Stefan langsung menarik wajah tampannya ke belakang, sepasang bola mata hitamnya menatap Olivia dengan hati-hati.“Pak Stefan.”Olivia tiba-tiba bertanya, “Apa aku boleh mencium kamu sebentar?”Stefan : “….”Apa perempuan ini tidak bisa merasa malu sedikit.Bisa-bisanya dia menanyakan hal ini kepada seorang pria.“Pak Stefan kalau tertawa sangat manis, membuat hatiku gatal melihatnya dan ingin mencium Pak Stefan.”Stefan langsung mengerutkan wajahnya, “Oliv, di mana wajahmu?”“Wajahku ada di sini, kok.”Olivia tertawa sambil menepuk-nepuk wajahnya sendiri. “Kita berdua, kan suami istri. Makanya aku baru mengatakan hal seperti ini. Apalagi kita adalah suami istri yang legal, sekalipun aku mencium kamu, ini adalah hal yang wajar.”Stefan langsung mundur beberapa langkah mendengar hal ini. Gerakan yang tiba-tiba dari pria itu, membuat Olivia tertawa terbahak-bahak.Stefan merasa sedikit malu dan juga kesal.Pria itu melakukan gerakannya yang tiba-tiba ini, semua juga berkat perempuan itu.
“Kamu nggak usah mengembalikan uang pembelian mobil itu kepadaku.”Stefan tiba-tiba mengganti topik pembicaraan mereka ke masalah pembelian mobil.Olivia tidak mengetahui akun bank milik pria itu, sehingga perempuan itu hanya bisa mengirimkan sejumlah uang ke rekening OVO miliknya setiap hari.Namun Stefan sama sekali tidak menerimanya.Hari pertama Olivia mengirimkan uang sebesar 100 juta ke rekening pria itu, sekarang sudah kembali lagi ke dalam rekeningnya sendiri.“Aku membelikan mobil untukmu juga demi diriku sendiri. Pekerjaanku setiap hari sangat sibuk, terkadang memerlukan bantuan istriku untuk menyambut tamu. Kalau orang lain tahu bahwa istriku sendiri masih menggunakan motor listrik yang sering mati di tengah jalan, mau taruh di mana wajahku ini?”Stefan khusus membelikan mobil untuk perempuan itu, murni demi kepentingannya sendiri.“Oh, jadi itu bukan hadiah permintaan maaf?” Olivia kembali bertanya.Stefan, “….”“Bisa banyak artinya juga …,” ucap Stefan setengah mengambang.
Stefan hanya berdiri sambil bersandar di pintu balkon tanpa memanggil perempuan itu. Pria itu hanya diam-diam menatap Olivia selama satu menit, kemudian membalikkan badan dan pergi.Sebelum keluar, pria itu mengambil kotak makan yang sudah disiapkan oleh istrinya sambil berpamitan kepada Olivia, “Aku berangkat ke kantor dulu.”“Emm, pelan-pelan nyetirnya,” jawab Olivia.Stefan menutup pintu rumahnya dan turun ke bawah sambil membawa dua buah kotak makan itu.Para pengawalnya, semua sedang menunggu pria itu di bawah. Ada yang berdiri, jongkok, juga duduk di samping tanaman.Begitu melihat atasan mereka turun, para pengawal itu langsung berdiri dengan cekatan. Namun, ketika tatapan mereka terarah ke kotak makan di tangan Stefan, mereka hanya berdiri membeku tanpa ada satu orang pun yang berani mendekatinya.Stefan, “….”Dia hanya membawa dua buah kotak makan, sekarang mereka sudah langsung tidak dapat mengenalinya?“Pak Stefan.”Untungnya Dimas masih bereaksi dengan cepat. Pria itu langs
Stefan meletakkan kedua kotak makanan itu di atas meja adiknya dan berkata, “Olivia tahu kalau kita kerja di kantor yang sama, jadi dia buatin sarapan lebih banyak biar aku bisa bagi ke kamu. Jangan jajan di luar terus, kotor.”“Dulu Kakak juga selalu makan di luar.”Meski Stefan makan di hotelnya sendiri, tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa dia memang makan di luar.Calvin meletakkan gelas berisi kopi yang dia pegang dan tak sabar untuk mengambil kotak makanan tersebut. “Sabtu lalu aku sudah cobain masakannya Kak Olivia. Rasa makanannya kayak masih nempel di lidahku selama berhari-hari. Wah … makanannya beragam banget, tampilannya juga oke. Pasti enak, nih.”Calvin langsung memberikan pujian kepada hasil buatan tangan kakak iparnya seketika dia membuka kotak makanan tersebut. Tak hanya peletakannya yang indah bagaikan karya seni, tapi rasa dari makanannya juga tentu tidak kalah nikmat.Tak heran nenek mereka begitu menyukai Olivia dan bersikeras agar kakak mereka menikahinya. Di
Sementara itu, Olivia sama sekali tidak menyadari kalau suaminya cemburu. Dia kembali ke tokonya dan mulai membuat kerajinan tangan lainnya.“Liv, beberapa hari terakhir kenapa kamu selalu bikin bunga terus? Memangnya selaku itu?” tanya Junia ketika dia melihat Olivia lagi-lagi membuat barang yang sama.Olivia yang kebetulan baru saja selesai membuat karyanya beristirahat sejenak, lalu dia tersenyum dan menjawab pertanyaan temannya, “Toko online-ku lagi ramai banget akhir-akhir ini. Yang pesan pohon ini terlalu banyak.”“Apa mungkin mereka tergerak buat beli karena kasihan sama kamu dan Kak Odelina?”“Kayaknya bukan karena itu. Cuma nomor telepon dan foto waktu aku masih kecil yang tersebar, tapi mereka nggak tahu apa-apa lagi selain itu. Postingannya juga sudah dihapus, bahkan postingan yang diunggah sama akun-akun verified juga sudah dihapus.”Bisa jadi mereka menghapus postingan itu karena takut terlibat keributan dengan keluarga Hermanus.“Untung ada gosip soal Stefan yang mengalih
Olivia langsung menghentikan obrolan dan aktivitasnya dan langsung keluar dari meja kasir ketika melihat kakaknya datang membawa Russel. Junia sudah bergerak lebih cepat menggendong dan mencium Russel, membuatnya tertawa riang.“Ada apa Kakak kemari?” tanya Olivia.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Di jam seperti ini seharusnya Odelina sedang di rumah menyiapkan makan siang. Suaminya pasti akan mengeluh jika tidak ada makanan di meja ketika dia pulang kerja.“Aku bosan di rumah, Russel juga rewel minta diajak kemari,” kata Odelna, lalu dia melepas kacamata hitamnya dan menyeka keringat, “Sudah bulan November masih panas begini.”Musim gugur dan musim panas id Mambera memiliki suhu yang kurang lebih sama, bahkan musim dingin pun tidak terasa dingin. Udara di pagi dan malam hari cukup sejuk, tapi matahari berada di puncak tertinggi di siang hari, dan panasnya itu membuat sekujur tubuh berkeringat.“Sudah jam segini, Kakak nggak masa?”“Aku sudah ngasih makan Russel sebelum datang ke
“Aku kesal banget gara-gara patungan, jadi hadiah yang Olivia dan Stefan beliin waktu itu langsung aku bawa ke kamar.”Odelina duduk di kursi sementara Olivia masuk ke dapur dan mengeluarkan beberapa buah dari kulkas dan menyajikannya pada sang kakak setelah dicuci. Junia juga menyajikan segelas air hangat untuk Odelina.Odelina tidak takut aib rumah tangganya tersebar ke khalayak ramai. Tujuan dari kedatangannya hari ini adalah untuk mencurahkan isi hatinya kepada sang adik. Jika tidak mencari teman bicara untuk curhat, mungkin Odelina bisa depresi. Dia juga sudah kenal lama dengan Junia dan tahu Junia bisa dipercaya.“Waktu aku baru bangun beberapa hari yang lalu, mereka sudah diantar pulang sama Roni. Aku sih nggak peduli mereka mau pergi atau nggak, tapi masalahnya, mereka juga bawa pergi hadiah yang dikasih sama Olivia. Bahkan beberapa mainannya Russel juga dibawa pergi. Jelaslah aku marah. Roni masih bisa bilang biar kakaknya bawa pulang pula,” kata Odelina.“Memang kakaknya Roni
Olivia menyanggupi permintaan kakaknya dan mencium Russel sambil bertanya padanya, “Russel mau sekolah?”“Nggak mau,” jawabnya.Di usianya Russel sekarang ini, setiap anak pasti ingin dekat-dekat dengan ibunya.“Kakak sudah mikir mau masukkin Russel ke TK mana? Kalau sudah, weekend nanti kita bawa dia main ke sana saja biar lebih familier sama lingkungannya. Kalau dia suka, dia pasti bakal senang belajarnya,” usul Olivia.Di akhir pekan banyak taman kanak-kanak yang mempersilakan para orang tua membawa anak mereka melihat-lihat lingkungan sekolah.Odelina menyetujui saran Olivia dan kembali mengomel, “Masih ada satu lagi yang bikin aku marah setengah mati. Kakaknya si Roni pernah bilang kalau dia mau bawa anaknya sekolah di kota dan izin tinggal di rumahku. Dia minta aku yang antar jemput anaknya sekolah, masak, dan ngajarin mereka tugas sekolah. Dia pikir aku ini babysitter gratis? Roni mau kasih aku tiga juta sebagai upah. Masalahnya, buat apa aku susah-susah demi anak orang lain? Ro