“Jadi selama ini Ageng tahu tentang Rahma? Lalu mengapa dia tidak langsung memberitahukannya padaku?” Arum mengetatkan rahangnya merasa telah dibohongi dan dikhianati oleh adik kandungnya sendiri. Arum menatap Danu dengan mata penuh pertanyaan. “Mengapa Ageng harus menyembunyikan semuanya dariku? Aku berhak tahu sejak awal, bukan?”“Ageng ingin mencari bukti terlebih dahulu, dia tidak ingin gegabah dalam bertindak. Itu sebabnya dia mengirimku ke Kalimantan, agar bisa lebih leluasa dalam menyelidiki Rahma.”“Jadi dia sengaja mengirim kamu ke Kalimantan?” Bukannya tenang, tetapi hati Arum justru semakin memanas.“Ageng melakukan semua ini untukmu.” Danu mencoba memberi penjelasan kepada Arum, sekaligus meredam amarah yang sudah mulai tampak membumbung.“Dia tidak ingin menyakitimu, itu sebabnya dia mencari bukti terlebih dahulu sebelum menyampaikan semua ini padamu,” sambung Danu berusaha meyakinkan sang istri.“Aku rasa Ageng harus mendapat hukuman atas apa yang telah dia lakukan padak
Tidak ingin mengambil risiko yang bisa membahayakan keadaan istri dan calon anaknya, sebelum melakukan penerbangan Danu membawa Arum ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi. Danu ingin memastikan jika penerbangan akan aman untuk calon anak kedua mereka.Rasa khawatir itu tidak bisa hilang begitu saja di hati Danu. Seandainya sampai ada hal buruk yang terjadi dengan kandungan sang istri, Danu tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan diri saat bertemu dengan Arum setelah perpisahan mereka.“Aku sudah bilang kalau semua baik-baik saja. Dia masih menyatu dengan tubuhku, dan saat ini aku merasakan tubuhku baik-baik saja.” Arum meyakinkan Danu sesaat setelah keduanya keluar dari rumah sakit.“Kau kira aku bisa tenang setelah Om Adi mengatakan jika kau sering mengalami kram dan mual hebat?” Ini bukan pertanyaan, tetapi Danu sedang mengungkapkan isi hatinya yang berisi kekhawatiran kepada Arum yang sedang hamil muda.“Dia hanya kangen sama papanya,”
Arum dan Danu melangkah mantap memasuki area bandara, dengan perasaan campur aduk antara kebahagiaan dan kekhawatiran. Tidak banyak barang yang mereka bawa, bahkan oleh-oleh untuk Ardan pun terkesan seadanya. Pasangan suami istri itu tidak ingin ada drama dengan instansi yang saat ini sedang menjadi sorotan publik karena tingginya pajak untuk barang dari luar negeri.Senyum merekah di bibir Arum saat kakinya memasuki area bandara. Ya, sebentar lagi dia akan bertemu kembali dengan Ardan, putra pertamanya. Kabar kehamilannya diharapkan akan menjadi oleh-oleh yang paling berharga, karena itu artinya sebentar lagi Ardan akan memiliki adik.Berbeda dengan Arum yang penuh antusiasme, Danu masih terus memikirkan kondisi kehamilan sang istri. Perjalanan panjang yang bisa memakan waktu hingga tujuh belas hingga dua puluh jam, karena mereka harus transit di Singapura terlebih dahulu, tentu akan menguras tenaga Arum yang sedang hamil muda.“Aku harap kau bisa langsung istirahat setibanya di Indo
Mobil yang membawa Arum dan Danu sudah tiba di halaman rumah keluarga Wardana. Kebahagiaan dan kerinduan menjadi satu membuncah di hati pasangan suami istri tersebut. Sudah tentu Ardan lah tujuan utama mereka. Tetapi keduanya tidak mungkin mengabaikan Arya Suta dan Laras yang selama ini selalu memberi dukungan dan bantuan agar rumah tangga mereka tetap utuh.Di teras rumah, tampak Arya Suta dan Laras sudah menyambut kedatangan mereka dengan senyum yang merekah. Sementara itu, Ardan berdiri di depan oma dan opanya, terlihat sudah tidak sabar lagi menunggu kedatangan kedua orang tuanya. Begitu mobil berhenti, Ardan berlari menghampiri Arum dan Danu yang baru saja turun.Arum berjongkok dan merentangkan tangan, siap menyambut pelukan putranya. “Ardan, sayang! Mama kangen sekali sama kamu!” Ardan memeluk sang mama dengan begitu erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Arum saat ia merasakan kehangatan pelukan putranya.Rasa bisa dipungkiri jika ra
Suasana makan malam di rumah keluarga Wardana awalnya terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Mereka baru saja menyambut kepulangan Arum dan Danu dari London, yang akhirnya kembali bersama demi anak-anak mereka. Namun, momen bahagia ini perlahan berubah tegang saat Ageng, mulai berbicara tentang rencananya untuk berlibur."Mau liburan atau buang waktu untuk menemui Queen?" Pertanyaan Laras terdengar sangat sinis dan ketus. Bukan hanya ingin menunjukkan rasa tidak percayanya kepada Ageng tetapi juga hilanganya dukungan yang selama ini diberikan pada pernikahan putranya tersebut.Sampai saat ini Laras belum bisa memaafkan Queen yang telah menggunakan IUD selama pernikahannya dengan Ageng. Laras merasa apa yang dilakukan oleh menantunya tersebut adalah penghinaan besar kepada kelarga Wardana, seolah benih mereka tidak layak untuk tumbuh dan lahir sebagai manusia.Mendapati tanggapan sang mama yang terlihat secara terang-terangan sudah tidak mendukung pernikahannya dengan Queen lagi membuat
Beginilah nasib pekerja paruh waktu seperti Queen. Beberapa waktu yang lalu, dia mendapatkan banyak pekerjaan secara online hingga bisa menjadi lahan pelarian dari masalah yang sedang dia hadapi. Namun, setelah semua pekerjaan sudah dia selesaikan tepat waktu, dan tidak ada pekerjaan lagi, Queen menjadi pengangguran kembali.Uang bukanlah masalah bagi Queen. Tanpa bekerja pun, dia sudah memiliki banyak uang dari berbagai investasi miliknya. Namun, karena dirinya yang terbiasa sibuk dan bekerja, saat-saat seperti ini justru terasa sangat menyiksa. Tidak tahu apa yang harus dikerjakan, pikirannya dipenuhi oleh Ageng saja, suaminya yang sedang berada jauh darinya.Sebenarnya sejak masih bekerja di percetakan, Queen juga menerima pekerjaan secara online untuk menambah penghasilannya. Dahulu Queen bekerja paruh waktu tujuannya agar bisa memiliki tabungan, sedangkan penghasilan dari bekerja di percetakan bisa dia gunakan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.Sampai saat ini beberapa website
Setelah mendengar nasehat dari sang nenek, hati Queen akhirnya terketuk juga. Bukan mengharap keburukan terjadi pada sang mama, tetapi kemungkinan buruk itu tetap ada. Dan di sinilah Queen saat ini. Taksi yang dia pesan dari rumah Kartika, telah memasuki area parkir rumah sakit di mana Rania menjalani pengobatan.Begitu turun dari taksi, Queen merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan. Ada kekhawatiran, rasa tidak nyaman, tetapi dia tetap berharapan bahwa kondisi sang mama akan semakin membaik.Sekelebat bayangan masa lalu menghampiri benak Queen, saat keluarganya masih utuh dan hidup bahagia. Rania adalah sosok mama yang sangat menyayangi anak-anaknya, dia mendedikasikan waktu dan hidupnya hanya untuk keluarga. Sampai saat ini Queen masih mengingat masa-masa itu, dan kadang timbul dalam hatinya ingin mengulangnya kembali. Queen sadar semua itu tidak lah mungkin terjadi, waktu tidak bisa diputar ulang, dan saat ini mereka telah memiliki kehidupan masing-masing.Dari dalam rum
Seandainya tidak mengingat jika keadaan sang mama saat ini sedang sakit, ingin rasanya Queen segera meninggalkan ruang tersebut. Benak yang sebelumnya Queen paksa hanya mengingat segala kebaikan Rania, kini harus kembali teringat dengan pilihan sang mama yang memilih meninggalkan dirinya sejak masih kecil.“Yang terpenting saat ini adalah kesehatan mama. Jadi … mama jangan terlalu membebani pikiran mama dengan hal-hal yang tidak penting.” Sebisa mungkin Mike mencoba untuk mengalihkan tema pembicaraan Rania.Tampaknya usaha Mike tidaklah mudah. Rania yang sedang bahagia atas kedatangan Queen, begitu terlena dan menjadi kurang peka dengan situasi yang ada.“Terima kasih atas perhatian kalian. Mama ingin memastikan jika kalian bisa saling menerima dan memberi dukungan, terutama … setelah mama tiada nanti,” ucap Rania dengan suara lirih yang membuat Suasana tiba-tiba menjadi sendu.Kata demi kata yang terlontar dari mulut Rania membuat Queen merasa tersudut. Bagaimana tidak, Rania terkesa