Bagi Queen kata-kata manis yang keluar dari mulut Mike adalah sebuah kebohongan besar. Karena selama ini baik Rania maupun keluarga Surya Wijaya tidak pernah peduli kepada dirinya."Berapa bulan kau menikah dengan Ageng? Dan sekarang perusahaan papamu sudah kembali dalam keadaan kolaps," ucap Mike memberi informasi tentang perusahaan keluarga yang dipimpin oleh Edi Rahmayadi."Mereka masih punya Rani untuk dijual, apa yang mereka takutkan?" tanya Queen yang menunjukkan sikap tidak peduli dengan informasi yang diberikan oleh Mike."Rani?" Mike mengernyitkan dahinya seolah ingin tahu tentang sosok yang namanya baru disebut oleh Queen."Ya, Rani. Anak Papa dengan istri barunya. Sekarang dia sudah kelas tiga SMA, sudah besar lah. Siap untuk dinikahkan.""Queen!" panggil Mike dengan suara yang sendu.Mike mencoba untuk kembali menyentuh tangan Queen, tetapi kali ini dengan sigap Queen menurunkan tangannya hingga ke bawah meja."Tidak ada yang perlu Kak Mike khawatirkan tentang diriku, ak
"Apa yang papa dan Tante Mira lakukan?" tanya Queen dengan tatap mata yang terlihat polos tanpa tahu apa yang sebenarnya telah terjadi antara sang papa dengan sekretarisnya.Selanjutnya Queen hanya terdiam, saat melihat apa yang dilakukan oleh Eddy bersama Miranti di ruang kerja tersebut. Yang Queen tahu sang papa sedang bekerja bersama Miranti, sekretarisnya.Setelah merapikan kemeja dan juga celananya, Eddy berusaha tetap terlihat tenang saat menghampiri Queen. Sementara itu Meranti bergegas membalikkan tubuhnya saat merapikan pakaian. Wanita yang berprofesi sebagai sekretaris itu tidak ingin Queen melihatnya dalam keadaan yang berantakan."Tidak ada apa-apa Queen, papa sama tante Mira sedang ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan," ucap Eddy sambil berusaha menghalangi pandangan Queen agar tidak melihat Miranti yang masih terlihat berantakan dan belum selesai merapikan pakaiannya."Kata Mama, Papa jangan sampai lupa minum obat!" sahut Queen yang ingat dengan baik maks
“Mama!” teriak Queen saat mobil yang dikemudikan Rania hampir saja menabrak pohon di pinggir jalan. “Mama, Queen takut,” sambung Queen yang mulai menangis. Beruntung baik Queen maupun Rania menggunakan sabuk pengaman, sehingga kejadian yang tidak terduga tersebut tidak berakibat fatal. Ibu dan anak itu melampiaskan rasa takut dengan cara yang berbeda. Jika Queen menangis sejadinya, maka Rania justru hanya terdiam. Tatap mata Rania terlihat nanar, tangannya pun masih bergetar dan napas menderu tidak beraturan. Kata demi kata yang baru saja terlontar dari mulut Queen benar-benar membuat Rania sangat kaget dan syok. Bagaimana tidak, apa yang diucapkan oleh putrinya adalah sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihat dan tidak boleh diketahui oleh anak yang masih berusia lima tahun itu. "Queen, katakan pada mama jika Apa yang kamu katakan itu tidak benar!" ucap Rania setelah mampu mengendalikan dirinya. Ibu dua anak itu mengguncang pundak putrinya. "Tapi Queen tidak bohong, Ma!" sahut
“Bagaimana kabar Queen?” tanya Miranti sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. “Dia bisa dipercaya kan, Pak?” sambung Miranti yang tetap merasa waswas jika sampai hubungan terlarang yang sedang mereka jalani sampai ketahuan.“Tenang saja,” jawab singkat Eddy sambil merapikan pakaiannya. “Queen itu anaknya penurut, dia tidak mungkin sampai bicara kepada mamanya. Aku sudah memberinya banyak hadiah untuk tutup mulut. Paling juga sebentar lagi dia lupa dengan apa yang telah dia lihat.” Eddy berusaha untuk meyakinkan dan menenangkan hati Miranti.Hubungan terlarang yang terjalin antara Eddy dan Miranti sudah terjalin hampir satu tahun. Tekanan atas pekerjaan membuat keduanya membutuhkan kesenangan untuk menurunkan ketegangan, dan tampaknya atasan dan sekretarisnya itu telah menempuh jalan yang salah.Saat ini perusahaan Eddy sedang berkembang pesat dan memberikan keuntungan yang berlimpah. Hal itu membuat ayah dua anak menjadi lepas kendali, sehingga merasa uangnya tidak akan habi
“Dari mana saja kalian?” tanya Rania yang berusaha tetap tenang meskipun hatinya sedang bergemuruh seperti gunung berapi yang mau meletus. “Aku lihat tadi beberapa kepala divisi sudah kembali dari rapat.”Dari gelagat Eddy dan Miranti yang salah tingkah Rania menduga jika kedua tidak pernah menduga kedatangnya ke kantor tersebut. Bahkan Miranti terlihat menunjukkan sikap yang selalu menghindar untuk beradu tatap dengan dirinya.Rania mendekat ke arah di mana Eddy dan Miranti berdiri berdampingan. Semakin mendekat, Rania semakin mencium harum semerbak sabun dan shampoo dari hotel seperti yang pernah dia dapatkan saat menjalani liburan keluarga. Setelah bekerja sekian jam lamanya, Eddy dan Miranti justru terlihat begitu segar dan cerah seperti habis mandi, dan hal itu tidak luput dari pengamatan Rania.Tatap mata Rania seolah tidak ingin absen dari sang suami dan juga sekretarisnya. Ibu dua anak itu mencoba untuk menguatkan dirinya menghadapi segala kepahitan yang terasa begitu dekat di
“Fitnah keji apa ini?” tanya Eddy mencoba untuk memulai sandiwara untuk menyangkal semua tuduhan yang telah dilontarkan oleh Rania.“Kau mau menuduh Queen memfitnahmu?” tanya balik Rania yang berusaha untuk tetap tegar di hadapan Eddy dan Miranti.“Queen masih kecil, dia tidak tahu apa-apa.”“Dia anakku, dan aku tahu kalau dia tidak berbohong,” sahut Rania dengan tegas.Rania menghela napas dan mengalihkan pandangannya. Dengan gerakan tangan yang terlihat kasar, Rania menyeka air mata yang mulai jatuh bercucuran."Apa kau pikir aku bodoh, yang akan dengan gegabah menuduhmu tanpa mencari bukti terlebih dahulu?” Aku menemukan ini di laci kerjamu, dan aku tahu bukan merk ini yang selama ini kita pakai," ucap Rania sambil menunjukkan kemasan alat pengaman pria yang sudah terbuka dan sepertinya isinya pun sudah berkurang.Eddy terdiam sejenak, ekspresinya berubah menjadi cemas. "Rania, biar aku jelaskan ....""Tidak perlu," potong Rania dengan tegas. "Bagiku sudah cukup bukti yang aku liha
Eddy sadar kesalahanan yang telah dia lakukan sangatlah besar dan mungkin tidak termaafkan lagi, tetapi ego dan harga dirinya sebagai seorang suami terasa tersentil oleh ucapan Rania yang membuat kantornya heboh tiba-tiba. Penghinaan yang Rania lontarkan untuk Miranti tentu bukan hanya menjatuhkan mental perempuan yang hampir satu tahun ini menjadi selingkuhannya, tetapi juga membongkar aib yang seharusnya tersimpan rapat.Dengan amarah yang bergemuruh di dada Eddy melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap bisa segera tiba di rumah dan memberikan pelajaran kepada Rania. Apa yang terjadi kantor tadi membuat para pegawai memandang rendah kepada Eddy yang seharusnya dipandang hormat karena menjadi orang yang telah memberi pekerjaan dan membayar tenaga mereka.Setelah tiba di rumah, Eddy langsung mencari keberadaan Rania. Eddy merasa jika dia harus bisa segera menyelesaikan masalah dalam rumah tangga, Ayah dua anak itu tidak ingin jika dirinya tidak bisa fokus dalam bekerja dan
“Bagi saya apa yang telah dilakukan oleh Ageng saat ini adalah sebuah pengkhianatan,” ujar Erick yang merupakan teman baik Davianna. Dia merasa tidak terima dengan kenyataan jika ternyata Ageng telah menikmati malam pertamanya dengan Queen.“Ini bukan masalah uang yang harus aku bayarkan. Oke yang namanya kalah taruhan memang sudah seharusnya membayar kepada yang menang, tapi ini tentang kesetiaan Ageng kepada Davi,” sambung Erick di hadapan Bryan, Cyrus dan Derian.Tiga sahabatnya tampak memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Namun, satu alasan yang menyangkut hubungan antara Ageng dan Queen, tampaknya baik itu Bryan, Cyrus atau pun Derian sepakat jika apa yang dilakukan oleh Ageng bukanlah sebuah kesalahan.“Yang harus kamu ingat, Ageng dan Queen adalah pasangan suami istri yang sah menurut hukum negara dan agama.” Cyrus mencoba mengingatkan Erick tentang hubungan antara Ageng dan Queen. “Jadi tidak ada kesalahan apa pun yang mereka lakukan jika mereka mau bercinta berapa kali sehari