Share

Tabir Cahaya Merah

Aku terus mengikuti langkah Daffar yang tak pernah melepaskan genggaman tangannya.

“Daffar, apa aku bisa menggunakan telepon untuk mengetahui keberadaan Allen di sini?” tanyaku mendadak teringat bagaimana gadis itu menghubungiku.

“Tidak, kedua benda itu tidak akan bisa digunakan di sini,” jawab Daffar lugas.

“Tapi, tadi bisa?” kejarku merujuk pada telepon Allen sebelumnya.

“Anbar menempel dengan Shrim dan kota-kota lain yang ditinggali manusia. Bisa jadi, posisinya yang menempel membuat kedua telepon itu berada dalam satu gelombang sinyal. Tapi, sebenarnya, kemungkinan keberhasilan sambungan telepon itu satu dibanding ratusan peluang,” jelas Daffar dengan suara berbisik.

Ah ... berarti, telepon Allen tadi adalah satu dari sekian banyak keberuntungan.

Jantungku berdetak turun naik akibat kekhawatiranku yang sampai detik ini belum menemukan tanda-tanda keberadaan Allen dan Aaron.

Kami terus berjalan dalam kegelapan dengan hanya diterangi dengan bola cahaya gaib dalam genggaman tangan in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status