Share

Bab 17 Tiada Akhir

Mata pria tiga puluh dua tahun tersebut memerah, semalam ia tidak dapat memejamkan matanya. Seluruh isi kepala mengajaknya untuk terjaga. Akibatnya rasa pusing terus meyerang, kepala terasa diremas-remas, Padahal ia hari ini masih harus kembali mejalani rutinitas seperti biasa.

Rasa penyesalan seolah terus menghantui hati dan pikirannya. Pramudita merasa bersalah telah berbicara demikian dengan sang istri. Ia sangat yakin bila ucapannya semakin membuat Linggar sakit hati. Padahal niat awalnya untuk meminta maaf, malah berakhir menambah masalah. Pramudita menyayangkan sikapnya yang tidak bisa kontrol emosi sendiri, harus meledak di waktu yang salah.

"Kenapa aku selalu terbawa emosi?" Pramudita mengacak-acak rambutnya. "Bila aku sedikit bersabar, pasti keadaan sekarang tidak akan seperti ini. Aku yakin sekali hubunganku dengan Linggar akan semakin membaik."

Langkah kakinya pergi ke kantor terasa sungguh berat, tidak seperti pagi sebelumnya. Ia merasa takut dan malu untuk bertemu dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status