Setelah sempat mengalami penundaan penerbangan akhirnya, sampai juga Ageng di tanah air. Tampak Arya Suta langsung yang menjemput kedatangannya di bandara. Dengan pelukan hangat Arya Suta langsung memeluk putranya.“Pa!” Suara Ageng terdengar serak. Perjalanan panjang dari London, ditambah dengan penundaan penerbangan karena cuaca buruk, membuatnya sangat lelah.“Sudah dapat kabar dari Cyrus?” tanya Arya Suta saat mengurai pelukan.Ageng menganggukkan kepala dengan seulas senyum di bibirnya. Terlihat rona kebahagiaan di wajah lelah Ageng.“Aku ingin langsung menemui Queen, Pa.” Ageng sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istrinya. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan untuk masa depan rumah tangga mereka, ada banyak hal yang ingin dia lakukan untuk melepas rindu.Arya Suta tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saat menatap wajah putranya. Gejolak jiwa muda memang sulit untuk dilawan. Arya Suta bisa memahami jika putranya sudah sangat merindukan Queen, dan dia juga tahu apa yang
Arya Suta tidak salah duga, mungkin ini juga yang dia alami saat masih muda. Saat ini Ageng dan Queen sudah bergumul panas di ranjang mereka. Rasa lelah yang sempat mendera seakan telah menemukan obatnya. Pasangan suami istri yang baru saja melewati prahara dalam rumah tangganya kini dengan begitu rakus meraup kenikmatan.Tampaknya bagi Ageng dan Queen, aktifitas ini untuk merayakan rekonsiliasi mereka yang akhirnya memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahan. Tidak bisa dipungkiri jika cinta masih begitu besar di hati keduanya.Di bawah selimut tebal yang menutup tubuh polos mereka, Queen merasakan telapak tangan Ageng yang dengan lembut mengusap perutnya. Dalam ingatannya kebiasaan ini Ageng lakukan sejak dia tidak pernah lagi menggunakan pengaman saat bercinta. Queen baru menyadari jika sudah cukup lama suaminya mengharap hadirnya malaikat kecil dalam pernikahan mereka.“Terima kasih, karena mau memaafkan aku dan kembali kepadaku.” Ageng melabuhkan kecupan hangat di punggung p
Setelah melalui malam panjang penuh gairah, Queen membuka mata perlahan saat merasakan sinar matahari yang mulai memasuki apartemen. Bukan hanya merasa lelah, tetapi Queen juga merasa sulit untuk menggerakkan tubuhnya. Hingga membuatnya malas bangun dan tetap berbaring di dada bidang Ageng sambil memandangi wajah tampan suaminya.Sebenarnya bukan hanya Queen yang merasakan kelelahan akibat pergumulan panas semalam. Sama seperti Queen, Ageng pun merasakan lemas hingga akhirnya tertidur dengan pulas. Apalagi sebelumnya Ageng baru saja dari perjalanan jauh.Tubuh masih lemah, tetapi mata enggan untuk terpejam. Tidak tahu harus melakukan apa, Queen pun memainkan jemarinya di dada Ageng dengan gerakan yang random. Dan tentu saja hal itu membangunkan Ageng karena merasa geli.“Pagi!” sapa singkat Ageng dengan mata yang masih terpejam. Tangannya merengkuh tubuh Queen semakin erat dalam pelukan, seolah jika renggang sedikit saja Queen akan lepas selamanya.“Sudah pagi, kau tidak kerja?” Hanya
Meskipun Arya Suta dan Laras tampak kompak saat menyambut kedatangan anak dan menantunya, tetapi wajah masam yang mereka tunjukkan memiliki penyebab dan alasan yang berbeda. Jika Laras sudah tentu karena rasa kecewanya terhadap Queen belum bisa hilang, sedangkan Arya Suta merasa kesal terhadap Ageng yang tidak bisa menahan hasratnya bersama Queen.“Masuk!”Perintah yang keluar dari mulut Arya Suta terdengar dingin bagi Queen, hingga membuatnya hampir tampak ragu untuk melangkah lebih jauh memasuki rumah mewah tersebut. Seandainya Ageng tidak memegangi tangannya dengan erat, mungkin Queen sudah balik badan langsung pulang ke rumah Kartika.Rumah yang dahulu pernah menyambutnya dengan hangat kini berubah dan terasa sangat asing. Tak ayal hal itu membuat Queen merasa telah salah mengambil keputusan. Karena sebuah pernikahan, bukan hanya menyatukan dua hati tetapi juga dua keluarga. Queen bisa tetap menggenggam hati Ageng, tetapi sepertinya tidak dengan keluarganya.“Papa sudah menunggu k
“Awas kalau sampai kau membuat cucuku menangis lagi!” ucap Kartika sambil memukul pelan dahi Ageng.Ageng hanya tertawa, karena memang tidak merasa sakit. Dia sangat bahagia kedatangannya diterima dengan tangan terbuka di rumah ini.“Ayo masuk!” Kartika langsung menarik Queen dan menggandeng cucunya. “Nanti kalian nginep sini, kan?” Pertanyaan ini terdengar seperti sebuah permintaan.Karena sudah memutuskan untuk kembali hidup bersama dengan Ageng, sebelum mengambil keputusan tentu Queen harus meminta pertimbangan dari suaminya tersebut. Queen mengalihkan pandangannya sejenak kepada Ageng, anggukan kepala dan senyum hangat dari Ageng adalah jawaban yang sangat memuaskan bagi Queen.Queen merasa tenang karena Ageng sudah memberinya izin. Kartika menarik tangan cucunya, membimbing mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan masa kecil Queen. Rumah itu selalu menjadi tempat berlindung bagi Queen, saat hidup menjadi terlalu berat untuk dihadapi. Dan dari rumah ini, Queen kembali membawa har
Arya Suta duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh rak-rak penuh buku dan dokumen. Dia menatap foto-foto yang berserakan di mejanya, merasa ada sesuatu yang lebih besar yang belum ia pahami. Selo Ardi, detektif yang dia sewa, berdiri di depannya dengan raut wajah terlihat takut dan menyesal.“Aku sudah menduga sebelumnya, pasti Queen memiliki alasan lain sampai mencabut gugatan cerainya,” kata Laras, istrinya, dengan nada yang sarat amarah. Dia menatap foto-foto itu dengan tatapan tajam, seakan mencoba mencari petunjuk yang tersembunyi.“Maaf, untuk alasan keberadaan Mbak Queen di sana saya belum mendapat informasinya. Karena tampaknya Surya Wijaya memiliki pengamanan yang cukup ketat untuk keluarga dan orang-orang terdekatnya. Jadi sejauh ini, hanya informasi ini yang bisa saya berikan,” jawab Selo Ardi dengan suara rendah, mencoba menenangkan situasi. Pria gondrong itu lebih banyak menundukkan kepala menyadari kasalahannya.Arya menghela napas panjang. Ini adalah kali per
Tidak ingin mengecewakan sang Papa yang sudah memberinya kepercayaan yang sangat besar, kini Ageng sudah berada di ruang kerjanya membahas rapat yang akan segera dimulai bersama Danu. Dengan terpaksa Ageng meninggalkan Queen di rumah Kartika, dan nanti siang mereka baru akan bertemu.Di ruang kerja yang sejuk, Ageng duduk di kursi kebesarannya, mencoba fokus pada layar laptopnya. Dokumen-dokumen rapat tersebar rapi di meja besar di depannya. Hari ini, rapat penting yang melibatkan keputusan besar perusahaan akan segera dimulai, dan Ageng merasa tekanan yang besar dari ayahnya yang menaruh kepercayaan penuh padanya.Tiba-tiba perhatian Ageng teralihkan oleh Danu yang sedang berdiri di dekat jendela, menatap ke arahnya dengan senyum yang sulit diartikan. Apa yang dilakukan oleh kakak iparnya membuatnya merasa tidak nyaman.“Kamu kenapa tersenyum begitu?”Danu, hanya tertawa kecil. “Aku hanya berpikir, pantas saja kamu uring-uringan sampai tidak bisa kerja, ternyata kehilangan teman buat
Rania duduk di tepi tempat tidurnya, pandangannya tertuju pada jendela yang menghadap taman. Matahari sore menyinari dedaunan hijau, tetapi cahaya itu tidak mampu membawa kehangatan ke hatinya. Pikirannya sibuk dengan kabar yang baru saja diterimanya."Queen sudah kembali dengan Ageng?" Suaranya gemetar saat berbicara, mencoba menutupi kesedihan dan rasa takut di hatinya."Itu sudah menjadi pilihannya. Queen bukan anak kecil lagi, aku yakin dia tahu apa yang harus dia lakukan."Rania menggelengkan kepala, tidak sependapat. Dia tidak mempercayai Ageng. Laki-laki itu kasar dan tidak pantas untuk putrinya. Rania tahu, kembalinya Queen pada Ageng berarti putrinya itu tidak akan bisa lagi menemaninya menjalani pengobatan lanjutan."Aku tidak yakin, Surya. Queen masih muda. Dia bisa salah langkah."Surya menghela napas panjang. "Sekarang kau fokus pada pengobatanmu sendiri, agar kau bisa cepat sehat dan bisa menjaga Queen."Namun, dalam hati kecil Rania, ada prasangka yang terus menggerogot