“Mama kenapa diam? ayo nanti papa yang antar kita pulang? ucap Clayton kembali. Clayton menoleh ke arah Rena yang sudah berdiri tidak jauh dari Hana. “Sus Rena pulang sama supir ya? soalnya Clay mau pulang sama mama diantar papa, naik mobil papa,” ucap Clayton.Rena pun segera mengacungkan jempolnya dengan senyuman di wajahnya. Namun ia segera sadar jika Hanna saat itu juga melirik ke arahnya. Rena tak peduli ia justru memalingkan wajahnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Clayton.“Ayo kita pulang,” ucap Kelvin kembali, ia membawa Clayton digendongannya menuju mobil.Sedangkan Hanna menatap ke arah Rena sebelum ia mengikuti langkah Kelvin. “Bagaimana kamu bisa membiarkan Clayton pergi bersamanya? Kenapa kamu tidak membujuknya untuk pulang bersama kita?” ucap Hanna. Ia terlihat kesal pada Rena.Namun Rena tersenyum seakan tak melakukan kesalahan apapun, karena memang ia tak melakukan kesalahan. “Maaf nona Hanna, aku hanya mencoba menuruti apa yang Clayton inginkan,” ucapnya.
Hanna yang kini berada di rumah membaringkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan banyak hal yang menjelajahi seluruh otaknya.“Aku lelah, aku benar-benar merasa lelah jika terus-terusan berada di dalam masalah seperti ini. Bagaimana bisa aku membiarkan Kelvin kembali bersama Clayton, setelah ia menyia-nyiakan kami, setelah ia menghancurkan hidupku sedemikian rupa. Dan juga bagaimana bisa aku bertahan di rumah ini terus menerus, di rumah orang yang telah membuat aku tidak bisa bertemu dengan ibuku untuk selamanya.Ya Tuhan, kenapa kau berikan cobaan yang terlalu berat bagiku. Mana kebahagiaan yang kau janjikan padaku, Tuhan?” gumam Hanna.Tok tok tok Suara ketukan pintu terdengar, lalu terbuka dengan perlahan. “Mama sedang apa?” tanya Clayton.Kedatangan Clayton membuat lamunan Hanna seketika buyar. Ia menoleh ke arah pintu di mana sang anak berdiri di ambang pintu menatap ke arahnya. Lalu Hanna pun tersenyum ke arah Clayton. “Masuklah sayang, kenapa kamu ber
Hana terdiam sejenak, ia merasa ragu dengan ucapan mbah Ruti akan ceritanya itu“Jika ayahku sudah bertunangan sebelum mengenal ibuku, kenapa ibuku juga menerimanya. Dan kenapa mereka tega menyakiti hati orang lain. Sejahat itukah kedua orang tuaku?” ucap Hanna.“Tidak, mungkin kami yang terlalu tutup mata dengan alasan Andi. Karena waktu itu kami benar-benar tidak tahu jika semua akan menjadi seperti ini. Aku tidak menyangka di usia Arumi yang baru sembilan belas tahun bisa mencintai Andi, hingga dia rela melakukan apapun.Seiring berjalannya waktu, kami pun mengetahui jika Andi adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja statusnya yang sudah memiliki tunangan membuat kami berat untuk menerimanya,” jelas mbah Ruti.“Bukankah kau bilang ayahku punya alasan kenapa dia meninggalkan tunangannya. Apa alasannya?”“Tunangan ayahmu berselingkuh, dan saat itu perselingkuhan Mereka pun dilihat langsung oleh Andi,” jawab mbah Ruti. “Lalu bagaimana bisa ayahku bertemu dan mencintai
Kakek Aditya seperti kesulitan bernafas. Tentu hal tersebut membuat panik semua orang di dalam mobil.Tak berselang lama kakek Aditya pun memejamkan mata, denyut nadinya pun semakin melemah, semakin membuat kepanikan. “Abi cepatlah! bisakah kamu membawa mobil ini lebih cepat lagi!” pekik mbah Ruti meminta sang sopir, agar mengendarai mobil lebih cepat. Abi tak menjawab, ia hanya fokus membawa mobil agar segera sampai ke rumah sakit.Mbah Ruti menggenggam tangan kakek Aditya, ia menatap sang suami dengan tangisannya. “Aku mohon bertahanlah untukku. Jangan membuat aku ketakutan seperti ini, Aditya,” ucapnya, lalu mencium tangan sang suami.Mereka pun sampai ke rumah sakit, dan saat itu juga kedatangan mereka langsung disambut oleh para perawat dengan tergesa-gesa, Kakek Aditya pun langsung dimasukkan ke ruang ICU.“Aku mohon Aditya, kamu harus bertahan demi aku. Jangan tinggalkan aku, aku tidak bisa jika harus terus kehilangan orang yang aku sayangi,” gumam mbah Ruti, sambil menatap r
Hanna yang masih ingin mencari tahu kebenaran tentang kisah orang tuanya pun setia mendengar cerita Sari.arumi yang melihat keseriusan Hanna dalam mendengarkannya pun tersenyum, lalu melanjutkan ceritanya.“Saya sempat mendengar pertengkaran mereka waktu itu. Waktu itu nona Arumi bilang jika dia tidak akan pernah menganggap tuan Aditya, dan mbah Ruti sebagai orang tuanya lagi. nyonya Trihapsari sudah meminta kepada nona Arumi agar tetap membawa keluarga suaminya datang kemari, meski tuan Aditya sangat keras kepala, dan belum bisa menerima suaminya.Tapi nona Arumi justru menolak dan mengatakan jika ia tidak membutuhkan orang tua lagi, dan saat itulah tuan Aditya pun sangat marah, hingga akhirnya mengancamnya. Ancaman yang akhirnya ia sesali setelah Nona Arumi pergi meninggalkan rumah, karena setiap hari, setiap jam, dan bahkan hampir setiap menit nyonya Trihapsari selalu menyalahkannya.Namun meski disalahkan olehnya nyonya setiap hari, tuan Aditya tetap kekeh dengan amarahnya. Tuan
“Tidak nek, aku benar-benar meminta maaf padamu atas keegoisanku,” sahut Hanna, lalu ia pun menyeka pipi wanita tua tersebut yang sudah basah oleh air mata.Akhirnya terukir sebuah senyum di wajah tua tersebut. “Hanna Maafkan nenek,” ucapnya yang langsung memeluk Hanna.Mereka pun menunggu kabar tentang keadaan kakek Aditya, hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan ICU. Mereka bergegas menghampiri dokter tersebut.“Dokter, bagaimana keadaan suami saya?” tanya mbah Ruti.“Keadaannya kritis bahkan untuk saat ini dia berada dalam keadaan koma,” ucap dokter tersebut. Bagai petir yang menyambar di siang hari mbah Ruti langsung terasa lemas. Kaki tuanya tak bisa lagi menopang tubuhnya, ia limbung dan jatuh di pelukan Hanna. “Nek, kamu baik-baik saja kan?” ucap Hanna.“Tidak, aku tidak baik-baik saja jika Aditya meninggalkanku, dia harus selamat,” ucap mbah Ruti. Lalu sebisa mungkin ia menggapai tangan sang dokter. “Dokter, tolong selamatkan suamiku, bantu dia untuk tetap bertaha
Keadaan pun semakin penuh kepanikan, dokter segera meminta beberapa suster untuk masuk membantunya. Sementara Hanna dan mbah Ruti diminta untuk segera keluar. Mereka harus mencoba untuk menyelamatkan kakek Aditya.“Tunggulah di luar. Biarkan kami mengerjakan tugas kami,” ucap sang dokter.“Tapi aku ingin menemani suamiku, aku tidak ingin ditinggalkan olehnya,” sahut mbah Ruti yang menolak untuk keluar ruang icu.“Nenek, ayo kita keluar, biarkan dokter bekerja dengan baik,” ucap Hanna membujuk mbah Ruti.“Tidak Hanna, aku akan menemani Aditya. Aku tidak akan keluar dari tempat ini.”“”Nenek Tolonglah mengerti, jika kita di sini maka dokter akan kesulitan untuk menangani kakek,” ucap Hanna kembali. Ia terus membujuk mbah Ruti, hingga akhirnya mbah Ruti menurut dan ia pun mau keluar dari ruangan tersebut.Mbah Ruti pun melangkah keluar ruangan. Iya terlihat sangat sedih saat meninggalkan sang suami. Ia melihat di sana para dokter pun tengah berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan kak
Kelvin merasa sangat sedih melihat anak sekecil Clayton yang dengan tabah, menerima kepergian orang yang ia sayangi.Kelvin mengusap kepala Clayton, lalu ia pun mengangguk. “Tapi ingat, saat dekat kakek nanti Clayton nggak boleh menangis, karena itu akan membuat kakek sedih melihatnya, oke?” ucap Kelvin.Clayton pun mengangguk, lalu mereka pun menuju ke jenazah kakek Aditya yang sudah ada di dalam keranda.‘Apa yang ingin dia lakukan,’ batin Hanna saat melihat Kelvin mendekati keranda kakek Aditya. Namun Hanna pun tidak bisa melarangnya dan hanya memperhatikan dari jauh.Kelvin pun membuka sedikit penutup karanda tersebut. Clayton pun tidak mempertanyakan keadaan kakek Aditya yang sudah terbungkus kain kafan, karena Kelvin sudah memberitahu ia sebelumnya tentang hal tersebut.“Kakek selamat jalan. Semoga kita bertemu lagi nanti di surga ya, kek. Kakek yang tenang dan bahagia di sana ya?” ucap Clayton sambil melambaikan tangannya, seolah sebagai tanda sebuah perpisahan dengan sang kake