Dengan tatap mata yang nanar, Queen menatap ke luar jendela. Suara hembusan angin yang mengisi kesunyian tidak mampu menerbangkan kegalauan hati Queen. Di dalam benak kini terlintas berbagai kenangan indah bersama Ageng, lelaki yang pernah menyebut namanya dalam akad.Masih ada waktu satu tahun lagi bagi Queen untuk bersama dengan Ageng dalam bahtera rumah tangga. Tetapi Queen sudah merasa tidak sanggup lagi. Semakin lama hidup bersama Ageng, semakin berat baginya untuk berpisah dari suaminya tersebut.Dahulu, kala Queen tanda tangan perjanjian pernikahan dengan Ageng, dia hanya memikirkan uang saja. Kesepatan itu sangat menguntungkan Queen secara finansial, dan Queen seolah melihat adanya jalan keluar dari kesulitan hidupnya.Setelah perjanjian selesai, Queen akan pergi meninggalkan keluarganya, menikmati uang yang dia dapat dari Ageng dan juga hasil taruhan konyol teman-teman Ageng. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perhatian dan sentuhan Ageng yang memabukkan membuat Queen t
Hubungan asmara yang telah terjalin selama tiga tahun, sebelum akhirnya Davianna harus pergi ke London untuk menempuh pendidikan S2, meninggalkan begitu banyak kenangan indah. Bagi Ageng, Davianna adalah sosok perempuan cerdas yang selalu asik untuk diajak bicara atau diskusi dalam berbagai topik masalah, terutama pada masalah yang sedang up to date saat itu.Kecantikan dan kecerdasan Davianna membuatnya menjadi pasangan yang begitu membanggakan untuk dipamerkan di depan teman atau juga kliennya. Tetapi, karena alasan sedang mengejar karir, saat itu hubungannya dengan Davianna sangat dirahasiakan, hanya para sahabat dekat yang mengetahui hubungan Istimewa mereka.Sungguh Ageng tidak pernah menduga, terpisah jarak membuat hubungan yang dahulu begitu mesra kini terasa tanpa sisa. Kesibukan masing-masing dan juga perbedaan waktu membuat komunikasi di antara Ageng dan Davianna tidak bisa berjalan lancar. Tak ayal, hal itu membuat rasa cinta di dalam hati mereka terkikis sedikit demi sedik
Davianna menatap Fatima sekali lagi. Bayi mungil itu adalah kunci dari semua rencananya. Dengan merawat dan menunjukkan kasih sayangnya pada Fatima, dia berharap Fajri akan melihatnya sebagai calon ibu yang sempurna bagi putrinya. “Tante terima kasih banget lho, karena kemu mau membawakan makan siang untuk Fajri.” Tampak Sinta sedang sibuk mempersiapkan makanan ke dalam kotak makan siang. “Kebetulan saya juga ada acara di luar, jadi sekalian saja. Kasihan juga kalau Fatima harus ditinggal sendiri.” Sebenarnya Davianna tahu jika untuk merawat Fatima, Fajri sudah menyewa seorang tenaga professional, meskipun tidak bisa seharian penuh merawat bayi mungil tersebut. Davianna hanya ingin menunjukkan betapa pedulinya dia kepada Fatima. “Tadi tante sudah menghubungi Fajri, katanya dia akan makan siang di rumah sakit, sekalian melihat perkembangan Aletha.” Tidak bisa dipungkiri apa yang baru saja diucapkan Sinta menumbuhkan rasa cemburu di hati Davianna. Tetapi pembawaan tenang gadis
Ambisi dan obsesi cintanya kepada Fajri telah membutakan nurani Davianna. Semua yang dia lakukan hanya demi kepentingannya semata, tidak ada ketulusan di sana. Keadaan Aletha yang sangat memprihatinkan justru menjadi penyemangat baginya untuk semakin mendekati Fajri. Bayi mungil yang tidak berdosa pun dia jadikan batu loncatan untuk bisa menarik perhatian pria pujaan hatinya. Apa pun yang terjadi, Davianna hanya fokus pada tujuannya saja, mendapatkan cinta dan bisa menikah dengan Fajri.“Aku lihat Mas Fajri sangat lelah. Sudah enam bulan Mas Fajri selalu menunggu Mbak Aletha, sampai-sampai lupa mengurus diri sendiri.”“Aku hanya ingin, saat Aletha membuka matanya nanti, aku adalah orang pertama yang dia lihat.”“Aku rasa Mas Fajri butuh istirahat sejenak dari semua permasalahan yang ada, mungkin liburan bisa menjadi penambah energi.”Dengan seulas senyum di bibir, Fajri mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Davianna. “Aku ini seorang suami, seorang ayah, liburanku ya bersama anak d
Bahagia, itu yang dirasakan oleh Davianna saat ini, bisa bersama dan begitu dekat dengan Fajri. Hanya berdua, tanpa ada Aletha dan keluarga lainnya di antara mereka.Perjalanan menuju apartemen Davianna diisi dengan keheningan. Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, diselimuti oleh keheningan. Fajri hanya berkonsentrasi pada kemudi dan jalanan di depannya. Sementara itu Davianna sesekali mencuri pandang ke arah ayah satu anak yang duduk di sampingnya itu. Kekaguman semakin mendalam kala melihat Fajri yang selalu tampak begitu tangguh, meski jelas terlihat adanya gurat lelah karena beban berat yang dipikulnya.Sebenarnya Davianna ingin memulai pembicaraan untuk menghidupkan suasana, entah karena terlalu bahagia atau mungkin masih meraba yang ada di dalam benak Fajri saat ini membuat Davianna hanya bisa diam. Senyum tipis tak lepas dari bibirnya, membayangkan betapa indahnya jika momen seperti ini bisa terjadi setiap hari.Setibanya di apartemen Davianna, Fajri memarkir mob
Tampaknya sudah tidak ada lagi penghalang bagi Queen untuk melanjutkan rencananya. Ageng yang sampai saat ini sama sekali tidak memberi kabar kepadanya semakin menambah keyakinan Queen atas keputusan yang dia ambil.“Untuk bukti-bukti KDRT yang dilakukan oleh Ageng, kita bisa meminta bantuan kepada Om Surya,” ucap Ari Nugraha sambil menyerahkan berkas kepada Queen untuk baca dan dikoreksi sebelum diajukan ke pengadilan agama. “Dia juga memiliki uang dan kekuatan yang sepadan dengan keluarga Wardana. Om Surya bisa memaksa pihak rumah sakit untuk menunjukkan rekam medis hasil pemeriksaan dirimu selama di rawat di rumah sakit.”“Sebenarnya aku tidak ingin melibatkan Om Surya dalam masalah ini.”Queen tidak ingin masalah perceraiannya dengan Ageng akan menjalar kemana-mana. Dia tahu ada persaingan bisnis antara kedua keluarga tersebut.Ari menarik napas dalam-dalam, mencoba memberikan penjelasan yang lebih menenangkan. “Queen, aku mengerti perasaanmu. Tapi kita harus realistis.”Dari perc
Ageng mengangkat lengan kirinya untuk melihat jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Tampaknya belum terlalu malam untuk menikmati kopi berdua, Ageng berharap mereka bisa sedikit bertukar cerita sebelum akhirnya mengatakan maksud yang sesungguhnya.Ageng dan Davianna menuju ke sebuah kedai kopi yang berada di dekat apartemen Davianna. Suasana canggung yang tercipta membuat Davianna bisa merasakan ada yang berubah dengan Ageng. Tampaknya satu tahun tidak bertemu membuah mereka seperti dua orang yang baru pertama kali bertemu.Davianna mencoba mencairkan suasana dengan membelitkan tangannya ke lengan kekar Ageng, sesuatu yang dahulu sering dia lakukan saat berjalan bersama dengan Ageng. Meskipun tidak menolak, tetapi Ageng tetap bersikap dingin, tidak seperti dahulu yang akan langsung melabuhkan kecupan setiap kali Davianna bersikap manja di hadapannya.Mereka berjalan dalam diam, hanya suara langkah kaki yang terdengar di trotoar yang basah oleh hujan sebelumnya. Ses
“Papa baru saja mendapat informasi jika ada pihak yang menekan pihak rumah sakit untuk memberikan rekam medis Queen selama menjalani perawatan di rumah sakit.” Terdengar suara hembusan napas yang kasar, seolah Arya Suta sedang mengeluarkan beban masalah yang sedang dia hadapi saat ini.“Kau tahu, papa sudah banyak membayar pihak rumah sakit untuk merahasiakan semua ini, tetapi tampaknya ada pihak yang ingin membongkar masalah ini ke public,” sambung Arya Suta yang terdengar sedang penuh beban.“Maaf,” ucap Ageng terdengar sendu. CEO muda itu menyugar rambutnya dengan kasar hingga rambutnya yang sebelumnya sudah tersisir rapi kembali berantakan. “Semu aini salahku,” sambung Ageng dengan lesu dan penuh rasa bersalah.Seandainya malam itu dia bisa mengedalikan diri dan tidak terbawa emosi saat mendengar pengakuan Queen yang menggunakan IUD selama pernikahan mereka, tentu masalah besar ini tidak akan timbul, dan dia pun masih bisa hidup bahagia bersama dengan Queen. Selain itu mungkin dia