“Sayang, maaf ya. Aku tidak bisa ikut ke acara pernikahan Riana dan Aram karena aku sibuk dengan jadwal pemotretanku,” ucap Nessie dari seberang telepon.Mahesa yang baru masuk ke dalam mobil pun hanya berdeham singkat.“Tidak apa-apa. Nanti akan kusampaikan kalau kau tidak bisa hadir di sana.”Setelah itu, Mahesa pun mengakhiri panggilan dan memutuskan untuk segera berangkat ke rumah Aram.Meski sepanjang perjalanan, jantung Mahesa berdetak resah. Hatinya pun meragu. Seakan berat untuk memantapkan hati menyaksikan pernkahan antara Aram dengan wanita yang selama ini menjadi pujaan hatinya.Singkat waktu, mobil Mahesa pun sampai di pelataran rumah Aram yang luas. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir di depan sana, termasuk speda motor.“Selamat datang, Tuan!” Mahesa disambut oleh security yang berjaga di depan gapura pernikahan yang dihias dengan bunga dan background yang amat cantik.Setelah menyerahkan undangan, Mahesa pun duduk di sebuah kursi kosong, bergabung dengan para tamu u
“Aku ingin bertanya satu hal. Apa kau mencintai Riana? Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur!” Aram bertanya dengan raut serius.Mahesa melayangkan pandangannya pada wanita cantik yang saat ini menundukan wajah. Namun dalam hatinya, Riana pun penasaran dengan jawaban lelaki itu.“Ya. Aku sangat mencintai Riana. Bahkan sejak pertemuan kedua kami,” jawab Mahesa, membuat mata Riana terangkat dan bersitatap dengan bola mata sebiru laut milik Mahesa.Kedua sudut bibir Aram melengkungkan senyum.“Lalu dengan Nessie? Apa kau juga mencintainya?”“Hubunganku dengan Nessie hanya karena atas paksaan ayahku. Dulu ayahku sakit keras dan meminta agar aku menerima perjodohan dengan Nessie. Aku terpaksa setuju. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta pun tidak pernah tumbuh di dalam hubungan kami.”“Bahkan saat ayahku masuk penjara, aku pernah nyaris memutuskan Nessie karena kupikir mungkin saja dia juga terlibat dalam penculikan Kenzie. Tapi pada akhirnya kami tetap melanjutkan hubungan karena …
Nessie sedang duduk di sebuah kursi santai yang disiapkan khusus untuknya setelah selesai pemotretan untuk sebuah majalah bergengsi.Tiba-tiba seorang temannya datang dan duduk di dekatnya.“Hai, Jane. Tumben sekali kau mau bertemu denganku. Ada apa?” tanya Nessie, sambil dipakaikan bedak padat oleh make up artist.“Apa kau sudah mendengar kabar mengejutkan dari pernikahan Dokter Aram dan Riana?” Jane malah balik bertanya. Membuat kening Nessie berkerut heran.Nessie menggelengkan kepala. “Kabar apa? Setahuku hari ini adalah hari pernikahan mereka. Itu saja. Kau datang ke sana kan? Tadinya aku juga mau datang bersama Mahesa tapi tidak jadi karena jadwal pemotretanu sangat padat.”“Justru itu. Aku datang ke acara pernikahan mereka. Tapi acara pernikahan mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya.”“Apa maksudmu, Jane? Tolong jelaskan, jangan bertele-tele!” pinta Nessie, kedua alisnya saling bertautan.“Setelah sampai di atas pelaminan, tiba-tiba saja Dokter Aram memutuskan untuk membat
“Mahesa, aku menagih janjimu waktu itu. Katamu kau akan bertanggung jawab jika aku sampai hamil. Sekarang aku hamil darah dagingmu. Kau tidak akan mengingkari ucapanmu sendiri kan?” Nessie mengguncang kedua lengan Mahesa.Mahesa mengangkat wajah. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.“Baik. Aku akan bertanggung jawab atas kehamilanmu. Aku akan menikahimu,” balas Mahesa.Seketika, senyum lebar langsung tersngging di bibir Nessie. Wanita cantik itu pun segera memeluk Mahesa dengan erat. Mengalungkan kedua tangannya di leher kekar milik lelaki itu.“Terima kasih, sayang. Aku tahu kalau kau pasti akan menepati janjimu,” ucap Nessie.Dengan berat, kedua tangan Mahesa terangkat dan membalas pelukan itu. Pelukan yang sama sekali tak menggetarkan hatinya.“Kenapa semuanya harus menjadi seperti ini? Harapanku untuk bisa menikahi Riana harus pupus karena kini Nessie mengandung anakku. Andai saja malam itu aku sadar, aku tidak akan pernah menyentuh Nessie. Tapi bagaimana pun, ini semua sudah
Malam hari, Riana merasa sakit hati melihat Kenzie yang sedang sibuk menggambar keluarga kecilnya di ipad yang dulu pernah Mahesa berikan untuknya.“Gambarku bagus kan, Ma?” bocah itu mengangkat pandangannya pada Riana yang berdiri di sampingnya sambil memegang segelas susu rasa vanilla.“Iya, sayang. Gambarmu makin hari makin bagus. Terlihat sangat rapi juga.”“Papa pasti akan senang melihat gambarku ini. Oh ya, sejak kemarin Papa kenapa tidak datang ke rumah kita ya, Ma? Memangnya Papa tidak menelpon Mama?” tanya Kenzie.Riana terdiam. Bingung bagaimana menjelaskannya.“Mungkin Papamu sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia tidak sempat ke sini. Sudah, diminum dulu susunya. Setelah itu, pergi tidur,” perintah Riana sambil menaruh segelas susu itu di atas meja, tepat di depan Kenzie.“Baik Ma.”Dengan cepat, Kenzie meneguk susunya.Di saat yang sama, terdengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu.“Nah, itu pasti Papa!” Kenzie berdiri dari duduknya, menaruh gelas yang susunya masih b
Karena batal menikah dengan Aram, tentu saja Riana berpikir untuk Kembali bekerja demi menghidupi dirinya dan Kenzie.Meskipun setiap minggunya Mahesa selalu mengirim uang untuk Kenzie, namun Riana memilih menabung uang itu untuk masa depan putranya.Tak ada sedikitpun niat di hati Riana menggunakan uang pemberian Mahesa untuk keperluannya.“Aku senang kau Kembali bekerja di restoran ini, Riana,” ucap salah seorang waitress di sana setelah melihat Riana Kembali.Riana hanya tersenyum hambar, kemudian bersiap untuk bekerja seperti biasa di restoran milik Mahesa.Ya! Sulit bagi Riana untuk memulai mencari pekerjaan lain. Akan menghabiskan banyak waktu untuk menebar lamaran pekerjaan.Maka dari itu, Riana Kembali bekerja di restoran Mahesa.“Riana, sudah kuduga, kau pasti akan bekerja lagi di restoran ini.” Saat Riana sedang sibuk mengelap meja karena restoran baru buka, Nessie datang dan melenggangkan kaki jenjangnya menghampiri Riana.“Ck! Pagi-pagi begini aku sudah bertemu dengan nene
Namun suara Mahesa terkesan tegas. Membuat Nessie terpaksa berdiri dan menghadap Riana.“Aku minta maaf, Riana.” Tangan kanan Nessie terjulur ke depan Riana.“Baik. Aku sudah memaafkanmu,” balas Riana, menyambut uluran tangan itu.Mahesa tersenyum tipis melihatnya.Namun, tanpa Mahesa tahu, Riana merasa diam-diam Nessie meremas tangan kanannya dengan kuat. Mata wanita itu pun menyiratkan benci dan kesal yang luar biasa.Tatapan Nessie seolah mengatakan bahwa ‘urusan kita belum selesai’.***Mahesa sedang melamun di ruang kerjanya sembari menatap ke luar kaca pembatas Gedung kantornya.Matanya dijamu oleh pemandangan Gedung-gedung pencakar langit di luar sana.“Masuk!” sahutnya saat telinganya mendengar suara ketukan pintu dari luar.“Permisi, Tuan Mahesa. Aku datang untuk mengantarkan laporan yang harus Anda periksa,” ujar Leo sambil membawa sebuah lapora
Karena kandungannya akan diperiksa, maka dokter kandungan itu meminta agar Nessie berbaring di atas ranjang rumah sakit.“Kita mulai ya,” ucap Dokter Wilda pada Nessie yang sudah berbaring telentang di atas ranjang.“Baik, Dok.” Nessie mengangguk.Segera, Dokter Wilda mulai mengoleskan cairan bertekstur seperti gel ke perut Nessie, kemudian menggusap-usapkan sebuah alat di perut Nessie yang kemudian menampilkan gambar Rahim Nessie di monitor.“Mahesa pasti akan sangat marah. Apa yang harus aku lakukan? Sialnya, aku tidak bisa berkutik sekarang.” Nessie cemas dalam hatinya.Sementara itu, Mahesa berdiri tak jauh dari ranjang itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya menyunggingkan senyum puas.“Entah kenapa aku sangat yakin kalau Nessie sebenarnya tidak hamil,” ucap batin sang CEO tampan itu.Namun, ucapan sang dokter selanjutnya, membuat Mahesa dan Nessie sama-sama terkejut.“Tidak ada masalah dengan janinnya. Semuanya normal-normal saja.”Sontak Nessie melebarkan ma