Share

Pura-pura Miskin ternyata sultan
Pura-pura Miskin ternyata sultan
Penulis: Galuh Arum

Nasib sial

“Sana, tidur di bawah!” Alexa dengan kasar melempar bantal pada Joan yang baru saja masuk ke kamar.

Joan keheranan melihat kelakuan anak majikannya, baru saja mereka sah menjadi suami istri karena pengantin pria tiba-tiba pergi dari acara. Pihak wanita kebingungan, untuk menutup rasa malu dengan terpaksa Joan menerima membantu keluarga itu karena jika tidak, ia akan kehilangan pekerjaan sebagai sopir pribadi keluarga Raharja.

“Jangan pernah berpikir, kamu menikah sama aku dan berpikir aku istri kamu! Aku nggak pernah akan menganggap kau suami aku, ngerti?”

Joan tidak mendengarkan perkataan sang istri. Ia memilih merebahkan tubuh di sofa yang ada di kamar. Pikirannya sekarang begitu kacau saat ia kembali mengingat pernikahan pagi tadi.

Alexa merasa kesal saat pria hadapannya, Joan malah memejamkan mata tanpa menjawab sepatah kata pun darinya. Ia kembali jengkel saat Joan seolah-olah tidak mau mendengarkan ucapannya dengan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Alexa naik ke ranjang dan mengambil ponsel di nakas. Ia merasa kesal saat Frans meninggalkannya di hari pernikahan mereka. Ia mengingat saat Frans izin untuk ke toilet. Namun, dia tidak kembali dalam waktu cukup lama.

Kegaduhan terjadi saat penghulu meminta acara segera di mulai. Ayah Alexa mulai panik dan meminta Joan menggantikan posisi Frans.

Alexa menutup mata, lagi-lagi ia tidak bisa tertidur. Malah, ia kembali mengingat Frans yang berjanji akan menikahinya.

“Aku hamil, Frans. Bagaimana? Aku nggak mau tahu, kita harus menikah!” Alexa mengancam Frans.

“Aku belum siap, lagi pula, pasti Papamu akan menghajarku. Dia nggak akan setuju dengan perumahan kita,” ujar Frans kala itu.

“Papa pasti setuju, ada janin di rahimku. Lagi pula, kamu harus tanggung jawab, Frans.” Alexa berteriak di hadapan Frans.

Mereka menjalin kasih baru satu tahun, tapi hal yang salah telah terjadi. Hubungan mereka tidak sehat saat kesalahan terbesar membuat mereka harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

“Gugurkan saja, setelah itu masalah kita selesai.” Frans memberikan solusi yang membuat Alexa tidak habis pikir.

“Gila kamu! Aku nggak mau menanggung dosa lagi,” tolak Alexa.

“Tapi aku belum siap, Sayang.”

Perdebatan demi perdebatan terjadi hingga Frans menyetujui pernikahan mereka. Pak Hanif murka mendengar sang anak hamil. Frans babak belur sampai akhirnya sang ayah menyetujui menikahkan mereka.

Lamunan Alexa tersadar saat ponselnya berbunyi. Ia hampir menangis saat melihat sebuah tulisan yang sengaja ia buat.

Selamat menempuh hidup baru.

Sengaja ia menulis itu karena mengingat malam ini adalah malam pengantin yang seharusnya bersama dengan Frans. Namun, semuanya hancur begitu saja.

Alexa melihat Joan yang tertidur pulas sampai terdengar dengkuran keras.

“Ahh ...!” Alexa menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Alexa kembali mengingat Beberapa bulan lalu.

"Joan, antar aku bertemu Frans."

"Non, sudah malam. Saya juga enggak akan dikasih izin sama Tuan." Joan menolak halus. Memang Dari sang ayah tak mengizinkan anak gadisnya berpacaran lebih dulu.

Namun. Alexa tetap tidak peduli dan keram menemui Frans kekasihnya. Joan, sebagai supir pribadi selalu menjadi alasan Alexa saat pamit dengan ibu dan papanya.

"Joan yang antar." Jika kalimat itu terucap, kedua orang tuanya merasa lega.

Namun ,berbeda dengan Permainan anak gadis majikannya ini. Izin dengan siapa, pergi pun dengan teman-temannya.

***

kamar kedua orang tua Alexa, Pak Hanif berdebat kecil dengan sang istri. Maria—istri Pak Hanif masih tidak setuju dengan pernikahan Joan dan Alexa.

“Kalau batal pernikahan itu, mau di taruh di mana muka kita sama semua orang?” Pak Hanif begitu kesal dengan sang istri.

“Tapi bagaimana bisa, Papa menikahkan Alexa, putri kita yang berharga dengan seorang sopir,” ujar sang istri.

“Bagaimana kamu bisa bilang anakmu masih berharga? Mana ada yang mau menikahi wanita yang sudah hamil dan pacarnya kabur begitu saja? Apa kamu masih bisa bilang dia berharga? Dia bukan lagi permata atau berlian!” teriak Pak Hanif.

Maria hanya bisa menangis mendengar penuturan sang suami. Ia merasa Pak Hanif begitu kejam pada sang anak.

Mereka memang kecewa pada Alexa, tapi tidak seharusnya sang suami menikahkan dengan seorang sopir keluarganya. Bagaimana kata orang nanti.

“Pa, Papa tega sama Alexa, apa dia nanti tidak mau jika semua orang tahu Joan adalah sopir keluarga?”

“Papa lebih malu jika Alexa melahirkan tanpa suami! Dengar, hasil kau memanjakannya.” Pak Hanif malah menyalahkan Bu Maria dalam mendidik anak.

Bu Maria hanya bergeming saat sang suami terus saja marah saat ia bersuara. Walau kehamilan Alex masih berusia 10 Minggu, tidak menutup kemungkinan bisa di tutup lebih dahulu.

“Joan itu tampan, tidak ada yang tahu jika tidak ada yang bersuara jika dia seorang sopir. Lagi pula, selama dua tahun dia bekerja dengan Papa, dia selalu sopan. Jauh di banding dengan Frans, pria tidak bertanggung jawab itu!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status