Share

Ingatan-ingatan

Aku menangis di pangkuan Sinna.

Sinna membiarkan aku menumpahkan kesedihan, tangannya tak henti mengelus punggung ku dan tangannya yang lain mengelus puncak kepala ini.

Beberapa saat kemudian tangisku mereda.

“Kamu bisa cerita nanti, sekarang isi dulu perutmu, ayo!” bujuknya seperti ibu yang sedang membujuk anaknya yang males makan.

Sinna mengangkat kedua bahu ku dan kembali membaringkan di atas tumpukan dua bantal. Lalu, ia kembali mengangsurkan gelas kecil itu.

Aku menutup mata setelah Sinna memaksaku memegang gelas kecil ini.

“Minum!” paksanya pelan.

Aku meminum cairan manis yang telah dicampur dengan air hangat itu. Berikutnya, Sinna memaksaku menghabiskan sup ayam, jus jeruk, puding dan kue yang disajikannya.

Kalau bukan karena dipaksa dan diawasi Sinna dengan ketat, mungkin aku akan memuntahkan semua makanan ini karena kerongkongan ini seolah menolaknya. Berulang kali aku harus memaksa tenggorokan ini untuk melakukan gerak menelan.

Beberapa saat kemudian Sinna bertepuk tangan ri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status