Share

Tak Pernah Ada Kesempatan Kedua

“Jaga mulutmu!” Pekik Kemala. “Jangan melantur! Ingat batasmu!” Kemala pergi dari hadapan pria itu.

Namun ia gagal menghindar karena Herdian berhasil menarik lengannya. Sekarang keduanya saling berhimpit. Bahkan tangan kiri Herdian melingkar di pinggang ramping Kemala. Tatapannya yang liar seakan siap melucuti seluruh pakaian Kemala.

“Apakah kamu masih merasakan dadamu yang berdegup kencang karena seperti ini?” tuduh Herdian, ia semakin mengeratkan pegangannya hingga Kemala sulit bernapas.

“Tolong, jaga sikapmu. Aku tidak ingin ada pelanggan yang melihat kita seperti ini.” Kemala masih merasakan napasnya yang berkejaran.

“Baiklah, tapi aku akan tetap di sini sampai malam nanti.” Herdian masuk ke dalam dapur.

Padahal Kemala ingin sekali mengusirnya. Ia tidak ingin pria brengsek itu menyentuh putranya. Amarahnya tersulut, tapi terpaksa ia padamkan karena seorang pelanggan datang. Ia harus menghias wajahnya dengan senyuman ramah meskipun dadanya masih mendidih.

Melihat isi etalase
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status