Share

Bab3. Maukah kamu menjadi pacar pura-puraku?

Cahaya matahari menyusup masuk dari celah tirai jendela yang sedikit terbuka, membangunkan Liana dari alam mimpinya. Wanita itu membuka mata perlahan, merasakan kepala yang masih agak berat sembari meraba-raba sekeliling.

“Ini … apa ini?” Tangan Liana terasa menyentuh sesuatu yang aneh dan hangat, membuatnya perlahan menoleh ke samping dan menemukan kehadiran seorang pria yang masih tertidur tepat di sampingnya. Dengan tubuh bagian atas si pria yang tidak tertutup sehalai benang pun.

“Oh Tuhan!“ Liana terduduk dan spontan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Di menghela nafa lega saat melihat tubuhnya masih memakai pakaian lengkap.

“Syukurlah! Tapi apa yang sudah terjadi semalam?" Liana mencoba mengumpulkan ingatan tentang kejadian malam sebelumnya. Perlahan dia menyadari kalau semalam ia mabuk dan Pavel lah yang mengantarnya pulang, bersamaan dengan momen-momen lain yang mulai muncul dibenaknya seperti sebuah puzel.

“Tunggu, apa semalam aku menciumnya?“ Liana bertanya pada diri sendiri dengan kaget, tidak menyangka kalau dirinya bisa senakal itu ketika mabuk. Sekarang bagaimana dia harus menghadapi pria itu? Haruskah dia meminta maaf, atau dia pura-pura lupa saja.

“Baiklah Liana tenang! Itu hanya ketidak sengajaan saat kamu mabuk. Jadi tidak apa-apa, oke!“ Liana berusaha untuk menenangkan diri sendiri agar tidak terlalu khawatir. “Tapi, itu adalah ciuman pertamaku,” imbuhnya, mulai merasa frustasi.

“Saat mabuk, kamu benar-benar seperti seorang wanita nakal, Liana!“ Dia mengacak rambutnya kasar. Namun, dia harus tetap sadar kalau semua itu sudah terlanjur terjadi, sekarang yang harus dia pikirkan adalah apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Dengan hati-hati Liana menggeser tubuhnya, berusaha agar tidak membangunkan Pavel. Dia ingin keluar dari kamar sebentar untuk memikirkan semuanya.

Namun, setelah beberapa saat Liana berusaha bangkit, Pavel mulai membuka mata dan menatap si wanita dengan tatapan yang penuh tanda tanya. “Kamu sudah bangun?“ Pavel mendudukan diri.

Liana sedikit tersentak, mencoba tersenyum sebaik mungkin, “Iya, aku baru saja bangun. Maaf jika aku membangunkanmu. Oh iya! terima kasih banyak atas bantuannya, Pavel. Aku sungguh minta maaf kalau aku banyak merepotkanmu semalam.”

“Jadi kamu ingat dengan semua kelakuanmu?“ Pavel memicingkan matanya, memastikan apa wanita itu ingat dengan semuanya atau tidak.

Liana menggeleng pelan. “Entahlah, aku sendiri tidak terlalu yakin, karena yang ku ingat hanya kejadian samar. Eum, Pavel … kalau boleh tau memangnya apa saja yang sudah kulakukan semalam?“

Pavel merenggangkan bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya menghela nafas. "Yah, setelah aku meninggalkan kamar, kamu tiba-tiba bangun dan keluar dari kamar. Saat aku mencoba membawamu kembali ke dalam, kamu terus merengek dan memelukku, tapi—"

Liana memotong tak sabar. "Tapi? Apa yang terjadi setelah itu?“

Pavel memandang Liana dengan sedikit kesal, "Setelah itu, kamu memuntahkan isi perutmu di kemejaku. Dan saat aku ingin pergi untuk membersihkannya kamu menahanku dan tidak mau melepaskanku. Hingga akhirya, aku hanya bisa melepasnya di sini dan berakhir dengan tidur di tempat yang sama denganmu tanpa mengenakan baju."

Liana membulatkan mata, kedua telapak tangannya menutup mulutnya sendiri. “Maaf, Pavel, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud—"

“Sudahlah, aku tidak marah dengan itu. Aku mengerti, jadi lupakan saja,” ucap Pavel, seolah sedang menangkan Liana, namun dengan ekspresinya yang datar.

Liana begitu merasa menyesal. Kalau tau akan seperti itu, dia pasti tidak akan meminum minuman seperti semalam. Yang diingatnya dengan samar saja sudah cukup memalukan, sekarang di tambah dengan apa yang diceritakan Pavel, membuatnya semakin merasa malu. "Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tau kalau semalam bisa seburuk itu."

“Sudah ku bilang lupakan saja. Aku tidak akan mempermasalahkannya,” ucap Pavel dengan acuh tak acuh.

“Terima kasih, Pavel. Tapi, bisakah aku meminta pertolonganmu yang lain?“ tanya Liana.

Pavel memandang Liana dengan heran. “Apa?“

“Bisakah kamu menjadi pacar pura-puraku untuk sehari ini saja?“ Liana mengantupkan tangannya untuk memohon pada Pavel, berharap pria itu mau membantunya.

“Jadi kamu memintaku menjadi pacarmu semalam adalah untuk pacar pura-pura saja?“

Liana mengangguk dengan cepat. “Iya, begitu. Apa kamu mengira aku benar-benar memintamu untuk menjadi pacarku?“

“Tidak juga. Hanya tidak menyangka bahwa aku akan mendapatkan tawaran seperti ini, tapi kenapa kamu butuh pacar pura-pura?" tanya Pavel, penasaran dengan alasan dibalik permintaan Liana, karena dari semalam wanita itu terus saja mengatakannya.

Liana mengehela nafas, sebelum menjelaskan. “Karena orang tuaku ingin menikahkanku dengan pria pilihan mereka. Dan karena tidak mau, aku terpaksa mengatakan kalau aku sudah memiliki pacar.“

Pavel menggumam, "Apa yang salah dengan itu? Bukankah bagus?"

"Apanya yang bagus. Itu sama sekali tidak bagus, karena aku belum mau untuk menikah," ungkap Liana.

“Kalau belum siap untuk menikah, tinggal katakan saja pada mereka yang sejujurnya.“ Pavel berbicara dengan ekspresi datarnya.

“Itu sudah kulakakukan, tapi apa kamu tau apa yang terjadi setelah aku mengatakannnya?“

Pavel mengangkat kedua bahunya dengan acuh tak acuh. “Tidak.“

Liana menghembuskan nafas dalam, sebelum memberi penjelasan kepada pria tampan di sampingnya. “Mereka, justru semakin menginginkanku untuk segera menikah. Kata mereka, jika dibiarkan mungkin aku tidak akan pernah menikah dan itu membuat mereka khawatir dengan masa depanku.“

Mendengar penjelasan Liana, membuat sebelah sudut bibir Pavel sedikit terangkat, seperti ingin menertawakan tapi ditahannya. “Walau begitu, kamu tetap tidak bisa meminta sembarang pria yang baru kamu kenal untuk menjadi pacarmu.“

“Tapi, kamu bukanlah sembarang pria,” tutur Liana, dengan menatap serius Pavel. “Kamu memiliki nama yang sama dengan pria yang aku karang sebagai pacarku pagi tadi. Kamu adalah Pavel,” lanjutnya.

“Hah?“ Pavel memandang Liana dengan mata terkedip-kedip, berusaha mencerna informasi yang baru saja dituturkan Liana.

“Kebetulan sekali, nama pacar yang ku sebutkan kepada orang tuaku sama dengan namamu, yaitu Pavel.“

Pavel menatap Liana dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. "Jadi, kamu ingin menjadikanku bagian dari cerita palsumu hanya karena namaku?“

Liana mengangguk sambil menahan kepalanya yang semakin pusing. "Iya. Jadi apa kamu mau untuk menjadi pacar pura-puraku? Aku ingin meyakinkan orang tuaku untuk tidak menikahkanku.“

Pavel terdiam sejenak, seperti sedang memikirkannya lebih dulu. “Kenapa kamu membuat situasinya menjadi rumit? Padahal kamu bisa saja memilih untuk setuju menikah dengan pria pilihan orang tuamu dan ajaklah dia untuk menikah kontrak denganmu.“

“Hanya cara ini yang bisa aku pikirkan saat itu, lagi pula aku memang tidak memiliki niat untuk menikah walau hanya pernikahan kontrak saja,” ucap Liana, mengutarakan apa yang dipikirkannya. “Tolonglah, Pavel. Ini bukan hanya masalah pernikahan. Ini tentang kebebasanku, tentang hidupku. Aku butuh bantuanmu, jadilah pacar pura-puraku, ya?“

“Keuntungan apa yang akan aku dapatkan dari menjadi pacar pura-puramu?“

Dengan sorot mata penuh harap, Liana mencoba mencari kata yang tepat untuk meyakinkan si pira agar mau menjadi pacar pura-puranya. "Aku belum tau keuntungan apa yang akan kamu dapatkan, tapi aku berjanji akan mencari cara untuk membalas bantuanmu. Aku akan mengabulkan satu permintaan yang kamu inginkan, apapun itu akan aku usahakan. Aku hanya butuh bantuanmu untuk meyakinkan orang tuaku bahwa aku tidak perlu segera menikah."

Pavel tertawa garing mendengarnya, seperti sedang mengejek wanita yang berdiri dihadapannya itu. “Apa kamu yakin? Kita baru saja bertemu, kamu tidak tau siapa aku sebenarnya dan apa pekerjaanku. Tapi, kamu sudah menawarkan hal- hal seperti itu.“

Liana mengangguk dengan pasti. “Ya aku yakin.“

Memang benar bahwa Liana belum mengenal Pavel dengan baik, tapi situasinya saat ini tidak memungkinkan untuk mengenali siapapun dengan lebih baik bukan? Jadi dia harus tetap yakin dengan keputusannya, toh semua ini hanya sandiwara saja. Dan mungkin hanya akan berlangsung dihari ini, karena setelah dia bebas dari pernikahan yang diatur orang tuanya, semua akan selesai.

Liana pikir, tidak mengenal dengan detail siapa pria yang akan dia jadikan pacar pura-pura tidak akan menjadi masalah.

Sementara Pavel terlihat ragu. Dia menyipitkan mata, menatap Liana dengan seksama. “Setidaknya kamu harus tau nama lengkapku dan pekerjaanku, agar kamu bisa meyakinkan orang tuamu. Bukankah serharusnya begitu?“

Liana terdiam sejenak. “Benar juga apa yang kamu katakan,” gumamnya. “Jadi siapa nama panjangmu dan apa pekerjaanmu?“

“Pavel Romanov. Aku bekerja sebagai Customer Service di sebuah hotel di kota ini,” jelas Pavel, menatap Liana penuh selidik.

“Oh, cukup bagus juga namamu. Dan sepertinya aku sering mendengar nama itu, tapi aku tidak yakin di mana aku pernah mendengarnya,” ucap Liana, mencoba mengingat di mana dia pernah mendengar nama itu. Namun, dia tetap tidak bisa mengingatnya. "Ah entahlah!" Dia memilih untuk mengabaikannya.

Liana kemudian menatap Pavel dengan serius. "Kalau begitu, apa kamu setuju untuk menjadi pacar pura-puraku?“

“Apa kamu tidak masalah dengan pekerjaanku?“ Pavel belum ingin menjawab, dia masih ingin bertanya pada si wanita.

“Memangnya kenapa dengan pekerjaanmu?“ tanya Liana yang tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Pavel. Dia merasa tidak ada yang salah dengan pekerjaan yang disebutkan pria itu.

“Aku hanya seorang Customer Service, apa itu tidak apa-apa?“

“Tentu, tidak apa-apa dong. Orang tuaku tidak akan mempermasalahkan pekerjaan orang. Mereka menilai seseorang dari sikap dan perilakunya, bukan sekedar dari harta dan latar belakangnya saja. Apalagi jika mereka yakin bahwa kita saling mencintai, mereka tidak akan mungkin menolak,” tutur Liana.

"Lalu bagaimana denganmu? Kamu kan seorang pewaris dan anak tunggal, apa kamu tidak apa-apa dengan itu?"

Liana memicingkan matanya. "Dari mana kamu tau aku anak tunggal? Bukankah aku belum mengatakan tentang hal itu padamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status