Share

Bab 6 Semakin Dekat dan ...

'Pria ini benar-benar tahu banyak tentangku? Siapa dia sebenarnya?' Batin Yumna bertanya-tanya.

"Sudah kubilang 'kan? Seminggu tiba di Indonesia aku langsung ketemu bidadari yang bisa bikin jantungku berdebar? Dan aku rasa kamulah satu-satunya perempuan yang bisa bikin aku percaya diri," sahut Almeer menoleh dan tersenyum pada Yumna yang membelalakkan matanya.

Lagi-lagi pria yang baru dikenalnya satu jam lalu itu tahu segala tentang dirinya. Yumna tak bisa berkata-kata lagi, bahkan tak berniat menggerutu dalam hati. Bibirnya terkatup rapat dan melangkah menuju sebuah ruangan yang terdapat 6 brangkar di dalamnya.

Satu di paling pojok bernomor 2A terbaring seorang pria tua yang hampir seluruh rambutnya telah putih. Matanya terpejam dengan beberapa alat medis melekat di tubuh. Dia tampak tenang dan damai dalam lelapnya.

Yumna menyentuh telapak tangan keriput yang tak terpasang jarum infus dengan lembut, sambil memanggilnya lirih, "Bapak?"

Kelopak mata berkerut itu mulai terbuka dan seulas senyum tercetak di bibir pucatnya. Tangan Yumna dibalas dengan genggaman lemah. Menyadari ada seseorang yang sedang berdiri di sisi lain brangkar, dia menoleh. "Siapa dia, Na?" tanyanya.

"Saya Almeer Baldwin, Pak!" jawab pria berjas hitam itu maju dan menjabat tangan Qais, ayah Yumna.

Pria sepuh itu melirik pada Yumna yang menunduk dan tersipu.

"Maaf, Pak Qais! Kedatangan saya kemari adalah ingin meminta putri Bapak untuk menjadi istri saya!" Jelas, tegas, dan penuh keyakinan tanpa basa-basi pria bule itu mengatakannya.

"Apa?"

"Pak Almeer?" desis Yumna bersamaan dengan pekikan ayahnya.

Qais melepaskan tangan Yumna dan memegang dadanya. Napas sedikit tersengal tapi kemudian tersenyum menatap wajah Almeer yang terlihat teduh.

"Apa yang membuatmu tertarik pada putri saya yang sudah tak muda lagi ini?" tanyanya membalas genggaman Almeer di tangan kirinya.

"Tak ada alasan yang bisa saya katakan jika hati sudah berbicara, Pak!" jawabnya lugas sambil menyentuh dada.

Nada bicara Almeer tak seperti sedang mengobral janji manis, Yumna sampai melongo dibuatnya. Tak berkedip menatap wajah tampan beralis tebal berhidung mancung di depannya.

"Apakah Yumna melakukan kesalahan di Perusahaan Anda, Pak? Sehingga dia harus membayar semua kesalahannya dengan menjadi pemuas nafsu Anda?" balas Qais menatap tajam dengan penuh intimidasi. Seolah mengerti permainan yang sedang diperlihatkan di depannya.

"Justru sayalah yang membuat kesalahan, Pak! Hampir saja salah satu karyawan melecehkan putri Bapak, itu karena kelalaian saya sebagai pimpinan. Karena itulah saya ingin memperbaikinya dengan menikahi Yumna!"

Pandangan Qais berpindah pada putri semata wayangnya dengan sedikit berembun.

"Kamu menyembunyikan dari Bapak, Na? Kamu diapakan?" tanya Qais hati-hati sambil menggenggam lagi tangan Yumna.

Wanita berhijab itu menggeleng hingga sisi kerudungnya di pundak tergerai ke dada. Dia menatap sendu dan membungkuk memeluk ayahnya. Terisak di dada yang menonjolkan garis-garis tulang rusuk Qais.

"Enggak Pak! Nana selamat berkat Pak Almeer, Beliau menyelamatkan Na sebelum lelaki itu menyentuh Na!" isaknya menjelaskan.

"Lalu kenapa Anda malah ingin menikahi Yumna? Apakah Anda akan menjualnya lagi untuk bisnis Anda?" cecarnya pada pria yang menggeleng kuat itu.

"Saya memiliki sebuah penyakit sejak lama. Penyakit di mana saya takut akan ketidaksempurnaan yang ada dalam diri saya. Termasuk kegagalan usaha saya. Merasa rendah dan kecil jika melakukan kesalahan. Kesalahan saya sekarang adalah tidak mampu mempekerjakan seseorang. Biasanya saya akan murka dan tak peduli dengan siapa pun. Akan memecat mereka semua. Tapi kali ini, dengan Yumna. Semuanya berbeda, gejala penyakit saya menghilang berada di dekat Yumna. Emosi saya luluh lantak dan teredam oleh ... sesuatu yang berada pada putri Bapak, cinta!" ungkap Almeer panjang lebar.

Yumna menegakkan badannya dari menelungkup di dada sang ayah. Memindai wajah atasannya dengan seksama. Tak ada kebohongan di sana. Hanya sebuah kesedihan dan sedikit berembun sepasang netra kecoklatan itu.

"Mungkin Anda tidak mengerti apa yang saya jelaskan. Yang terpenting adalah perasaan saya, hati saya telah menunjuk Yumna sebagai perempuan yang berbeda. Saya yakin dengan perasaan saya bahwa Yumna benar-benar belahan jiwa saya," lanjutnya dengan menatap tepat di manik mata Qais penuh keyakinan.

"Na ... ijinkan Bapak menceritakan semua tentangmu padanya, ya?" Qais menelisik wajah putrinya yang tertunduk tajam.

Guratan kecemasan dan ketakutan masih jelas terpancar dari sorot matanya. Anggukan samar sebagai penanda Yumna setuju dengan aibnya akan dibuka pada Almeer. Mungkin akan kembali menorehkan luka.

"Jadi ... Yumna pernah melahirkan seorang bayi?" tanya pria yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu sedikit terkejut.

Dia telah mendengar semua penyebab trauma yang dialami karyawati kantornya hingga memutuskan tak mau menikah dengan siapa pun.

Qais mengangguk, mengusap kepala Yumna yang telungkup di sisi tubuhnya.

"Jika Anda tidak masalah dengan trauma dan aib Yumna di masa lalu. Ijinkan saya mengajukan satu syarat pada Anda, Pak!"

Yumna langsung mengangkat kepala menggeleng kuat, menolak ucapan sang ayah. Dia belum mau mengubah keputusannya untuk tidak menikah. Bayangan buruk itu masih ada.

"Dengar, ajak Pak Almeer ke makam Bunda. Dan shalatlah istiharah minta petunjuk pada Allah, Na! Kamu harus ada yang menjaga sebelum Bapak tiada. Jadi, jika kamu yakin dengan Pak Almeer, terima dia. Bapak percaya Beliau ini orang baik dan jujur. Dari awal Bapak sudah bisa merasakannya, Na! Yakinlah kamu pasti sembuh dari ketakutan itu jika kamu menjadi istri Pak Almeer, hem?" pungkas Qais panjang lebar sambil menepuk-nepuk lengan Yumna.

"Pak Almeer, saya hanya berpesan satu hal. Pernikahan adalah janji yang dibuat langsung oleh Allah pada hamba-Nya. Ikatan suci yang jika dinodai kesuciannya maka Arsy Allah di langit akan berguncang. Jagalah janji dan ikatan bersama putri saya apapun kekurangannya." sambungnya menepuk sekali pundak pria yang mengangguk pasti, lalu meremasnya pelan.

Almeer menoleh pada Yumna yang menggeleng dan sesenggukan.

Sore itu, keduanya langsung menuju pemakaman umum di pinggiran kota, dekat dengan rumah lama Yumna. Perjalanan sekitar dua jam dengan mobil berkecepatan sedang. Sang CEO sendiri yang melajukan kendaraan sedan mewahnya membelah jalanan sepi.

"Apa mahar yang kamu inginkan dariku, Na?" tanya Almeet melirik sekilas pada Yumna yang juga menoleh padanya, "boleh 'kan aku panggil kamu seperti Bapak memanggilmu? Nana? Terdengar lebih menggemaskan," kekehnya memecah keheningan di dalam kabin yang sunyi selama perjalanan.

"Terserah Bapak saja!" balas Yumna datar memandang ke arah luar dari jendela sampingnya.

"Kok masih panggil Bapak? Apa aku setua itu di matamu?" Pria di balik kemudi itu kembali menoleh pada perempuan yang entah mengapa terlihat semakin menggemaskan baginya.

"Berhenti di sini, Pak!" Yumna tiba-tiba berteriak dan menggoyangkan lengan Almeer.

"Sudah sampai?" Pemilik perusahaan di beberapa negara itu menghentikan kendaraannya di tengah jalan. Memperhatikan gerak gerik Yumna yang seperti gelisah, terus menggeleng lalu menggigiti kuku jarinya.

"Hei! Nana? Tenanglah! Kamu lihat sesuatu?" Pria itu melepaskan seatbelt-nya lalu duduk menyerong menghadap Yumna.

"Tidak, jangan! Padamkan apinya! Jangan!" isak Yumna mengangkat kaki ke atas jok dan memeluk lututnya. Menutup telinga dan menenggelamkan wajah di antara paha.

Almeer membawa tubuh gemetaran Yumna ke dalam pelukan. Dadanya bergemuruh ikut merasakan sesak yang mungkin sedang dirasakan perempuan itu.

"Tenang, sudah aman! Kamu bersamaku. Tenanglah!" kata Almeer lembut, penuh kasih sayang sambil mengelus kepala Yumna yang berada di dadanya.

"Kembalikan bayiku! Dia anakku! Bayiku ...," racaunya perlahan lemah tak berontak dan tqk meronta lagi.

Aroma tubuh atasannya itu seperti obat penenang, dekapannya seolah pelukan sang bunda, tutur katanya bagai nasehat seorang bapak untuk Yumna.

Perlahan wajah ayu bersih belum berkeriput itu mendongak. Pandangan dua pasang netra bertemu, semakin dekat dan ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status