Share

Empat

Alvin menjalankan motornya menelusuri jalan menuju rumah Alin. Matanya menyipit kala dia melihat seseorang yang familiar tengah memanjat tembok rumah berusaha keluar.

Cowok itu menjalankan motornya menghampiri dia. Dengan cepat Alvin turun dari motornya lalu berlari.

"Kena!" Seru Alvin menangkap Alin yang loncat dari atas tembok belakang rumah gadis itu.

"Kak Alvin?" Ucap Alin terkejut.

Alvin mengangkat satu alisnya keatas seolah bertanya 'kenapa?'

"Turunin gue kak," pinta Alin.

Alvin menurut lalu dilihatnya Alin dari kepala hingga kakinya," tangan lo kenapa?" Tanya Alvin meraih tangan gadis itu memar.

"Jatuh." Jawab Alin singkat.

Alvin merapihkan poni Alin dirinya merasa penasaran karena biasanya gadis itu tidak memakai poni.

"Ini kenapa Alina?" Tanya Alvian saat dirinya melihat luka di kening gadis itu.

"Nabrak pintu." Alibi Alin.

"Lo bohong!" Ucap Alvin tidak yakin.

"Kenapa lo juga gak pakai sepatu atau sendal? Lo kabur dari rumah?" Curiga cowok itu.

Alin hanya diam mematung. Lalu gadis itu meraba hidungnya. Kepalanya terasa pusing.

"Alina lo jangan bohong sama gue!" Bentak Alvin.

"ALIN! JANGAN KABUR LO!" suara teriakan itu berasal dari rumah Alin.

"Kak tolong bawa gue jauh dari rumah ini, gue mohon." Pinta Alin sambil menutupi hidungnya.

"Kenap-" ucapan Alvin terpotong kala gadis itu menariknya menuju motornya yang terparkir.

"Jalan kak!" Ucap Alin tergesa-gesa saat dia melihat ada seseorang yang sedang mengejarnya dibelakang.

Alvin menurut, dia segera menjalankan motornya.

"Sialan anak itu!" Gumam seseorang melihat kepergian Alin.

_________________

Alvin memasuki gerbang rumahnya. Dia bingung mau membawa Alin kemana. Lebih baik dia membawa gadis ini kerumahnya, sekalian dia minta penjelasan tentang apa yang terjadi pada gadis itu.

"Lin turun, udah sampai." 

Gadis itu diam tidak bergerak.

"Segitu nyamannya ya lo bersandar di punggung gue?" Kekeh Alvin.

"Udah nanti di bersandarnya lanjut di dalam rumah. Sekarang turun Lin." 

"Alin?" Panggil Alvin.

"Lo tidur ya?" Tanya nya.

Ya sepertinya Alin ketiduran.

"Pak! Tolong bantuin saya turunin pacar saya," seru Alvin kepada satpam di rumah itu.

Satpam itu langsung berjalan menghampiri Alvin lalu memegang Alin saat Alvin turun dari motor nya supaya tidak terjatuh.

Alvin memeluk gadis itu," Alin bangun sayang."

Cowok itu meraih tangan Alin yang dari tadi terus menutupi hidungnya.

Matanya membulat kala dia melihat darah," mimisan?" Ucapnya.

"Alin bangun Lin," Alvin menepuk-nepuk pipi gadis itu berharap sadar.

Dengan Tergesa-gesa dia menggendong Alin ala bridal style," pak siapin mobil, kita kerumah sakit."

Sayup-sayup Alin membuka matanya," gak usah kak, gue cuma butuh istirahat aja."

"Lin? Lo sadar?" 

Alin mengangguk," gue gak mau ke rumah sakit."

"Gak! Lo perlu penanganan dokter."

Alin menggelengkan kepalanya," kalo lo bawa gue gak mau lagi ketemu lo."

Mata Alin tertutup. Bibir pucatnya menandakan bahwa Alin memang benar-benar sedang tidak baik-baik saja.

Alvin menghela nafasnya gusar. Kalo begitu dia akan memanggil dokter pribadinya ke rumahnya.Alin bilang jangan kerumah sakit, berati kalo dirumahnya boleh.

Alvin berjalan membawa gadis itu memasuki rumah mewahnya. Menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar miliknya.

Setelah menidurkan Alin diatas tempat tidur. Alvin bergerak memanggil Bi Kina, pembantu rumahnya menyuruhnya membuatkan satu mangkuk bubur.

Lalu dia segera menelepon dokter pribadi keluarganya supaya cepat datang.

________________

Alin membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing. Dia merasakan ada tangan kekar yang memeluknya.

Gadis itu melirik kesamping. Matanya membulat terkejut, refleks dia bangun dari tidurnya lalu berdiri disamping tempat tidur itu mencerna apa yang telah terjadi.

Alin mengecek pakaian yang dipakainya. Otaknya berusaha berfikir keras.

"Gak usah pikir yang aneh-aneh," ucap Alvin serak lalu menarik tangan Alim supaya kembali tidur di sampingnya.

"Jangan dekat-dekat!" Ucap Alin garang lalu menendang Alvin hingga terjatuh dari tas tempat tidur.

"Baju lo diganti sama bi Kina, jangan mikir aneh-aneh." Ucap Alvin seolah menjawab pertanyaan Alin.

"Tenaga lo masih kuat walaupun sakit," ringis cowok itu.

"M-maaf," gumam Alin duduk.

Alvin mendekati gadis itu lalu duduk disampingnya," udah mendingan?" 

Alin mengangguk.

Alvin menghela nafas lega. Tadi kata dokter Alin hanya kecapean, luka.gadis itu pun sudah diobati.

"Sekarang lo harus makan," ucap Alvin lalu meraih satu mangkuk bubur yang disiapkan bibinya tadi.

Alin menggeleng," gak suka."

"Harus suka!" 

"Udah kenyang," ucap Alin.

"Lo dari tadi pingsan kapan makannya?" Heran Alvin.

"Dimimpi," celetuk gadis itu.

"Terserah lo, sekarang yang penting lo harus makan. Sebagai calon suami yang baik hati dan tidak sombong, gue suappin." Ucap Alvin membuat Alin berlagak ingin muntah.

"Gak!" Gadis itu menutup mulutnya saat Alvin mengarahkan satu sendok menyuapinya.

"Oke kalo gitu lo cerita tetang apa yang terjadi sama lo." Pasrah cowok itu.

Alin diam mengalihkan pandangannya dari Alvin kearah lain.

"Gak ada apa-apa," ucapnya dingin.

Cairan bening mengalir begitu saja di pipi mulusnya. Entahlah, dia tidak bisa menahannya jika di depan Alvin.

Alvin dengan cepat memeluk gadis itu menenangkan.

"Kalo belum bisa cerita gak apa-apa. Tapi lo wajib harus cerita sama pacar lo," ucap Alvin.

"Siapa?" 

"Gue."

"Sekarang lo makan," pinta Alvin.

Alin menggelengkan kepalanya.

"Lin, sekarang dirumah gue sepi loh." Ucap Alvin ambigu.

Alin lantas segera mendorong cowok itu menjauh darinya lalu mengambil satu mangkuk bubur dan memakannya.

"KDRT lo." Ringis Alvin mengusap bokongnya karena terjatuh.

Alin hanya melirik sekilas lalu kembali memakan bubur itu.

Alvin tersenyum manis. Setidaknya Alin sudah menerima dia sebagai pacarnya. Ya, walaupun terpaksa.

"Lin," panggil Alvin.

Alin hanya berdehem.

"Lo sekarang pacar gue jadi harus patuhi aturan gue ya?"

Alin lagi-lagi hanya berdehem sambil memakan lahap bubur itu.

"Lo gak boleh deket sama laki-laki manapun kecuali gue dan papah lo."

"Pulang dan pergi sekolah harus sama gue."

"Gak boleh berinteraksi sekecil apapun sama yang namanya laki-laki di kelas lo."

"Kecuali Aldi,"seru Alin.

"Apalagi itu gak boleh Alina!" Ucap Alvin.

"Bodo amat." Cuek gadis itu.

Alvin menunjukan wajah dinginnya," harus nurut sama gue."

"Cuma temen kak!" 

"Temen nanti demen." Sindir Alvin.

Alin hanya memitar bola matanya malas.

"Lo juga harus kasih kabar 24 jam sama gue. Apapun kondisinya."

"Makanan lo gue yang atur. Jangan makan yang gak sehat!"

"Lo harus terbuka sama gue. Kalo ada masalah cerita."

"Mulai sekarang bicaranya jangan pakai lo-gue. Aku-kamu aja."

"Dan stop panggil gue dengan embel-embel kak. Panghil Alvin aja, sayang juga boleh."

"Gak sekalian bikin jadwal?" Ucap Alin emosi.

"Ide bagus!" Seru Alvin.

"Dasar posesif."

"Harus! Biar gak kecolongan," ucap Alvian dengan muka songongnya.

"Gue-"

"Aku boleh minta sesuatu gak?" Ucap Alin merasa tidak cocok dengan panghilan baru mereka.

"Boleh dong sayang." Genit Alvin.

Gadis itu menatap Alvin ragu-ragu. Meremas jemarinya gugup.

"Pengen ke rumah sakit-"

"Kenapa? Kamu sakit?" Khawatir Alvin memotong ucapan Alin.

"Jenguk Aldi." Lanjut Alin.

Raut wajah Alvin berubah,"gak."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status