Di sebuah bangunan mewah yang tak terawat dan dipenuhi beberapa barang rongsokan yang tak layak pakai. Disana, terlihat seorang pria yang mengenakan pakaian lengkap TNI AU. Pria itu bernama Diki Reandi adalah seorang anggota TNI AU internasional, memiliki sikap dingin dan irit bicara. Berkat, jiwa pantang menyerahnya untuk mendapatkan yang diinginkan ia harus berjuang mati-matian tanpa dukungan dari kedua orang tuanya. Diki berumur 28 tahun dan ia tinggal di apartemen sederhana tetapi ia cukup bersyukur untuk hidupnya yang dijalaninya.
Tap... Tap... Tap
Diki Reandi berjalan melewati lorong ruangan.
"Ketika aku masih kecil, aku pikir orang seperti apa aku ini tidak pantas dipilih dan dipercayai sepenuhnya untuk menjadi seorang TNI AU Internasional. Aku bukanlah berasal dari keluarga terpandang dan jangankan mendapatkan kasih sayang, aku tidak mengetahui siapa kedua orang tuaku?" kata Diki dalam hati.
Diki berdiri di hadapan sebuah mayat yang tertutupi oleh bungkusan kain.
Hahaha...
Mayat di sebelahnya bergerak. Diki menoleh ke arah mayat itu dan ia mengambil pistol yang berada di saku celananya.
Dor! Dor! Dor!
Tembakannya tepat mengenai sasaran.
"Aku tidak pernah berpikir hidupku seperti ini!" ucap Diki menatap fokus ke arah mayat yang ditembaknya.
***
Sebuah helikopter berjalan menelusuri awan malam yang gelap gulita.Disana, terlihat seorang pria sedang mengisi peluru pistolnya, ia menyiapkan berbagai keperluan untuk siap berperang.
"Jadi kamu Criss Ricardo, ahli dalam mayat hidup. Kau adalah pahlawan besar yang mungkin banyak membunuh," ucap Daniel.
Criss menoleh ke arah Daniel yang sedang duduk di sebelahnya. "Iya, Apakah kamu mempunyai seorang teman?" tanya Criss.
"Aku memiliki teman," jawab Daniel.
"Kamu memiliki keluarga?" tanya Criss.
"Iya, aku mempunyai seorang istri, kedua orang tua dan seorang adik," ucap Daniel.
"Kau tahu, ada perusahaan yang menciptakan sebuah virus, yang dapat mengubah manusia menjadi senjata biologis. Orang-orang seperti kau dan aku, temanmu, keluargamu. Suatu hari kamu dapat memilih untuk membunuh mereka atau kau dibunuh oleh mereka," jelas Criss.
'Dan itu tidak terdengar sangat heroik, bukan?" tanya Criss.
Daniel terdiam setelah mendengarkan semua penjelasannya. Ia berpikir sejenak semua ucapan dari Criss.
"Maaf," ucap Daniel dan dibalas anggukan oleh Criss.
"Kita telah mendekati target, jadi marilah kita pergi melalui semua persiapan kita, sehingga tidak ada kesalahan fatal," ucap Raka selaku panglima TNI AU.
"Tujuan kita adalah Kenzo Albert, ia ingin melakukan penyelundupan senjata internasional. Aku hanya memiliki senjata biasa," jelas Raka membuka aplikasi pendeteksi dari ponselnya.
"Ini adalah Kenzo Albert, ia melakukan bisnis, dimanapun ada konflik besar, ia memiliki senjata biologis yang mematikan," ucap Raka di hadapan semua rekan kerjanya.
Kini helikopter yang mereka tumpangi, telah mendarat di depan mension mewah tetapi sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
Para TNI AU turun dari helikopter dan mengarahkan senjatanya di hadapan mension untuk berjaga-jaga mengamati keadaan disana.
Mereka berjalan mendekati mension "periksa komunikasi," ucap Criss melalui headset ponselnya.
"Tidak ada gerakan di luar sana dan bagikan menjadi 3 tim untuk masuk ke dalam sana," perintah Raka.
Mereka berlari ke arah pintu depan mension dan ia menyentuh pintu secara pelan-pelan.
"Ayo", ucap Criss mendobrak pintu di hadapannya.
Mereka berjalan masuk dan menelusuri setiap ruangan mension.
Criss menaiki anak tangga mension dan Ari membuka sebuah pintu kamar. Ternyata, disana merupakan ruang makan.
Criss berjalan masuk ke dalam kamar tidur. Disana, terlihat gelap dan hanya menyisakan sebuah penerangan dari pistolnya. Ia mengarahkan pistol ke semua tempat kamar.
Hari ini, telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari,mereka terus melakukan aksinya.
Redi yang telah memasuki kamar tidur dan diikuti oleh dua rekan kerjanya. Ia menarik selimut di atas tempat tidur, disana hanyalah terlihat sebuah mobil remote mainan, ia mengambil mobil itu dan ternyata mobil itu bergerak. Mobil itu terus bergerak, ia mencari keberadaan seseorang yang sedang mengendalikan mobil remote itu.
Disana, terlihat sebuah anak kecil bersembunyi di belakang meja. Ia berjalan menunduk menuju mereka.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Redi seraya menatap seorang anak laki-laki yang bajunya dipenuhi oleh darah segar.
Ia mengangkat kepalanya dan menatap mereka. Ia langsung menyerang ketiga TNi itu tanpa ampun.
Dor! Dor!
Ternyata tembakannya tidak mengenai sasaran dan mereka terkena gigitan virus mematikan.
Criss yang mendengar semua suara tembakan itu, ia langsung memberikan aba-aba untuk pindah. Mereka berlari menuju tempat sumber suara itu.
Criss dan dua rekan kerjanya, masuk ke dalam kamar itu dan Angga mengambil mobil remote menuju tempat tidurnya. Ia terjatuh dan langsung ditarik masuk ke bawah tempat tidur.
Criss yang melihat Angga yang masuk ke dalam bawah tempat tidur langsung berjongkok dan mengarahkan pistol itu ke bawah tempat tidur.
Disana, ia melihat ada 2 mayat hidup yang sedang memangsa temannya. ia langsung menembak mereka tanpa ampun dan ia memposisikan diri untuk berdiri.
Criss menoleh ke arah belakang dan ternyata Bayu terkena gigitan oleh anak laki-laki. Ia melihat ada dua rekan kerja menjadi mayat hidup dan ia langsung mengarahkan tembakan menuju mereka.
Untunglah, ternyata Bayu terlepas dari gigitan dari anak kecil itu.
Mereka menatap anak kecil itu yang berdiri di hadapannya, "Tembak aku!" ucapnya.
segerombolan mayat hidup keluar dari tempat dan siap menyerang mereka, "Pindah!" perintah Criss.
Criss melempari bom tepat mengenai sasaran dan ia menutup cepat pintu kamarnya.
Dia melihat Bayu menahan rasa sakit di lengannya, ia siap mengarahkan pistol di hadapannya.
Dor! Dor! Dor!
***
Di sebuah ruang meja makan, terlihat 3 TNI AU berjalan menyelusuri ruangan tersebut.
Tiba-tiba, kaki Zack ditarik dari bawah dan ternyata ada seorang wanita merayap dan berhasil menarik kakinya. Ia spontan ikut terjatuh dan ikut tertarik.
Daren memberikan tembakan ke arah wanita itu dan ternyata ia tidak terkena tembakan.
2 rekan kerja lainnya berjalan menuju lokasi kejadian, ia melihat rekan kerjanya tewas mengenaskan di atas lantai. Ia mengarahkan tembakan menuju wanita yang tubuhnya tidak lengkap dan mereka berlari menuju sebuah ruangan. Ternyata, ruangan itu sudah disusun rapi oleh benang tajam dan mereka menghentikan langkah kakinya. Mereka menoleh dan merasakan ada sesuatu yang terlepas dari mereka. Kepalanya terlepas dari tubuhnya.dan tubuhnya terjatuh ditempat.
Disana, terlihat seorang pria sedang menatap tersenyum ke arah mereka.
Tetesan aliran darah segar membasahi lantai putih itu menjadi warna merah darah.
Pria itu berjalan keluar dari depan pintu.
Criss yang berlari ke lantai bawah menuju anak tangga. Ia melihat segerombolan warga telah menjadi mayat hidup. Ia menembaki warga yang berjalan mendekatinya dan ia berlari menuju lorong ruangan dan akhirnya ia melompati diri dari jendela kaca dan telat mendarat di belakang mension.
Criss mengisi peluru di pistolnya dan ia mengarahkan pistol itu menuju ke depan dan ternyata pistolnya ditahan oleh tangan seorang pria yang berdiri di sebelahnya.
Pria itu adalah Kenzo Albert yang menjadi sasaran utamanya dalam memecahkan persamaan itu.
Kenzo menatap intens ke arah Criss.
"Kenzo," ucap Criss dan ia langsung melayangkan pistol di hadapannya dan berhasil di tahan lagi oleh Kenzo. Terjadilah baku hantam, dengan lihaynya Kenzo mengalahkan Criss.
"Kenzo," ucap Criss dan ia langsung melayangkan pistol di hadapannya dan berhasil di tahan lagi oleh Kenzo. Terjadilah baku hantam, dengan lihaynya Kenzo mengalahkan Criss. Criss menghindari pukulan dari Kenzo, ternyata dewa fortuna tidak berpihak padanya. Pistol Criss berhasil diambil alih oleh Kenzo dan Kenzo langsung mendorong tubuh Criss hingga terjatuh. Dor! Dor! Dor! Kenzo menembaki tubuh Criss, Criss menahan rasa sakit di tubuhnya. "Terima kasih kepadamu, sekarang aku bisa pindah bisnis," ucap Kenzo berdiri membelakangi Kenzo yang terbaring lemah. Criss berusaha bangun tetapi ia menahan rasa sakit di tubuhnya. "Kau bajingan!" sahut Criss. "Ayolah, aku pengusaha. aku menawarkan produk yang baik kepada siapapun yang ingin membelinya. Harganya pun terjangkau dan sebagai contohnya. Inilah temuan terbaruku," jelas Kenzo
Damian berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Disana, suasana terlihat sepi dikarenakan hanya dokter spesialis yang boleh memasuki ruangan itu. Saat Damian berjalan, ia melihat sebuah pembuka aliran kotoran ruangan. Ia menghentikan langkah kakinya dan menatap fokus ke arah itu. Tap! Tap! Tap! Seorang wanita cantik berambut pendek berjalan menuju Nick dan ia menarik kepala Damian hingga terjatuh. Sementara di sebuah ruangan Laboratorium, Jesika sedang menatap layar besar pada komputer. Komplit 100% Selesai. Jesika menoleh ke arah belakang, ia merasakan sesuatu yang aneh. Jesika berdiri dari duduknya dan menatap layar komputer yang berada di belakangnya. Protokol Vaksin Lengkap! Dua jarum unit penyuntikan siap digunakan Setelah membaca isi layar komputer, Jesika ter
Jesika berjalan menuju laptopnya dan membuka kembali petunjuk peta yang dibukanya tadi. "Apakah itu data dari laboratorium?" tanya Criss yang berdiri di sebelah Jesika. "Iya, sekarang kita tahu substansi uji vaksin. Kita harus segera mengirimkan ke laboratorium lain. Semakin cepat vaksin itu di produksi secara massal, semakin banyak hidup yang kita selamatkan." jelas Jesika panjang lebar di depan Criss. "Iya, mungkin begitulah," ucap Criss singkat seraya menundukkan diri di atas kasur Jesika. Jesika duduk di atas kursi yang berhadapan dengan Criss. Ia menyimpangkan kedua tangannya di dadanya. "Ada alasan, kenapa kamu datang kesini? Kau pasti sedang mencari seseorang," imbuh Jesika. "Iya, seorang pria bernama Kenzo Albert," balas Criss singkat. "Siapa dia?" tanya Jesika. "Dia mengambil alih semua perusahaan beserta toko yang berada di kota
Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong. "Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya. Bip! Bip! Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya. "Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya. Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian. "Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat. "Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus. "Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel. "Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa. "Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss. "Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek. "Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang. "Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus. "H
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun