“Maaf, Ci! Hari ini saya izin nggak masuk kerja. Saya sedang sakit,” ucap Queen dengan suara serak dan ponsel yang menempel di pipinya.Meski tidak sepenuhnya berbohong, tetapi ada banyak kebenaran yang di sembunyikan oleh Queen. Terutama saat sang bos bertanya tentang sakit yang sedang dialami oleh Queen saat ini.“Kamu sakit apa sih Queen? Padahal kerjaan lagi rame-ramenya kamu malah sakit begini, lalu yang handle pekerjaan kamu siapa?” Suara cempreng istri bos menyapa gendang telinga Queen. “Yang sakit apanya sih? Coba nanti saya carikan obat dari sin she yang manjur, kalau karyawan pada sakit begini nanti saya bisa rugi.”Ya, istri si bos memang cukup peduli kepada kesehatan para karyawannya, walau pun sebenarnya untuk meningkatkan produktifitas. Sehingga membuat mereka akan bekerja lebih keras lagi dengan keadaan tubuh yang selalu fit.Untuk kasus pada sakit yang saat ini sedang diderita oleh Queen, tentu dia tidak bisa mengatakan atau mengaku begitu saja tentang anggota tubuhnya
“Kalian sudah dengar sendiri apa yang diucapkan oleh Ageng,” ucap Cyrus saat mengambil ponselnya dari atas meja. “Aku juga sudah mengirimkan rekaman ini kepada Erick.”Setelah mendengar pengakuan dari Ageng dan mendapatkan bukti yang bisa ditunjukkan kepada para sahabatnya, Cyrus langsung mengajak bertemu Bryan dan Derian. Dan di sinilah tiga sahabat itu sekarang, di kafe milik Derian yang baru buka beberapa bulan yang lalu.Bryan dan Derian saling bertukar pandang. Ada rasa kecewa pada gurat wajah keduanya, meskipun mungkin karena sebab yang berbeda. Jika Derian tentu karena dia harus rela melepas pundi-pundi uang yang harus dia dapatkan dengan susah payah. Sementara itu Bryan tampak harus ikhlas menerima jika wanita yang dia cintai telah memberikan keperawanannya kepada pria lain, meskipun itu adalah suami sahnya.“Aku harap kalian tidak menunda-nunda lagi untuk mentransfer uang kepada Queen. Ya … walaupun dia tidak akan kekurangan uang saat ini.” Meskipun Cyrus yakin jika kedua sah
Queen mengerutkan dahinya saat melihat jumlah saldo dari tabungannya. Tampak ada dua transaksi dana masuk dalam jumlah yang tidak sedikit. Queen menghembuskan napas ke atas hingga membuat rambut poninya bergerak.Untuk saat ini, Queen tidak tahu apakah dia harus bersyukur atau menyesal atas limpahan uang yang masuk ke dalam rekeninganya. Empat setengah miliar dana masuk ke rekeningnya di hari yang sama, tetapi itu semua harus dia bayar dengan kehilangan keperawanannya. Ya, dia melepasnya kepada pria yang tidak menginginkannya, itulah penyesalan terbesar yang dirasakan oleh Queen.Queen melihat kea rah penanda waktu yang ada di ponselnya. Hari ini ada hal penting yang harus segera dia lakukan, sebelum izin liburnya habis. Ya, Queen harus mendapatkan surat izin sakit dari seorang dokter sebagai bukti jika dia benar-benar sakit dan tidak membohongi bos tempatnya bekerja.“Sudah rapi?” tanya Ageng sambil mengeliat kala baru bangun dari tidurnya.“Ya, aku ada perlu sebentar,” jawab Queen s
@Bryan Hutama[ Lunas ]@Queen Savita[ Terima kasih ]Singkat, itulah percakapan melalui pesan antara Queen dan Bryan. Keduanya tampak bingung akan membicarakan apa lagi. Terutama Queen, untuk membicarakan hal tersebut terasa sangat memalukan. Dia merasa beruntung, tanpa harus menagih, Bryan dan teman-temanya sadar diri untuk langsung mentransfer uang taruhan tersebut.Dalam hati sebenarnya, Queen ingin bertanya, dari mana Bryan bisa mengetahui jika dia dan Ageng telah melakukan hubungan suami istri. Ada kecurigaan pada diri Queen jika Ageng tanpa rasa malu menceritakan semua yang terjadi malam itu kepada teman-temannya. Queen hanya mendengus kasar, saat membayangkan Ageng berbicara tentang durasi, gaya bercinta mereka, atu juga tentang keperawanan. Entah mau ditaruh di mana mukanya saat bertemu dengan teman-teman suaminya nanti.Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel Queen meraung-raung, menandakan ada panggilan yang masuk. Nama Bryan terpampang jelas di layar ponsel milik Queen. D
Queen hanya tersenyum sumir menanggapi apa yang dilakukan oleh Rania. Perhatian yang sama sekali tidak mampu menyentuh hati Queen yang terasa sudah membeku kepada sang mama.“Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, seharusnya Anda lebih khawatir kalau sampai suami Anda tahu jika kita bertemu.” Queen menunjukkan sikap dingin dan sinis, istri dari Ageng Jati Wardana itu tidak bisa pura-pura menerima kehadiran Rania di dekatnya.Kata demi kata yang meluncur dari bibir Queen terasa bagaikan tamparan bolak balik dari pipi kanan berganti ke pipi kiri bagi Rania. Setelah sekian lama mereka terpisah, ternyata tidak mudah untuk bisa mengembalikan kedekatan antara ibu dan anak tersebut.Benar saja, tidak lama kemudian muncul Surya Wijaya yang berjalan dengan terburu-buru menghampiri Rania. Gurat wajah yang tidak bersahabat terlihat jelas pada Surya yang memang sedari dahulu tidak menyukai anak-anak Rania dari suami pertamanya.“Dokter sudah menunggu kita, ayo!” Dengan mengabaikan keberadaan Quee
Queen terkejut saat merasakan ada tangan yang tiba-tiba membelit pinggangnya saat dia sedang membuat mie instan di pantry. Hanya terkejut saja, karena dia sudah bisa menduga siapa orang yang melakukan hal tersebut.“Ada masalah?” tanya Queen saat semakin merasakan berat beban di pundaknya kala Ageng dengan manja meletakkan kepalanya di sana.Ageng mengernyitkan dahinya menatap makanan yang saat ini sudah matang dan mengebulkan uap panas di hadapan Queen. Ageng menganggap menu makan siang Queen sungguh tidak sehat dan tidak layak bagi istri seorang CEO.“Mau dibuatkan?” tanya Queen yang menduga jika Ageng juga sama berseleranya dengan makanan yang sering dia nikmati saat masih tinggal di rumah kost bersama Naya.“Tidak, aku sudah banyak makan karbo hari ini. Apa ini baik untuk kesehatanmu?” tanya balik Ageng yang merasa tidak senang dengan pola makan Queen.“Bagiku semua makanan baik untuk kesehatan, selama kita makan secara berlebihan.”Ageng menganggukkan kepalanya, lalu mencicipi mi
Semua masalah yang berhubungan dengan perusahaan dapat dengan mudah diselesaikan oleh Ageng. Namun tidak dengan masalah yang berhubungan dengan hatinya, yang kini mulai terusik oleh keberadaan Queen di sampingnya.Meskipun baik Queen maupun Ageng tidak pernah berbicara tentang cinta, meskipun keduanya sepakat untuk tidak memiliki anak bersama, tetapi tidak bisa dipungkiri jika mereka merasa nyaman saat bersama.Setelah malam pertama yang penuh gelora, Ageng dan Queen rutin melakukan hubungan suami istri meskipun hanya untuk sekedar melepas hasrat dan memenuhi kebutuhan biologis mereka. Namun, tidak bisa mereka pungkiri jika hal itu membuat hubungan mereka semakin dekat dan akrab. Keduanya menjadi tidak sungkan lagi untuk berbincang tentang hal-hal yang bersifat pribadi dan bercanda dengan penuh tawa.Seperti saat ini Ageng dan Queen belanja kebutuhan harian bersama layaknya pasangan suami istri yang bahagia. Buah dan sayur menjadi bahan makanan utama yang menjadi incaran mereka. Queen
Setelah mengakhiri pembicaraan melalui ponselnya, Ageng melangkah dengan gontai menghampiri Queen. Lagi dan lagi dia memeluk istrinya itu dari belakang, tetapi saat ini Ageng terlihat kurang bersemangat seperti sebelumnya.Beruntung saat Ageng datang semua masakannya sudah matang semua, sehingga Queen hanya tinggal mematikan kompor saja. Queen membalikkan tubuhnya hingga kini dia bisa melihat wajah Ageng yang sepertinya sedang diselimuti masalah.“Ada masalah?” tanya Queen mencoba menunjukkan kepeduliannya kepada Ageng. “Ini tentang Davi?”Ageng menggeleng lemah, lalu melabuhkan bibirnya dan memagutnya dengan kasar dan rakus. Queen terlihat sangat kepayahan untuk meladeni sikap Ageng. Queen merasa bukan nafsu brutal yang sedang Ageng salurkan kepadanya, tetapi sebuah rasa putus asa yang Queen tidak tahu penyebabnya.“Geng!” panggil Queen dengan suara lirih dan napas yang terengah-engah, sesaat setelah Ageng melepaskan pagutannya. “Apa yang terjadi dengan Davi? Apakah dia mengetahui ap