Hiraya yang tengah berdiri memindai sekeliling. "Eh Ernest!" Hiraya tampak terkejut dengan cekalan di tangan yang tiba-tiba. Apalagi wajah Ernest tampak lebih serius, dengan rahang yang mengeras dan matanya mengkilat penuh amarah. "Ka-kamu kenapa?" Tanya Hiraya, kali ini dengan nada yang tak lagi dingin seperti biasanya. Mendadak gadis itu panik berhadapan dengan sisi Ernest yang seperti ini. "Ada yang harus segera kita bereskan," balasnya dengan cepat dan menarik tangan Hiraya agar keluar dari area hotel. Pria itu juga mengendari mobil sendiri, menyerahkan masker hitam dan juga topi yang cukup untuk menutupi sebagian wajah kepada Hiraya. Hal itu juga dia lakukan, me
"Sampai apa?" Kejar Ernest yang sudah sangat penasaran. Hiraya malah bangkit dari duduknya, dia berjalan keluar dari kamarnya dan menggedor-gedor pintu kamar hotel di sebelahnya. Itu adalah kamar Lee Hyun, seharusnya pria itu sudah kembali sekarang. Ernest ikut keluar, dia melihat Hiraya tengah kalut. Pikirannya pasti kosong, tiba-tiba saja dia pergi ke kamar Lee Hyun padahal dia tahu pria itu pergi entah ke mana sejak Fashion Week berakhir tadi. "Hiraya tenang, Lee Hyun keluar kan?" Ernest menghentikan tangan Hiraya yang terus memukul daun pintu. Gadis itu menolehkan kepalanya, matanya sudah mengerjap menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Eh hei jangan menangis," lirih Ernest dan membawa gadis itu ke pelukan. Tangan Ernest mengusap pelan punggung Hiraya, dagunya bertumpu pada puncak kepala Hiraya dan mengecupnya pelan. Memberikan kenyamanan sekaligus rasa aman pada Hiraya. Entah bagaimana tapi Hiraya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja hanya karena pelukan
"Entahlah, aku tak bisa mengatakan itu. Yang jelas aku curiga padanya setelah apa yang aku lihat tadi," jawab Yoshi dengan tenang."Memangnya apa yang Nona lihat?" Seok Hyeon bertanya cepat. Yoshi menggeser duduknya, dia dan Seok Hyeon kini saling berhadapan. Seperti dua orang sahabat yang asik rumpi!"Tadi aku sebenarnya melihat Lee Hyun berjalan buru-buru sekali, jadi aku berbohong padamu soal pergi ke toilet. Aku mengikutinya karena curiga," terang Yoshi yang membuat Seok Hyeon menegakkan tubuhnya."Lalu?" Tanya Pria itu makin penasaran. "Rupanya Lee Hyun bertemu dengan seorang pria misterius, aku tak tahu siapa yang dia temui. Tapi yang jelas dia bukan orang negara ini, dilihat dari perawakannya dan juga samar-samar bahasa yang mereka gunakan. Kesimpulannya, Lee Hyun bertemu dengan seseorang dari Korea Selatan di Paris entah untuk tujuan apa!" Yoshi berkata sangat serius. Keduanya terlalu fokus sampai tak sadar kalau mobil yang keduanya kendarai sudah sampai di basement hotel.
Hiraya celingukan, dia menoleh ke sekeliling mencari keberadaan Lee Hyun. Sejak fashion week selesai, pria itu mendadak menghilang begitu saja. Padahal di situasi saat ini, seorang asisten pribadi tak boleh asal pergi begitu saja. "Kalau begitu baik, aku mungkin akan berkunjung ke Korea Selatan. Berlibur di sana seperti yang kau sarankan," ucap Fou bersemangat. Ernest dan Fou memang asik mengobrol sejak tadi. Sementara Hiraya yang kehilangan keberadaan Lee Hyun. Setelah selesai, Fou langsung pamit pergi. Dia sudah di beritahu asistennya untuk segera beranjak dari Carrousel Du Louvre. "Ada apa Hiraya, kau kehilangan sesuatu?" Tanya Ernest ketika mereka tinggal berdua. Di jarak sekitar lima meter, ada beberapa bodyguard Ernest yang berjaga. "Aku kehilangan Lee Hyun, ke mana pria itu?" Tanya Hiraya yang masih memperhatikan sekeliling. Mencari keberadaan pria sipit itu. "Biarkan saja, nanti kita hubungi dia di mobil. Sekarang pergi dari sini dulu," balas Ernest sambil mengapit tang
Ernest mengusap wajahnya kasar, dia beberapa kali memercikkan air ke wajahnya agar merasa lebih baik. Dia juga sudah tak berkeringat dingin lagi. Obat yang dia minum benar-benar sudah bereaksi. Kemudian dia keluar dari kamar mandi untuk menghampiri Hiraya. Kening gadis itu tengah berkerut ketika Ernest datang. "Hiraya," panggilnya. Hiraya masih fokus dengan layar ponselnya, panggilan dari Ernest saja tak dihiraukan sama sekali. Lalu Ernest memegang pundak gadis itu, hingga si empunya menoleh. "Eh Ernest!" Hiraya terkejut, dia segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku blazer yang dia kenakan."Ada apa, kenapa kau sangat fokus begitu tadi?" Tanya Ernest penasaran. "Ah tidak! Aku hanya membaca beberapa komentar netizen saja. Semuanya juga memuji mu Ernest, kau sudah melakukan yang terbaik!" Hiraya tersenyum lebar saat mengatakannya. Dia juga berkata jujur, hanya saja bagian yang menyebut mereka berdua adalah sweet couple tidak Hiraya katakan. Di video yang diunggah oleh sala
Hiraya masih tak mengerti kenapa Lee Hyun memberikan ide gila di saat seperti ini. Bagaimana bisa dia akan tampil di depan banyak orang sedangkan dia bukan siapa-siapa. Hiraya hanya seorang road manager, mana mungkin dia akan beriringan dengan Ernest di acara besar seperti ini?"Tidak! Aku tak akan merusak karir Ernest!" Tolak Hiraya dengan tegas, meski tangannya masih menggenggam kedua tangan Ernest yang bertumpu di lututnya. "Ck! Ayolah Nona, jika tidak maka karir Ernest akan lebih hancur lagi." Lee Hyun lagi-lagi memaksa."Tidak Lee Hyun, ku mohon mengertilah. Kau katakan saja pada sopir kalau Ernest masih perlu waktu sebelum keluar," balas Hiraya yang tak mau berdebat. "Tapi—""Hiraya ku mohon," lirih Ernest parau. Ucapan Ernest menghentikan sanggahan dari Lee Hyun yang belum rampung diucapkan. Hiraya sontak mendongak, menatap wajah Ernest dengan khawatir. "Memohon apa kau ini? Aku tetap tak akan pergi bersamamu, tapi Ernest seperti biasa aku dan Lee Hyun akan ada di sekitarm
Yoshi mendelik tajam, dia lekas memukul kepala Seok Hyeon dengan garpu yang ada di tangannya. Tak!"Aduh!" Pekik Seok Hyeon yang langsung memegangi kepalanya sendiri. Dia tak menyangka pukulan ringan dari Yoshi bisa sesakit itu!"Yang benar saja kalau bicara! Mana ada aku iri pada mereka hah!" Dengan Yoshi dengan tatapan yang tajam. Di saat yang sama Hiraya dan Ernest tiba di meja mereka bertiga. Keduanya menatap bingung ke arah Yoshi dan Seok Hyeon yang tampak jelas sedang bertengkar. "Ada apa ini Yoshi? Kau bertengkar dengan Seok Hyeon, hei ini Paris. Bagaimana kalau ada Paparazi yang melihatnya?" Hiraya berusaha melerai keduanya yang masih terlibat perang dingin. Sementara Lee Hyun hanya menghela nafas panjang, di mana-mana dia hanya menjadi penonton keributan para artis dengan road managernya. "Aku tak peduli, dia dulu yang mulai!', Yoshi cemberut, dia dalam mode ngambek. Ernest malah tertawa kecil, lalu menarik kursi di sebelah Seok Hyeon dan duduk di sana. "Kalian selalu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.