Marren seorang Mahasiswi di salah satu universitas, bertampang cantik nan cerdas dan pandai bela diri, sedang menghadapi cobaan hidup yang datang silih berganti. Memasukkannya ke jurang dimana terpaksa menikahi seorang pria yang tidak dia kenal karena hutang mendiang Ayah dan kakeknya di masa lalu. Arsan Ryzadrd adalah seorang pria yang sangat di kagumi oleh para wanita serta dincar untuk mendapatkan sang pria. Namun, ketika Sang istri didekati pria lain yang tidak lain adalah kakak nya sendiri, mengubah dirinya menjadi sosok yang posesif.
Lihat lebih banyak"Marren berjanjilah pada Saya mulai sekarang jangan pernah percaya pada siapa pun selain Saya. Jika kamu ada berita apa pun tentang kejadian kali ini dan orang-orang yang terlibat di sini, bicarakan semua pada Saya," ujar Arsan tiba-tiba. ''Arsan, sebenarnya ada apa ini? Apa maksudnya?" sela Marren terlihat khawatir. ''Entahlah, Saya merasa ada seseorang di balik semua kejadian ini. Ada peran seseorang di balik layar yang mengendalikan semua ini. Dan Saya merasa James atau keluarga Vandroid hanya pion garis depan yang sengaja di tumbalkan," papar Arsan seraya mendesis hampir tidak terdengar. ''Apa maksudmu, Arsan? Lalu, siapa dia? Kenapa dia bisa sejahat itu?" tanya Marren tergagap. "Saya tidak tahu. Yang jelas semua rencana ini sangat baik. Tapi kamu jangan takut, kita akan menghadapinya bersama-sama, kamu akan aman bersama Saya, ujar Arsan yakin, menarik Marren dalam pelukannya. Marren membalas pelukan Arsan dan membenamk
"Apa? Foto-foto apa? Benar-benar sialan!" kali ini suara Arsan benar-benar marah.''Apalagi, astaga," imbuhnya menahan geramnya dan meraup wajahnya. "Saya melihatnya sendiri di bingkai, bahkan bukan hanya satu dua foto, tapi banyak. Ya, walau Saya tahu wanita itu berpura-pura sakit waktu itu, tapi foto-foto itu? Itu jelas sekali foto-foto kalian!'' desis Marren dengan menahan getaran suaranya. Arsan terdiam dan mengernyitkan alisnya hingga terlihat seperti bertaut. Marren menunggu dengan skeptis. "Foto-foto pernikahan? Oh, aku ingat!" sela Arsan mengernyit seolah teringat sesuatu. Pria tampan itu meraih ponsel miliknya yang telah di bawakan oleh asistennya dan segera mengetik sesuatu di dalamnya, "Lihatlah, foto seperti inikah yang kau lihat?" sambungnya dengan cepat. Arsan memberikan ponsel miliknya kepada Marren yang membuat Marren terbelalak kaget bukan kepalang, "Ini? Majalah bisnis? Apa maksudnya Axel?" Marren terlihat
"Ya, kamu tahu 'kan bahwa pelakunya adalah James Vandroid, pamannya Arthur?" tanya Marren menegaskan. "Dan James adalah ayah Azel," tambahnya bersungut-sungut. ''lya, lalu?" sahut Arsan singkat. ''Ya, mereka menginginkan Saya untuk menandatangani surat perjanjian bahwa kami akan melakukan kerja sama, tapi Saya tidak terlalu ingat detailnya Arsan. Saya sudah mengirimkan semua bukti foto-foto itu ke Pak Jack kepala sekuriti kita untuk di berikan kepadamu. Tapi Saya rasa kamu belum menerimanya," ujar Marren dengan mengernyitkan alisnya. ''Tidak bagaimana mungkin Saya bisa menerimanya sedang Saya pun dalam keadaan sekarat saat itu, bahkan saat tu Saya tidak memegang ponsel, entah ke mana benda itu," keluh Arsan dengan menghela napasnya dengan berat. "Oh, Saya baru ingat, ponselmu tertinggal di kamar. Jatuh atau bagaimana, saya tidak tahu, Bibi yang menemukan ponselmu berbunyi di kamar. Dari situlah Saya tahu mereka mengancam memasang pel
Semua tersentak kaget dan tidak bergerak. Tidak berapa lama kemudian Azel roboh berkalang tanah. Marren dan Juan jatuh terduduk, terpaku diam. Mereka sama-sama kehingungan dengan apa yang terjadi. ''Nyonya! Nyonya Marren Anda tidak apa-apa?" panggil Jack berlari mendekati Marren. ''Pak Jack?" Lirih Marren yang masih terpaku bingung, la berdiri dengan di bantu oleh Jack.Di belakang Jack menyerbu beberapa orang yang berpakaian serba hitam dengan pistol di tangan melewati Marren dan Juan. "Apa yang baru saja terjadi, Pak? Kenapa ada suara tembakan?" tanya Marren dengan suara gemetar. "Sepertinya wanita itu ingin menembak Anda, Nyonya, tapi para anggota itu mendahuluinya, jadi tembakan kedua adalah milik wanita itu yang terlontar ke atas," ujar Jack menjelaskan. "Ya, Tuhan, Azel?" tanya Marren sangat syok. "Benar, Nyonya. Dan sekarang sepertinya dia dalam keadaan kritis." jawab Jack dengan sikap hormat ser
"Kurang ajar, bagaimana dia bisa sampai keluar?" pekik James dengan marah. Melihat Marren terjatuh, Azel segera melepaskan diri dari cengkeraman Marren.Namun, perempuan berambut pirang itu bukannya segera berlari tetapi ia malah kembali kepada Marren dan menyerangnya. Mengira Marren telah kalah, Azel berusaha menendang Marren yang berusaha bangun dari jatuhnya dengan posisi duduk."Dasar perempuan jalang! Sialan!" umpat Azel seraya menyerang Marren. Melihat kaki Azel yang melayang ke arahnya, dengan cepat Marren menangkap dan menariknya hingga tubuh Azel terjatuh di tanah yang telah basah akibat deburan ombak. Dengan kesal tanpa pikir panjang Marren menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Azel. Azel memekik histeris karena lelan berhasil di pecundangi Marren. ''TUTUP MATA KALIAN!" Pekik James dengan suara menggelegar. Spontan para pengawal yang melingkari Marren dan Azel membuang muka serta
Marren menyusun rencananya dengan matang, seraya ia memaksa makan secukupnya.la berpura-pura ke kamar mandi, dengan berjalan membungkuk dia mengakali CCTV ruangan itu untuk membawa map perjanjian yang di berikan James padanya. Dalam kamar mandi Marren memfoto semua berkas itu dan mengembalikan semuanya dengan rapi.'Semoga Pak Jack bisa mengirimkan ini pada Arsan atau kak Arland. Dan dengan begini, bukti semua sudah ada di tangan kami," pikir Marren dengan memantapkan hati. ''Dan sekarang adalah Azel! Saya harus memastikan sendiri sebelum Saya bisa keluar dari tempat ini. Saya benar-benar merasa ada sesuatu yang tidak beres. Wajahnya yang pucat itu benar-benar pucat atau hanya sekedar make up? Kuku itu, Saya benar-benar tidak nyaman melihat kuku-kuku panjangnya," gumam Marren dalam benaknya. Marren memanggil pengawal yang menjaga pintu kamarnya untuk membawanya ke kamar Azel, dengan dalih ingin menjenguk gadis itu dan ingin meminta ob
James terkekeh, "Oh, maaf, Saya sudah terbiasa dengan sebutan itu untuk Si Tua Ryzardr," ia kembali terkekeh. ''Jadi aku pun terbiasa menyebut para orang tua itu seperti itu. Dan... ya, dalam surat wasiat kakekmu, pewarisnya harus tetap dalam keadaan hidup. Jika tidak ada satu pun pewaris Mahendra dalam keadaan hidup maka semua kekayaan milik Mahendra akan di serahkan kepada pemerintah untuk di kelola untuk badan amal. Tentu saja kami tak rela!" "Kami?" sela Marren yang membuat James tampak gelagapan karena terlepas bicara. "Ah, maksudku Si Tua Ryzardr dan mereka itu," sahut James terbatuk batuk dan membuatnya melemparkan rokoknya dengansembarangan di atas asbak alam. Pria itu menggerutu dan menggeram kesal karena batuknya, namun Marren mengetahui bahwa Pria itu hanya sedang mengalihkan perhatian Marren."Bagaimana Anda tahu isi surat wasiat itu?" lanjut Marren menelisik. ''Pengacara kakekmu membacakannya dalam sidang dewan
Jantung Marren seolah berhenti berdetak menatap apa yang ada di hadapannya. Sebuah poster besar yang berasal dari foto Arsan dan seorang wanita cantik mengenakan pakaian serba putih selayaknya mereka sedang foto pranikah. Dan yang paling membuatnya begitu terkejut hingga membeku, ia menatap. sosok seorang perempuan itu kini terbaring lemah di sebuah ranjang dengan mata tertutup dan berselimut tebal. Wajah pucat perempuan itu terlihat tirus dan sangat menyedihkan. "Dia....?" ucap Marren begitu tercekat. "Ya, dia putri Saya. Azel. Sejak bajingan itu mencampakkannya dia melewati hari-harinya hanya seperti ini. Apa kau pikir Saya akan diam saja melihat putri Saya melewati hari-harinya terbaring lemah seperti ini? KAU PIKIR AKU HARUS DIAM SAJA!'' James meninggikan suaranya seolah terlepas ucapan hingga mengejutkan Azel dan membuat gadis itu membuka matanya dengan sayu. 'Sayang, Sayang, maafkan Daddy, Nak? Maafkan Daddy... Daddy tidak berm
"Bukankah sudah jelas siapa menantang siapa?" sahut Marren berdiri bersedekap.Kedua pengawal yang berdiri di belakang Marren bergerak maju, namun di tahan oleh gerakan tangan James. "Kau sungguh herani, Nona. Ya, kau memang benar-benar keturunan si Mahendra itu," sindir James terkekeh memuji sikap Marren seraya bertepuk tangan. ''Saya bukan Nona. Saya adalah Nyonya Arsan Ryzardr !" ucap Marren meralat ucapan James sekaligus menegaskan. "Aaa... Ya, ya, hari ini, detik ini kau masih menyandang status itu. Tapi lihat saja nanti bagaimana kau akan sangat membenci statusmu setelah kau mengetahui semua tentang pria itu, suamimu!" sela James sebelum ia kembali melahap sepotong besar daging dengan nikmatnya. ''Apa maksud Anda? Tolong jangan berbelit-belit," sahut Marren dengan tidak sabar. James menggerakkan tangannya kepada salah satu pengawal yang ada di belakangnya, lalu pria berbadan kekar itu membawa sebuah laptop dan meletakkannya di atas meja. James mengetik pada benda kotak ters
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.