Melati terlihat sangat cantik sekali dengan gaun yang dipakainya. Begitupun dengan Devan yang terlihat tampan dengan mengenakan jazz."Mas....!" panggil Melati "Aku sudah siap!" ujarnya. Devan pun langsung terpukai melihat penampilan Melati malam ini yang terlihat sangat cantik sekali."Hhhmmm ya sudah ayoh kita berangkat sekarang!" ajak Devan. "Iyah mas....!""Dimana yang lain, apa mereka berdua sudah berangkat?" tanya Melati."Iyah mereka sudah berangkat lebih dulu." "Oh begitu yah, pasti karena aku dandan terlalu lama makanya mereka berangkat lebih dulu!" ujar gadis itu. "Tidak begitu Melati, mungkin mereka ingin menghabiskan banyak waktu berdua makanya berangkat lebih dulu! Sudahlah jangan memikirkan sesuatu yang tidak-tidak, sebaiknya kita pergi sekarang!" ujar Devan.Sementara itu Sintia dan juga Rifaldi sudah sampai lebih dulu. "Mas, sebaiknya kita menunggu kak Devan dan juga mba Melati di dalam saja!" ajak Sintia."Ya sudah ayoh kita masuk sekarang!" sahut Rifaldi.Mereka
Rifaldi pun terus saja memandang ke arah wanita itu berada, dia ingin memastikan lagi apakah wanita yang dilihatnya itu benar-benar sheril atau bukan. "Aku yakin tidak salah orang, dia itu sheril pacarnya kak Devan dulu!" ujar Rifaldi semakin yakin. "Tapi apa yang sedang dia lakukan disini? bersama seorang pria! Aku tidak menyangka kalau akan bertemu kembali dengan sheril di tempat ini!" ujarnya."Tapi sepertinya kak Devan belum melihat keberadaan sheril disini, kalau dia sudah melihat pasti dia sudah meminta kita untuk pergi dari sini." ujar Rifaldi dalam hatinya."Mas,, kamu kenapa?" tanya Sintia yang membuyarkan lamunan pria itu. "Tidak apa-apa, aku baru saja melihat teman yang tadi aku cari!" "Terus sekarang dimana dia?" tanya sintia sambil menoleh."Sekarang sudah tidak ada, dia sudah pergi lagi!""Kamu tidak sedang membohongi aku kan mas?" tanya gadis itu. "Tidak.... kenapa kamu bisa berpikir kalau aku ini bohong!" "Ya aku hanya takut saja kamu sebenarnya mencari alasan unt
Saat di dalam mobil Devan terlihat diam saja tanpa banyak bicara. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu setelah bertemu dengan masa lalu nya itu. "Dunia itu memang sempit yah mas, aku gak nyangka loh kalau mba sheril itu ternyata temen kamu! padahal tadi saat di toilet aku sempat ketemu sama dia dan sedikit berbincang!" ujar Melati."Kamu kenapa diam saja mas?" tanya gadis itu polos."Tidak apa-apa!" sahut singkat pria itu. "Aku harus ketemu sama Devan dan bicara sama dia, aku harus ngejelasin semuanya sama Devan kenapa alasan aku ninggalin dia dan lebih memilih menikah dengan mas Reno, aku gak mau Devan jadi benci karena salah paham!" ungkap sheril dalam hatinya. "Jujur rasa cinta aku terhadap Devan masih sama seperti dulu, aku masih sangat mencintai dia dan hati aku ini masih Devan pemiliknya. Aku senang sekali karena akhirnya bisa bertemu dengan Devan kembali!" Sheril pun mengambil handphone miliknya dan mulai mengirim pesan singkat pada Devan. Ternyata selama ini sheril masih
Melati yang mendengar hal itu pun terdiam sejenak. "Kenapa aku harus ikut?" tanya gadis itu polos."Kamu sudah menjadi istriku sekarang ini, aku tidak ingin kalau nantinya akan timbul masalah!" ujar Devan. Melati pun tersenyum kecil..."Baiklah mas, aku akan ikut bersama kamu besok!" sahut Melati."Lebih baik kita pergi tidur sekarang, karena ini juga sudah larut malam! pasti kamu juga merasa lelah kan mas?" ajak gadis itu. Devan pun mengangguk tanda setuju lalu pergi dengan cepat menyusul Melati masuk. Devan pun melihat ke arah sofa yang dimana disana sudah ada selimut dan juga bantal. "Siapa yang akan tidur di sofa?" tanya pria itu. "Ya aku lah mas siapa lagi, kamu ini ada-ada saja bertanya seperti itu!" sahut Melati."Kenapa kamu tidur di sofa Melati? kenapa tidak di tempat tidur saja?" "Kenapa aku harus tidur di kasur, bukannya di rumah juga kita tidur dengan posisi seperti ini mas? kamu tidur di tempat tidur dan aku tidur di sofa sama seperti yang kita lakukan saat di rumah
Setelah selesai sarapan Melati dan Devan pun langsung pergi untuk bertemu dengan Sheril. Begitu juga dengan Rifaldi dan Sintia yang pergi berjalan-jalan keliling Bali. "Sebaiknya kita tidak usah jadi bertemu dengan dia, kita pergi jalan-jalan saja bagaimana?" ujar Devan yang masih ragu. "Loh kenapa mas, kalau nanti sheril sudah menunggu kamu disana bagaimana? Kasian kan kalau dia sudah menunggu tapi kamu malah tidak datang.!" sahut Melati."Aku belum siap bertemu dengan dia setelah apa yang sudah terjadi, selama ini aku sudah berusaha untuk melupakannya dengan tidak mengingatnya kembali apapun itu tentang dia! ujar pria itu "Dan sekarang dia datang lagi lalu mengajak aku untuk bertemu!" "Mas, kamu harus bisa menahan emosi kamu ini. Kalau kamu tidak datang justru nanti sheril akan berpikir kalau kamu masih punya perasaan sama dia, kamu takut untuk bertemu dengan dia! yang ninggalin dia itu bukan kamu mas, tapi dia sendiri yang menjauh dari kamu! ujar Melati mencoba meyakinkan suamin
Dengan bibir yang bergemetar Sheril terus saja berusaha meyakinkan Devan. "Tidak Van, kamu salah Van. Aku orang yang selalu mencintai kamu dengan tulus. Hanya aku Van!" ujarnya tidak tahu malu.Devan pun tersenyum kecil setelah mendengar pernyataan dari mantan kekasihnya itu. "Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan suami kamu setelah bicara seperti itu? tanya pria itu kesal. "Kenapa bisa-bisanya kamu mencintai pria lain selain dari suami kamu sendiri! kalau pun memang kamu tidak mau, harusnya dari awal kamu menolaknya dan membicarakan soal hubungan kita pada kedua orang tua kamu. Tapi kamu lebih memilih diam dan menerima perjodohan itu bukan!" ungkap Devan. "Lalu sekarang kamu bertanya soal perasaanku terhadap kamu, harusnya kamu sudah tahu Jawabannya itu adalah kebencian! "Hanya terdiam kebencian di hati aku untuk kamu!""Baiklah sudah cukup aku tidak ingin mendengar nya lagi...!" pinta gadis itu. "Aku sudah mengerti sekarang van, kalau tidak ada celah sedikit pun untuk aku
Devan ternyata mengajak Melati ke sebuah pantai, yang memang Melati sangat suka dengan tempat itu. "Kamu mengajak aku ke pantai lagi mas!" ujar gadis itu sambil tersenyum bahagia."Iyah, bukannya kamu pernah bilang kalau kamu sangat suka dengan pantai Bali!" sahut Devan."Terima kasih yah mas...!""Ternyata kamu ini sangat perhatian dengan hal-hal kecil di sekitar kamu, buktinya saja kamu sampai tahu betul kalau aku sangat suka dengan pantai Bali!" ungkap gadis itu dalam hatinya sambil sesekali melihat ke arah suaminya itu. "Ayoh kita kesana!" ajak pria itu. Gadis itu pun langsung berlari ke tepi pantai sambil berjingkrak - jingkrak kesenangan, terlihat seperti anak kecil dan lucu sekali yang membuat Devan tersenyum melihatnya.Ternyata disana juga ada Rifaldi dan sintia, dan tidak sengaja bertemu dengan mereka berdua. "Haiii..!" sapa Sintia. "Haiii, kalian disini juga ternyata!" sahut Melati ramah. "Iyah kita disini, hmm kebetulan banget kita ketemu disini!" "Hhmm ya udah kala
Besok paginya Melati dan Devan sudah siap karena akan kembali ke Jakarta, begitu pun dengan Rifaldi dan juga Sintia. "Haii, selamat pagi sin!" sapa Melati dengan ramah. "Pagi ..!" sahut Sintia singkat dengan wajah yang terlihat ketus. Melati pun merasa sedikit heran dengan respon yang diberikan oleh Sintia. "Ada apa dengan dia? apa Sintia sedang marah padaku!" ujar gadis itu dalam hatinya."Ayoh kita berangkat sekarang!" ajak Devan."Iyah mas..!" Saat di dalam mobil Melati pun terus diam dan memikirkan perubahan sikap Sintia padanya.Devan yang sedari tadi memperhatikan pun langsung menegur gadis itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya pria itu. "Hhmm tidak ada mas!" ujarnya. "Jangan bohong, kamu pasti sedang memikirkan Sintia bukan? Kamu pasti bertanya-tanya kenapa sikapnya Sintia tidak seperti biasanya!" "Kok kamu bisa tahu sih mas? kamu bukan seorang peramal kan?" tanya gadis itu polos.Devan pun tersenyum kecil mendengar ucapan dari istrinya itu. "Aku juga punya mata