Share

Selamat Datang di Anbar

Seketika mata ini terpejam. Lalu, dengan reflek, aku mengantisipasi tarikan memanjang ke belakang itu dengan merapatkan tubuh dan kepala ini ke dinding lift yang ada di belakangku.

Kedua tangan ini mengepal erat.

Aku mengetuk-ngetukkan kepala ini dengan pelan ke dinding lift tiga kali.

Oh!

Ternyata kepala ini tak memanjang dalam arti yang sesungguhnya, hanya tarikan ke arah belakang ini yang membuatku merasa kepala ini memanjang.

Sebenarnya tarikan ke belakang ini tidak menimbulkan rasa sakit yang gimana gitu, hanya saja, tarikan ini memberikan rasa tidak nyaman, tidak menyenangkan dan tentu saja membingungkan, aku seperti hilang arah.

Aku terus dalam posisi merapat ke dinding, memejamkan mata dan mengepalkan kedua telapak tangan sambil sekuat tenaga menahan tarikan ini.

Lama-lama tarikan yang bergerak makin cepat ini menimbulkan rasa pusing dan mual.

Agh!

Eh!

Mendadak telinga ini menangkap suara terkekeh pendek.

Bukankah itu suara Daffar?

Ah!

Iya.

Aku sampai lupa kalau saat ini aku b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status