"Joan kamu!" "Apa?" Joan semakin berani, dia malah merengkuh tubuh Alexa. Pria itu terasa candu dengan aroma tubuh sang istri. "Jo, jangan," ujar Alexa. Alexa mencoba mendorong tubuh Joan. Namun, suaminya semakin posesif menciumi lehernya. "Jo," pintanya lagi. Akan tetapi, Joan tak mendengar permintaan Alexa dan malah kembali' membungkam mulutnya dengan bibirnya. Tidak ada pilihan lain, Alexa malah menyambut bibir Joan. "Non, Nin Lexa di panggil Tuan buat makan dulu." Seketika Alexa mendorong Joan, dan menjawab panggilan Bibi. "Iya, Bi. Aku keluar nanti." Joan hanya tersenyum melihat sang istri yang gugup. Apalagi saat keduanya saling pandang. Alexa malu dan menunduk. "Ayo kita keluar, nanti papa mama curiga." "Curiga? Kenapa?" "Eh, iya. AHh, Joan. Ayo keluar." "Iya, tapi lagi nanti ya," goda Joan. "Ish, apa sih." Alexa menarik tangan Joan keluar, lalu dari kamar untuk makan bersama kedua orang tua Alexa. Sejak ciumannya terbalas, Joan merasa lega sepertinya Al
Tangan Joan bergerak cepat untuk mengirim pesan pada Julius—salah satu teman yang bergabung dalam klub mobil di Jakarta. Dari tempatnya, Joan bisa melihat Julius memandangi ponsel miliknya lalu menatap ke arah Joan. Terlihat pria yang berada di samping Frans mengangguk tanda dia mengerti dengan apa yang ada di pesan masuk ponsel miliknya. Joan bisa bernapas lega karena saat bertatapan dengan Julius, ia sudah mengingatkan agar pura-pura tidak kenal dengannya. Dan pria itu mengerti dan mengikuti apa yang diminta temannya itu. Frans terkesiap karena melihat Alexa bersama Joan. Lagi-lagi otaknya tidak bisa bekerja sama. Hati begitu panas melihat Joan memperlakukan mantan kekasihnya begitu manis. Ada penyesalan, tapi dia pun merasa enggan mengakuinya. Sementara, Alexa mencoba menenangkan diri dari tatapan Frans yang membidiknya dengan tajam. Joan membantunya duduk dan memberikan beberapa menu makanan. Sangat manis dan romantis apa yang dilakukan oleh suaminya. Jadi, untuk apa berpal
Ruangan dengan cat coklat dengan udara dingin tanpa AC cukup membuat tempat itu nyaman bagi Joan untuk melakukan berbagai kegiatan pemantauan restoran yang tiap Minggu sekali ia kunjungi. Kali ini sengaja ia datang dan mengajak Alexa sekalian untuk memeriksa restoran dan penginapan miliknya. Julius sudah duduk di hadapannya dengan banyak pertanyaan yang akan ia ajukan pada Joan. “Nggak pernah bertemu, sekali bertemu sudah menggandeng perempuan. Buat masalah pula,” ujar Julius. Joan hanya tertawa, mereka pernah bekerjasama bersama dalam satu pekerjaan. Julius yang seorang pengusaha muda dengan omset yang luar biasa untuk beberapa usahanya. Sementara, Joan pun tidak kalah sukses dari Julius. “Wanita itu pacar lu, apa bagaimana? Frans mengamuk mengatakan lu merebut kekasihnya.” Julius sangat penasaran dengan kejadian tadi. Lagi-lagi Joan tertawa mendengar apa yang terlontar dari mulut Julius. Apa yang dikatakan Frans membuat ia tidak habis pikir apalagi tingkahnya yang seolah-olah
Joan terpaksa keluar menemui sang ibu yang sudah tahu jika dirinya berada di Viila itu. Dengan wajah gelisah, pria itu menghampiri ibunya. "Ma, lagi apa di sini?" “Kamu bilang mama ngapain ke sini?Hah, kamu lupa kalau sebagian modal usaha ini ada uang mama?” Joan terkesiap saat wanita dengan blezer hitam itu sudah berada di hadapannya. Tidak menyangka jika liburannya harus seperti itu, bertemu dengan Frans juga sang ibu. Joan mengusap wajah kasar dan tak henti bergumam sendiri. Rasanya ia ingin berlari dan langsung membawa Alexa pergi menjauh dari tempat itu. Harusnya ia tidak datang dan berlibur di vilanya. Namun, karena sudah hampir sebulan dia tidak mengecek, akhirnyaia memutuskan untuk datang ke sana. “Jadi, saat pertemuan itu kamu kabur ke sini?” Lagi sang ibu tak henti berbicara. “Hai, Ma.” Joan mencium punggung tangan sang ibu dan mencoba mengalihkan apa yang sedang dibahas. Repot sudah jika semua terbongkar sebelum waktunya. Apalagi jika sang ayah tahu, semua akan beran
Sejak tadi Alexa gelisah menunggu Joan datang setelah sang suami pamit mencari makan. Wajahnya sudah masam saat berulang kali ia menghubunginya juga tidak ada jawaban. Ponsel itu menjadi sasaran saat untuk ke sekian kali ia mencoba menghubungi Joan. Benda dilempar ke ranjang. “Argh! Buat apa coba ngajak aku kesini kalau di tinggal kaya gini. Memang aku nggak bosan?” Alexa duduk menyenderkan tubuh. Tangannya meraih remot dan menyalakan TV yang sejak tadi hanya ia pandangi. Villa itu terlihat begitu megah untuk mereka berdua dan sejak datang Alexa pun sudah mencari tahu di pencarian ponsel jika harganya pun cukup mahal. Sejenak ia berpikir dari mana Joan memiliki uang untuk membayarnya. Alexa menoleh saat pintu terbuka dan muncul Joan dengan senyum khasnya. Gigi putihnya terlihat jelas saat ia melebarkan bibir. Alexa kembali menatap TV dan mengabaikan sang suami. Joan gegas menghampiri Alexa dan duduk sengaja di samping sang istri. Pria itu tahu kalau dia sedang marah. Terlihat
Frans sejak tadi sudah uring-uringan, dirinya merasa sangat cemburu dengan Joan. Alexa, wanita benar-benar membuat dirinya menyesal. Tapi, bagaimana bisa dia mendekatinya lagi sedangkan Joan pasti berada di garda depannya. "Sial!" ungkapan kesal Frans di dengan Deri. Deri menghampiri Frans, apa yang terjadi dengan Frans memang sudah sewajarnya. Dia yang membuang tapi malah seperti yang tersakiti. "Lu nyesel kan?" Deri bertanya tanpa melihat situasi."Lu nyalahin gue?" Frans menarik kerah baju Deri. "Santai Bro, bukannya lu ya g ninggalin. Jangan lupa kalau Lo juga mempermalukan dia di depan semua orang."Deri tersungkur saat Frans memberinya bogem mentah pada perutnya. Hampir saja Deri kembali menerima pukulan dari Frans jika Julius tidak datang. "Lu, kenapa sih Frans?" Julius menahan tubuh Frans yang hampir saja meluapkan kekesalannya Pada Deri. Sementara, Deri mencoba bangkit, dia tahu jika di balas pun Frans akan lebih parah. Bisa saja dia membalas ,hanya saja dia tak mau mem
Joan menghampiri Alexa yang sudah memendam bara api sejak tadi. Cemburu? Tentunya iya, tapi apa pun yang dirasanya. Dia mencoba menghilangkannya."Kamu sejak kapan di sana?" tanya Joan yang takut jika sang istri mengetahui apa yang dibicarakan olehnya. "Kenapa? Takut ketahuan kalau lagi berduaan sama perempuan lain? Lupa kalau sudah punya istri?" Marahnya Alex membuat Joan terkekeh, bukan marah tapi lebih tepat cemburu dengan keadaan. Namun, bagiamana pun bukan Alexa namanya jika mengakui hal itu. "Aku enggak takut ketahuan, malah seneng melihat kamu cemburu. Tandanya kamu sudah mulai cinta kan sama aku?" Joan menggoda Alexa, lalu menariknya pergi dari tempat itu dan masuk ke kamar lagi. Joan sebisa mungkin menjauhkan dirinya dari ibu kandungnya. Alexa merasa sakit saat Joan menariknya kencang. "Joan sakit tahu!" "Maaf, kita harus pergi dari hotel ini. Aku tidak mau bertemu dengan Frans, kamu mau aku kembali baku hantam dengannya?" tanya Joan."Bukan karena wanita itu?" "Wanita
“Sana, tidur di bawah!” Alexa dengan kasar melempar bantal pada Joan yang baru saja masuk ke kamar. Joan keheranan melihat kelakuan anak majikannya, baru saja mereka sah menjadi suami istri karena pengantin pria tiba-tiba pergi dari acara. Pihak wanita kebingungan, untuk menutup rasa malu dengan terpaksa Joan menerima membantu keluarga itu karena jika tidak, ia akan kehilangan pekerjaan sebagai sopir pribadi keluarga Raharja. “Jangan pernah berpikir, kamu menikah sama aku dan berpikir aku istri kamu! Aku nggak pernah akan menganggap kau suami aku, ngerti?” Joan tidak mendengarkan perkataan sang istri. Ia memilih merebahkan tubuh di sofa yang ada di kamar. Pikirannya sekarang begitu kacau saat ia kembali mengingat pernikahan pagi tadi. Alexa merasa kesal saat pria hadapannya, Joan malah memejamkan mata tanpa menjawab sepatah kata pun darinya. Ia kembali jengkel saat Joan seolah-olah tidak mau mendengarkan ucapannya dengan menutup seluruh tubuh dengan selimut. Alexa naik ke ranja